STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Rabu, 02 November 2011

Islam dan Kaidah-Kaidahnya

Qur'anIslam Agama Yang Diterima
Firman Allah swt :
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. … =Qs. Ali Imran 3: 19=
Definisi Agama
اَلدِّيْنُ هُوَ مَا وَضَعَهُ اللهُ فِيْ كِتَابِهِ الْحَكِيْمِ وَسُنَّةِ نَبِيِّهِ الصَّحِيْحَةِ مِنَ الْأَوَامِرِ وَالنَّوَاهِيْ وَالْإِرْشَادَاتِ لِمَصْلَحَةِ الْبَشَرِ دُنْيَاهُمْ وَاُخْرَاهُمْ
Agama ialah : Apa-apa yang telah ditentukan Allah dalam kitab-kitab-Nya yang bijaksana dan Sunnah Nabi-Nya yang shahih, baik berupa perintah, larangan maupun petunjuk untuk kemaslahatan manusia di dunia dan dia akhirat.
Maka dari definisi diatas dapatlah kita tahu bahwa agama adalah :
  1. Aturan dan ketentuan Allah untuk manusia.
  2. Sumber ajarannya adalah Al-Qur’an dan As Sunnah.
  3. Isi ajarannya adalah berupa perintah, larangan dan petunjuk.
  4. Tujuannya untuk kesempurnaan hidup manusia.
  5. Jangkauannya keselamatan dunia dan akhirat.
Agama Islam Telah Sempurna
Firman Allah swt :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًاÇ
… pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu … =Qs. Al-Maaidah 5: 3=

Imam Malik bin Anas Rahimahullah berkata :
مَنِ ابْتَدَعَ فِيْ الْإِسْلاَمِ بِدْعَةً يَرَاهَا حَسَنَةً فَقَدْ زَعَمَ اَنَّ مُحَمَّدًا خَانَ الرِّسَالَةَ لِاَنَّ اللهَ يَقُوْلُ : .. اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ … فَمَالَمْ يَكُنْ يَوْمَئِذٍ دِيْنًا فَلاَ يَكُنِ الْيَوْمَ دِيْنَا
Siapa saja yang mengada-ada satu bid’ah dalam islam serta memandangnya baik, sungguh ia telah mengira/menyangka bahwa Muhammad telah mengkhianati risalahnya, karena Allah swt telah berfirman “.. pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu..”. Maka apa-apa yang saat itu (zaman Nabi) bukan agama, maka tetap saat ini pun bukan agama.
Rasulullah saw bersabda :
مَا تَرَكْتُ شَيْئًا يُقَرِّبُكُمْ اِلَى اللهِ تَعَالَى اِلاَّ وَقَدْ اَمَرْتُكُمْ بِهِ, وَمَا تَرَكْتُ شَيْئًا يُبْعِدُكُمْ عَنِ اللهِ تَعَالَى اِلاَّ وَقَدْ نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ  =رواه الطبراني=
Aku tidak meninggalkan sesuatupun yang dapat mendekatkanmu kepada Allah swt, melainkan aku telah perintahkan kepadamu. Dan aku tidak meninggalkan sesuatu yang dapat menjauhkanmu dari Allah, melainkan aku telah melarangmu darinya. =HR. Thabrani=
Dari dalil diatas dapatlah kita fahami bahwa :
  1. Agama islam itu telah sempurna, tidak perlu ditambah, dikurangi atau direkayasa.
  2. Orang yang mengada-ada dalam islam berarti ia telah menuduh bahwa Nabi berkhianat dalam menyampaikan risalahnya.
  3. Tidak perlu menciptakan sesuatu yang baru yang menyebabkan diri dekat dengan Allah, karena apapun yang sekiranya membuat diri dekat dengan Allah pasti telah diperintahkan oleh Nabi.
  4. Tidak perlu meninggalkan sesuatu yang dibolehkan oleh agama dengan alasan untuk mendapat ridho dari Allah, karena apapun yang membuat diri jauh dari Allah pasti telah dilarang oleh Nabi saw.
Perbedaan Urusan Agama Dengan Urusan Dunia
Dari Anas ra, ia berkata :
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِذَا كَانَ شَيْئٌ مِنْ اَمْرِ دُنْيَاكُمْ فَاَنْتُمْ اَعْلَمُ بِهِ, فَاِذَا كَانَ مِنْ اَمْرِ دِيْنِكُمْ فَاِلَيَّ  =رواه احمد=
Rasulullah saw bersabda, ”Apabila ada sesuatu urusan duniamu, maka kamu lebih mengetahui. Dan apabila ada urusan agamamu, maka kembalikanlah kepadaku. =HR. Ahmad=
Kandungan hadits :
Maka apapun urusan agama mutlak harus mengacu kepada nabi saw, sementara urusan dunia bebas terserah kita selama tidak diatur oleh agama.
Acuan Dalam Beribadah
لاَ اِلَى الْمَشَايِخِ اَوِ الْمَذَاهِبِ اَوِ الْمَوَاضِعِ اَوِ الرَّابِطَةِ الْجِنْسِيَّةِ اَوِ الْعَقْلِ اَوِ الشُّعُوْرِ اَوِالْعَادَةِ
Bukanlah merujuk kepada guru atau madzhab, tidak pula kepada tempat atau akal atau perasaan ataupun tradisi.
Maksudnya, hendaklah beribadah itu berdasar pada dalil yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah, tidak berdasar pada guru, madzhab, tempat, organisasi, akal, perasaan atau tradisi.
Definisi Ibadah
اَلْعِبَادَةُ هِيَ : اَلتَّقَرُّبُ اِلَى اللهِ تَعَالَى بِاِمْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ وَالْعَمَلِ بِمَا اَذِنَ بِهِ الشَّارِعُ
Ibadaha ialah : Mendekatkan diri kepada Allah swt dengan cara mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, serta beramal sesuai dengan idzin syara’.
Pendapat lain juga :
اَلْعِبَادَةُ اِسْمٌ جَامِعٌ لِكُلِّ مَا يُحِبُّهُ اللهُ وَيَرْضَاهُ مِنَ الْاَقْوَالِ وَالْاَعْمَالِ الظَّاهِرَةِ وَالْبَاطِنَةِ  =فتح المجيد=
Ibadah adalah nama yang mencakup segala bentuk yang dicintai serta diridhoi Allah, baik ucapan maupun perbuatan, yang nyata atau tersembunyi. =Fathul Majid=
Prinsip Dalam Ibadah
Prinsip ibadah harus didasari dua hal :
  1. Niat yaitu hanya semata karena Allah dalam melaksanakannya.
  2. Kaifiyyat yaitu tata cara pelaksanaan ibadah, sesuaikah dengan contoh dari nabi atau tidak.
Niat yang salah sekalipun dengan tata cara yang benar adalah salah. Dan niat yang benar tapi dengan tata cara yang salah juga adalah salah; maka harus dengan niat yang benar (Ikhlas) dan dengan tata cara ibadah yang benar sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh nabi saw.
Kaidah-Kaidah Ibadah
اَلْأَصْلَ فِى الْعِبَادَةِ التَّوْقِيْفُ وَالْإِتِّبَاعُ وَبِعِبَارَةٍ اُخْرَى: اَلْأَصْلَ فِى الْعِبَادَةِ اَلْبُطْلاَنُ حَتَّى يَقُوْمَ دَلِيْلٌ عَلَى الْأَمْرِ
Asalnya ibadah itu adalah menangguhkan dan mengikuti contoh.  Ungkapan lainnya, Asalnya dalam ibadah adalah bathil sampai ada dalil yang memerintahkan keberadaannya.
Dalam urusan ibadah, pada dasarnya haram dikerjakan kecuali ada keterangan (dalil) yang memerintahkannya. Maka dalam urusan ibadah harus terlebih dahulu mencari dalil yang memerintahkannya, bukan sebaliknya mencari dalil yang melarangnnya.
اَلْاَصْلُ فِيْ اَمْرِ الدُّنْيَا اَلْعَفْوُ, وَبِعِبَارَةٍ اُخْرَى : اَلْاَصْلُ فِيْ الْعُقُوْدِ وَالْمَعَامَلاَتِ الصِّحَّةُ حَتَّى يَقُوْمَ دَلِيْلٌ عَلَى الْبُطْلاَنِ و التَّحْرِيْمِ
Asalnya urusan dunia itu adalah boleh. Dalam ungkapan lain, asalnya akad mu’amalat (jual-beli) adalah boleh, kecuali ada dalil/ keterangan atas batal dan haramnya. =Al-Bayan=
Dari itu dalam urusan dunia pada dasarnya adalah boleh sampai ada dalil yang melarangnnya. Maka dalam urusan dunia haruslah lebih dahulu mencari dalil yang melarangnya, mengharamkannya, bukan sebaliknya mencari dalil yang menghalalkannya.
اَلْأَصْلَ فِى الْعِبَادَةِ غَيْرُ مَعْقُوْلِ الْمَعْنَى وَفِيْ الْعَادَةِ مَعْقُوْلُ الْمَعْنَى
Asalnya dalam ibadah itu tidak dapat difahami oleh akal (sebab-sebabnya), sedangkan dalam adat/ kebiasaan dapat difahami akal.
Agama Tidak Dapat Hanya Berdasar Pada Akal
Dari Ali ra, ia berkata :
لَوْ كَانَ الدِّيْنُ بِالرَّأْيِ لَكَانَ اَسْفَلُ الْخُفِّ اَوْلَى بِالْمَسْحِ مِنْ اَعْلاَهُ, وَقَدْ رَاَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُ ظَاهِرَ خُفَّيْهِ  =رواه ابو داود=
Kalaulah agama itu berdasarkan akal, pastilah mengusap bagian bawah sepatu akan lebih utama daripada (mengusap) bagian atasnya. Tetapi sungguh aku melihat Rasulullah saw mengusap bagian atas sepatunya. =HR. Abu Daud=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar