Raka Joni mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta untuk memperbaiki kondisi-kondisi di mana praktek-praktek tersebut dilakukan (Soedarsono, 2001: 2).
Suharsimi mengatakan bahwa penelitian tidakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Suharsimi, 2007:3).
Menurut Mulyasa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah kegiatan penelitian untuk mendapatkan kebenaran dan manfaat praktis dengan cara melakukan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif. Kolaboratif adalah adanya kolaborasi antara berbagai disiplin ilmu, keahlian dan profesi dalam memecahkan masalah, sedang partisipatif adalah dilibatkannya melaksanakan kegiatan, dan melakukan penelitian akhir.
Sedangkan menurut Ebbutt dalam R.Wiriaatmadja menuturkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek penelitian oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan reflektif mereka mengenai hasil tindakan-tindakan tersebut (Wiriatmadja, 2005: 12).
Untuk melakukan tindakan kelas, peneliti melakukan sebuah tindakan yang diamati secara terus menerus dilihat dari plus minusnya, kemudian pengubahan kontrol sampai pada upaya maksimal dalam bentuk tindakan yang paling tapat (Suharsimi, 2002: 2).
Berikut ini beberpa hal yang perlu dipahami tentang penelitian tindakan kelas: PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran.
1. PTK adalah partisipatori, melibatkan orang yang melakukan kegiatan untuk meningkatkan praktiknya sendiri.
2. PTK dikembangkan melalui suatu self-reflective spiral; spiral of cycles of planning, acting, observing, reflecting, the re-planning.
3. PTK adalah kolaboratif, melibatkan partisipan bersama-sama bergabung untuk mengkaji praktis pembelajaran dan mengembangkan pemahaman tentang makna tindakan.
4. PTK menumbuhkan kesadaran diri mereka yang berpartisipasi dan kolaborasi dalam seluruh tahapan PTK.
5. PTK adalah proses belajar yang sistematis, dalam proses tersebut menggunakan kecerdasan kritis membangun komitmen melakukan tindakan.
6. PTK dilakukan orang untuk membangun teori tentang praktek mereka (guru).
7. PTK memerlukan gagasan dan asumsi ke dalam praktik untuk mengkaji secara sistematis bukti yang menantangnya.
8. PTK memungkinkan kita untuk memberikan rasional justifikasi tentang pekerjaan kita terhadap orang lain membuat orang menjadi kritis dalam analisis (Suharsimi, 2002: 105).
Penelitian tindakan kelas merupakan pembuktian apakah suatu teori belajar mengajar yang diterap di kelas baik atau tidak dan sekiranya cocok dengan kondisi kelas, peneliti mengadaptasi teori yang ada untuk ke proses atau produk pembelajaran yang lebih efektif optimal dan fungsional (Sudikin, 2002: 15).
Tujuan dari penelitin tindakan kelas adalah untuk memperbaiki, meningkatkan dan mengadakan perubahan kearah yang lebih baik sebagai upaya pemecahan masalah, serta menentukan modul dan prosedur tindakan yang memberikan jaminan terhadap upaya pemecahan masalah yang mirip atau sama, dengan melakukan modifikasi dan penyesuaian seperlunya dalam kegiatan pembelajaran untuk mengatasi kesulitan dalam pembelajaran (Soedarsono, 2001: 5).
Secara singkat, menurut Mulyasa penelitian tindakan kelas memiliki beberapa karakteristik, diantaranya:
1. Situasional, praktis, secara langsung dalam situasi nyata dalam dunia kerja.
2. Memberikan kerangka yang teratur kepada pemecahan masalah, action research juga bersifat empiris dalam hal mengadakan observasi nyata dan perilaku.
3. Fleksibel dan adaptif, memungkinkan adanya perubahan selama masa percobaan dari pembaharuan di tempat kejadian.
4. Partisipasi, dimana peneliti atau anggota penelitian sendiri ambil bagian secara langsung maupun tidak langsung dengan pelaksanaan penelitiannya bersama khalayak sasaran.
5. Self- Evaluatif, adalah modifikasi secara kontinue dievaluasi dalam situasi yang ada, di mana tujuan akhirnya untuk meningkatkan praktek dalam acara tertentu bersama khalayak sasaran.
6. Dalam hal temuan penelitian memiliki validitas eksternal yang lemah.
7. Penelitian dan pengambilan keputusan selalu dikelompok secara desentralisasi dan diregulasi.
8. Kooperatif dan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi atas aksi antara peneliti, praktisi dan khalayak sasaran.
9. Action research, mengembangkan pemberdayaan, dokumentasi, keadilan, kebebasan dan kesempatan partisipatif.
10. Menerapkan teori dalam skala kecil (terbatas).
11. Mengutamakan pendekatan tindakan.
12. Mengembangkan suatu model, baik sebagian maupun menyeluruh.
Dalam penelitian tindakan kelas desain panel terdiri dari langkah-langkah yaitu perencanaan atau planning tindakan atau acting, pengamatan atau observing dan refleksi atau reflecting (Suharsimi, 2002: 85).
Terdapat beberapa desain penelitian tindakan kelas, salah satu di antaranya paling sering digunakan oleh para peneliti model ini adalah model siklus. Model ini menurut Kemmis dan taggart yang terdiri dari empat komponenyang meliputi yaitu:
1. Rencana. Rencana adalah tindakan apa yang dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan mutu atau perbaikan perilaku dan sikap sebagai solusi.
2. Tindakan. Tindakan apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perbaikan yang diinginkan.
3. Observasi. Observasi adalah mengamati atau hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan atau dikenakan terhadap siswa.
4. Refleksi. Refleksi adalah peneliti mengkaji, melihat dan memperhitungkan atas hasil refleksi ini peneliti bersama-sama guru dapat melalakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal (Soedarsono, 2001: 16).
Rujukan:
1. Arikunto, Suharsini. 1996. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
2. Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
3. Dimyati. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud
4. Lie, A. 2002. Cooperative Learning. Mempraktekkan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
5. Noornia, A. 1997. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD pada Pengajaran Persen di Kelas IV SD Islam Ma’arif 02 Singosari. Tesis Tidak Diterbitkan. Malang: Program Pasca Sarjana
6. Sardiman, A.M. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Persada
Suharsimi mengatakan bahwa penelitian tidakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Suharsimi, 2007:3).
Menurut Mulyasa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah kegiatan penelitian untuk mendapatkan kebenaran dan manfaat praktis dengan cara melakukan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif. Kolaboratif adalah adanya kolaborasi antara berbagai disiplin ilmu, keahlian dan profesi dalam memecahkan masalah, sedang partisipatif adalah dilibatkannya melaksanakan kegiatan, dan melakukan penelitian akhir.
Sedangkan menurut Ebbutt dalam R.Wiriaatmadja menuturkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek penelitian oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan reflektif mereka mengenai hasil tindakan-tindakan tersebut (Wiriatmadja, 2005: 12).
Untuk melakukan tindakan kelas, peneliti melakukan sebuah tindakan yang diamati secara terus menerus dilihat dari plus minusnya, kemudian pengubahan kontrol sampai pada upaya maksimal dalam bentuk tindakan yang paling tapat (Suharsimi, 2002: 2).
Berikut ini beberpa hal yang perlu dipahami tentang penelitian tindakan kelas: PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran.
1. PTK adalah partisipatori, melibatkan orang yang melakukan kegiatan untuk meningkatkan praktiknya sendiri.
2. PTK dikembangkan melalui suatu self-reflective spiral; spiral of cycles of planning, acting, observing, reflecting, the re-planning.
3. PTK adalah kolaboratif, melibatkan partisipan bersama-sama bergabung untuk mengkaji praktis pembelajaran dan mengembangkan pemahaman tentang makna tindakan.
4. PTK menumbuhkan kesadaran diri mereka yang berpartisipasi dan kolaborasi dalam seluruh tahapan PTK.
5. PTK adalah proses belajar yang sistematis, dalam proses tersebut menggunakan kecerdasan kritis membangun komitmen melakukan tindakan.
6. PTK dilakukan orang untuk membangun teori tentang praktek mereka (guru).
7. PTK memerlukan gagasan dan asumsi ke dalam praktik untuk mengkaji secara sistematis bukti yang menantangnya.
8. PTK memungkinkan kita untuk memberikan rasional justifikasi tentang pekerjaan kita terhadap orang lain membuat orang menjadi kritis dalam analisis (Suharsimi, 2002: 105).
Penelitian tindakan kelas merupakan pembuktian apakah suatu teori belajar mengajar yang diterap di kelas baik atau tidak dan sekiranya cocok dengan kondisi kelas, peneliti mengadaptasi teori yang ada untuk ke proses atau produk pembelajaran yang lebih efektif optimal dan fungsional (Sudikin, 2002: 15).
Tujuan dari penelitin tindakan kelas adalah untuk memperbaiki, meningkatkan dan mengadakan perubahan kearah yang lebih baik sebagai upaya pemecahan masalah, serta menentukan modul dan prosedur tindakan yang memberikan jaminan terhadap upaya pemecahan masalah yang mirip atau sama, dengan melakukan modifikasi dan penyesuaian seperlunya dalam kegiatan pembelajaran untuk mengatasi kesulitan dalam pembelajaran (Soedarsono, 2001: 5).
Secara singkat, menurut Mulyasa penelitian tindakan kelas memiliki beberapa karakteristik, diantaranya:
1. Situasional, praktis, secara langsung dalam situasi nyata dalam dunia kerja.
2. Memberikan kerangka yang teratur kepada pemecahan masalah, action research juga bersifat empiris dalam hal mengadakan observasi nyata dan perilaku.
3. Fleksibel dan adaptif, memungkinkan adanya perubahan selama masa percobaan dari pembaharuan di tempat kejadian.
4. Partisipasi, dimana peneliti atau anggota penelitian sendiri ambil bagian secara langsung maupun tidak langsung dengan pelaksanaan penelitiannya bersama khalayak sasaran.
5. Self- Evaluatif, adalah modifikasi secara kontinue dievaluasi dalam situasi yang ada, di mana tujuan akhirnya untuk meningkatkan praktek dalam acara tertentu bersama khalayak sasaran.
6. Dalam hal temuan penelitian memiliki validitas eksternal yang lemah.
7. Penelitian dan pengambilan keputusan selalu dikelompok secara desentralisasi dan diregulasi.
8. Kooperatif dan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi atas aksi antara peneliti, praktisi dan khalayak sasaran.
9. Action research, mengembangkan pemberdayaan, dokumentasi, keadilan, kebebasan dan kesempatan partisipatif.
10. Menerapkan teori dalam skala kecil (terbatas).
11. Mengutamakan pendekatan tindakan.
12. Mengembangkan suatu model, baik sebagian maupun menyeluruh.
Dalam penelitian tindakan kelas desain panel terdiri dari langkah-langkah yaitu perencanaan atau planning tindakan atau acting, pengamatan atau observing dan refleksi atau reflecting (Suharsimi, 2002: 85).
Terdapat beberapa desain penelitian tindakan kelas, salah satu di antaranya paling sering digunakan oleh para peneliti model ini adalah model siklus. Model ini menurut Kemmis dan taggart yang terdiri dari empat komponenyang meliputi yaitu:
1. Rencana. Rencana adalah tindakan apa yang dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan mutu atau perbaikan perilaku dan sikap sebagai solusi.
2. Tindakan. Tindakan apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perbaikan yang diinginkan.
3. Observasi. Observasi adalah mengamati atau hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan atau dikenakan terhadap siswa.
4. Refleksi. Refleksi adalah peneliti mengkaji, melihat dan memperhitungkan atas hasil refleksi ini peneliti bersama-sama guru dapat melalakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal (Soedarsono, 2001: 16).
Rujukan:
1. Arikunto, Suharsini. 1996. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
2. Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
3. Dimyati. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud
4. Lie, A. 2002. Cooperative Learning. Mempraktekkan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
5. Noornia, A. 1997. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD pada Pengajaran Persen di Kelas IV SD Islam Ma’arif 02 Singosari. Tesis Tidak Diterbitkan. Malang: Program Pasca Sarjana
6. Sardiman, A.M. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar