Salah satu persoalan mendasar dan menjadi bagian penting yang tak terpisahkan dalam penelitian adalah rumusan pertanyaan penelitian. Sebab, kualitas penelitian salah satunya sangat ditentukan oleh bobot atau kualitas pertanyaan yang diajukan. Tetapi kenyatannya berdasarkan pengalaman mengajar matakuliah metodologi penelitian, membimbing dan menguji skripsi, tesis, dan disertasi selama ini, masih terdapat banyak persoalan terkait rumusan pertanyaan penelitian.
Banyak pertanyaan yang diajukan tidak jelas dan tidak layak sebagai pertanyaan penelitian. Terkesan remeh dan tidak menarik, sehingga membuat orang tidak tertarik membacanya. Betapapun menariknya tema atau topik yang akan diteliti, tetapi jika pertanyaannya tidak dirumuskan dengan baik, penelitian tersebut tidak menarik minat orang. Jika ini terjadi, hasil penelitian tidak banyak memberikan nilai guna karena tidak dibaca orang. Padahal, salah satu syarat penelitian yang baik adalah memberikan nilai guna, baik secara teoretik maupun praktis.
Selain itu, sering terjadi tumpang tindih antara pertanyaan untuk metode penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Padahal, masing-masing berbeda secara tajam, mulai paradigma yang melandasi kedua metode tersebut, tujuan, hakikat realitas, cara perolehan data, analisis data, hingga temuan akhirnya. Karena itu, merumuskan masalah penelitian harus cermat dan hati-hati serta tidak sekali jadi. diperlukan waktu untuk merenungkannya sehingga terwujud rumusan pertanyaan penelitian yang memenuhi syarat ilmiah yang baik. setiap kata dalam rumusan masalah berimplikasi sangat luas, baik secara substantif, teoretik maupun metodologis. Karena itu, ia harus jelas, tidak saja bagi peneliti sendiri tetapi juga bagi pembacanya. Berikut penjelasan ringkasnya yang disari dari berbagai sumber.
Syarat Pertanyaan Penelitian
Pada hakikatnya pertanyaan penelitian dirumuskan dengan melihat kesenjangan yang terjadi antara:
1. Apa yang seharusnya terjadi (prescriptive) dan yang sebenarnya terjadi (descriptive)
2. Apa yang diperlukan (what is needed) dan apa yang tersedia (what is available)
3. Apa yang diharapkan (what is expected) dan apa yang dicapai (what is achieved)
Pertanyaan penelitian selalu diawali dengan munculnya masalah yang sering disebut sebagai fenomena atau gejala tertentu. Tetapi tidak semua masalah bisa diajukan sebagai masalah penelitian. Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi agar bisa diangkat sebagai masalah penelitian. Berdasarkan kajian referensi buku-buku metodologi peneltian, setidaknya terdapat tujuh syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
1) Tersedia data atau informasi untuk menjawabnya,
2) Data atau informasi tersebut diperoleh melalui metode ilmiah, seperti wawancara, observasi, kuesioner, dokumentasi, partisipasi, dan evaluasi/tes,
3) Memenuhi persyaratan orisinalitas, diketahui melalui pemetaan penelitian terdahulu (state of the arts),
4) Memberikan sumbangan teoretik yang berarti bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
5) Menyangkut isu kontroversial dan unik yang sedang hangat terjadi,
6) Masalah tersebut memerlukan jawaban serta pemecahan segera, tetapi jawabannya belum diketahui masyarakat luas, dan
7) Masalah itu diajukan dalam batas minat (bidang studi) dan kemampuan peneliti.
Untuk mencapai maksud tersebut di atas, peneliti perlu melakukan pertanyaan reflektif sebagai pemandu. Menurut Raco (2010: 98-99), ada beberapa pertanyaan awal untuk dijawab sebagai berikut:
1) Mengapa masalah tersebut penting untuk diangkat,
2) Bagaimana kondisi sosial di sekitar peristiwa, fakta atau gejala yang akan diteliti,
3) Proses apa yang sebenarnya terjadi di sekitar peristiwa tersebut,
4) Perkembanghan atau pergeseran apa yang sedang berlangsung pada waktu peristiwa terjadi, dan
5) Apa manfaat penelitian tersebut baik bagi pengembangan ilmu pengetahun dan masyarakat secara luas di masa yang akan datang.
Dilihat dari jenis pertanyaannya, para ahli metodologi penelitian seperti Marshall & Rossman (2006), dan Creswell (2007: 107) setidaknya membaginya menjadi tiga macam pertanyaan, yaitu:
1) Deskriptif (yakni mendeskripsikan fenomena atau gejala yang diteliti apa adanya), dengan menggunakan kata tanya ‘apa’. Lazimnya diajukan untuk
pertanyaan penelitian kualitatif.
2) Eksploratoris (yakni untuk memahami gejala atau fenomena secara mendalam), dengan menggunakan kata tanya “bagaimana”. Lazimnya diajukan untuk
pertanyaan penelitian kualitatif.
3) Eksplanatoris (yakni untuk menjelaskan pola-pola yang terjadi terkait dengan fenomena yang dikaji, dengan mengajukan pertanyaan ‘apa ada hubungan
atau korelasi, pengaruh antara faktor X dan Y). Lazimnya untuk pertanyaan penelitian kuantitatif.
Contoh untuk masing-masing pertanyaan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pertanyaan deskriptif: Apa aja strategi yang dipakai Kepala Sekolah dalam memajukan sekolah yang dipimpinnya?
2. Pertanyaan eksploratif : Bagaimana model kepemimpinan Kepala Sekolah tersebut dalam upaya memajukan sekolah?
3. Pertanyaan eksplanatif: Bagaimana pengaruh model kepemimpinan otoriter terhadap kepatuhan staf?
Ciri Masalah Penelitian yang Baik
1. Memiliki nilai kebaruan (novelty).
2. Jawabannya penting untuk diketahui masyarakat luas
3. Memiliki nilai nilai guna atau manfaat.
4. Fisibel, artinya terjangkau dari sisi perolehan data, beaya, waktu, dan kualifikasi peneliti.
5. Tidak bertentangan dengan norma atau nilai yang ada di tempat penelitian dilakukan.
Sebagai tambahan wawasan perlu disajikan pula tipe penelitain berdasarkan bidang kajian, lokus, pemakaian, dan tujuan utama penelitian sebagai berikut:
1. Berdasarkan bidang yang dikaji: pendidikan, manajemen pendidikan, sejarah, bahasa, hukum, politik, agama, politik dsb.,
2. Berdasarkan lokus atau tempat penelitian: lapangan, laboratorium, pustaka
3. Berdasarkan pemakaian: dasar (basic) atau murni (pure) dan terapan (applied)
4. Berdasarkan tujuan utama: deskriptif, eksploratif, eksplanatif, verifikatif.
Paparan di atas tentu tentu belum cukup untuk dipakai sebagai modal menyusun pertanyaan penelitian yang baik. Diperlukan pengalaman, kerja keras dan semangat untuk terus menggali informasi dan pengetahuan terkait dengan metodologi penelitian dari berbagai sumber dan forum-forum akademik seperti seminar, lokakarya, konferensi, dan sejenisnya. Selamat mencoba.
Ditulis Oleh: Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar