STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Selasa, 28 Februari 2012

Analisis Problematika Proses Belajar pada Mata Pelajaran Agama

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan sebagai salah satu aspek dari program pemerintah yang perlu mendapat perhatian yang serius dalam pengembangan dewasa ini. Dan perlu juga disadari bahwa bangsa yang berada dalam tahap pembangunan dan perkembangan, pendidikan merupakan kebutuhan dasar yang paling vital. Oleh karena itu melalui proses pendidikan di sekolah, menunjukkan bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung kepada proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah berkat guru dan siswa. 
Untuk pencapaian tujuan, pendidikan yang sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pemerintah berupaya meningkatkan mutu pendidikan secara menyeluruh. Upaya tersebut berupa pembangunan, pembuatan sarana dan prasarana, bahkan semua komponen yang dibutuhkan bagi terlaksananya pendidikan.
Salah unsur yang memiliki hubungan yang sangat dekat dengan peserta didik dalam pelaksanan pendidikan adalah guru. Oleh karena itu berbagai upaya telah dilakukan demi untuk peningkatan mutu pendidikan, khususnya peningkatan kualitas guru yang harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, karena dengan peningkatan kualitas guru akan berpengaruh terhadap mutu pendidikan.
Penegasan di atas mengisyaratkan betapa pentingnya keberadaan seorang guru yang harus mengelola proses belajar mengajar secara profesional di sekolah. Sehingga peningkatan kemampuan mereka harus ditingkatkan secara berkesinambungan. Namun tidak berarti bahwa keberadaan unsur-unsur lainnya tidak begitu penting bagi peningkatan mutu pendidikan di sekolah, selain guru dan murid. 
Dalam proses belajar mengajar ada dua unsur yang sangat penting dimiliki oleh seorang guru yaitu metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek itu saling berkaitan pemilihan salah satu metode pengajar tentu akan mempengaruhi jenis media yang sesuai.[1] Pemakaian media pengajaran dalam proses mengajar dapat membangkitkan keinginan dan  minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan belajar.
Salah satu kelemahan atau kesulitan dalam pembelajaran adalah minimnya sarana dan prasarana pendidikan, karena alat pendidikan dapat digunakan dalam memperlancar proses belajar mengajar baik yang bersifat konkrit maupun abstrak untuk mencapai hasil yang optimal.[2]
Hal-hal tersbebut di atas, merupakan kendala-kendala yang dirasakan oleh guru pada umumnya dan juga berbagai macam problematika yang dihadapinya, tapi yang paling mendasar adalah kurangnya fasilitas atau media untuk menyampaikan mata pelajaran terutama pada mata pelajaran agama Islam.

Media pendidikan yang digunakan dalam proses belajar mengajar dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapai.[3] Oleh karena itu tugas dan tanggungjawab seorang guru adalah mengelola pengajaran agar lebih efektif, dinamis, efisien dan positif. Hal tersebut dapat terlaksana pabila kesadaran dan keterlibatan antara guru dan siswa berinteraksi secara proposional. Karena gurulah secara langsung mengadakan interaksi dengan siswa dalam rangka mempengaruhi untuk membina, melatih, dan membimbing serta mengembangkan kemampuan agar dapat mencapai hasil yang optimal atau dengan kata lain siswa tersebut mencapai prestasi yang lebih baik. 
Akan tetapi, disadari bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam suatu lembaga pendidikan formal tidak terlepas dari faktor eksternal seperti faktor keluarga, faktor sekolah dan masyarakat.
B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
  1. Bagaimana problematika proses belajar mengajar pada pelajaran Agama Islam di SMP Negeri 1 Bisappu ?
  2. Bagaimana mengatasi problematika dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran Agama Islam di SMP Negeri 1 Bisappu ?
C.    Hipotesis
Berdasarkan pokok masalah di atas maka penulis memberikan alternatif jawaban sementara yaitu :
  1. Proses belajar mengajar pada mata pelajaran agama Islam belum berjalan dengan baik.
  2. Salah satu hal dalam mengatasi problematika dalam proses belajar mengajar terutama dalam mata pada mata pelajaran Agama Islam adalah pengadaan sarana dan prasarana yang memadai seperti buku-buku paket agama Islam dan alat-alat peraga.
D.    Pengertian Judul
Draft ini berjudul “Analisis problematika proses belajar mengajar pada mata pelajaran agama Islam di SLTP Negeri 1 Bisappu”. Untuk lebih memahami lebih mendalam judul draft ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang menjadi unsur utama sehingga tidak menjadi penafsiran yang keliru dari pembaca. Ada beberapa kata yang penulis kemukakan dalam judul diartikan beberapa kata yang menjadi variabel utama yaitu :
        1.     Analisis
Secara etimologis kata ini mempunyai arti tersendiri yaitu : Kata analisis berarti penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.3
        2.     Problematika belajar mengajar
Penulis maksudkan dalam hal ini sesuatu yang menimbulkan masalah dalam hubungan guru dan murid setelah terjadi tatap muka dalam proses belajar mengajar.
                    Dengan adanya pengertian beberapa kata di atas, maka pengertian keseluruhan judul skripsi ini adalah “suatu upaya untuk menganalisis problematika proses belajar mengajar pada mata pelajaran agama Islam di SLTP Negeri 1 Bisappu.
E.    Tinjauan Pustaka
        1.     Pengertian proses belajar mengajar dan problematikanya.
                a.   Pengertian Proses belajar mengajar
Proses belajar mengajar selalu melibatkan guru sebagai tenaga pengajar dan siswa sebagai obyek pengajar. Oleh karena itu, untuk memahami arti proses belajar mengajar, maka diperlukan pemahaman dasar tentang pengertian belajar mengajar itu sendiri.
                      1.   Arti belajar
Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami hal belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.5
                       2.   Arti mengajar
Mengajar diartikan sebagai upaya menyampaikan bahan pengajaran kepada siswa, maka nampak bahwa aktivitas mengajar lebih dominan oleh guru sebagai pelaku pengajar. Sedangkan siswa hanya bertindak sabagai obyek pelajar . Jadi guru dengan segala aktivitasnya berupaya memberikan pengajaran kepada para siswa. Sedangkan siswa cenderung bersifat pasif.6
Kemudian dalam makna yang lebih luas, mengajar dapat diartikan dengan segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai tujuan yang telah di tetapkan.
Hilgard mengatakan bahwa :
“Belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti kelalaian atau di sebabkan obat-obatan.7
Drs. Slameto mengatakan bahwa :
“Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dan berinteraksi dengan lingkungannya.8
H. Roth mengatakan bahwa :
“Belajar (dari segi ilmu mendidik) berarti perbaikan, perbaikan tingkah laku (memperoleh tingkah laku baru) dan kecakapan. Dengan belajar terdapat perubahan-perubahan (perbaikan) fungsi kejiwaan. Hal mana menjadi syarat bagi perbaikan tingkah laku dan berarti pula menghilangkan tingkah laku dan kecakapan yang mempersempit belajar.9
Ketiga pengertian di atas menunjukkan suatu pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku peserta didik sebagai hasil dan interaksi dengan lingkungannya. Jadi belajar dalam makna ini yaitu perubahan tingkah laku peserta didik ke arah yang lebih baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar adalah suatu upaya dilakukan oleh guru untuk memberikan dorongan kepada siswa agar terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa. Proses ini merupakan suatu perwujudan dari reaksi antar siswa dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud lebih dititik beratkan pada lingkungan sekolah. contoh proposal skripsi pendidikan
Rumusan lain dapat pula di kemukakan disini bahwa belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pengajaran, belajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh siswa sedangkan mengajar mengacu kepada apa yang di lakukan oleh guru sebagai pemimpin belajar. Kedua kegiatan tersebut menjadi terpadu dalam suatu kegiatan manakala terjadi hubungan timbal balik antara guru dan siswa pada saat pelajaran berlangsung.
                b.   Problematikan belajar mengajar
Bertitik tolak dari arti problematika yaitu hal yang menimbulkan masalah, maka dalam kaitannya dengan belajar mengajar yang dikemukakan sebelumnya dapat diambil suatu rumusan pengertian bahwa yang dimaksud dengan problematika belajar mengajar adalah sesuatu yang menjadi sebab timbulnya masalah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah, baik yang berlangsung dalam tatap muka maupun melalui media cetak.
Dalam hubungan ini mengajar diartikan sebagai kegiatan mengorganisasi proses belajar. Dengan demikian problematika yang dihadapi oleh pengajar dan dipandang baik untuk menghasilkan produk yang baik, adalah bagaimana mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai pengetahuan yang luas. Dalam hal ini guru sebagai pengajar harus berperan sebagai perantara yang lebih baik.
        2.     Macam-macam problematikan belajar mengajar
Akrivitas belajar mengajar bagi setiap individu, tidak selamanya berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang cepat menangkap apa yang dipelajari dan kadang-kadang terasa amat sulit. Atas dasar itulah maka dapat dipahami bahwa dalam aktivitas belajar mengajar itu terdapat berbagai masalah atau problematika, misalnya:  dalam hal semangat yang terkadang tinggi tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi, itulah kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap siswa dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar mengajar. Setiap siswa memang tidak ada sama perbedaan individual ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar mengajar dikalangan siswa, hal tersebut yang menjadi kesulitan belajar mengajar adalah dalam keadaan siswa dimana tidak dapat belajar sebagaimana mestinya yaitu sesuai dengan cara belajar yang efektif dan efisien.
F.    Metodologi Penelitian
        1.     Populasi dan Sampel
                a.   Populasi
Sebelum penulis mengemukakan populasi, maka terlebih dahulu penulis menjelaskan pengertian populasi untuk memudahkan obyek penelitian. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang menjadi perhatian peneliti.12
Nana Sudjana dan Dr. Ibrahim MA, mengatakan :
Populasi, maknanya berkaitan dengan elemen yakni unit tempat diperolehnya informasi, elemen tersebut bisa berupa keluarga, individu, rumah tangga, kelompok sosial, sekolah, kelas, organisasi dan lain-lain yakni sekumpulan dari sejumlah elemen.13
Berdasarkan dari pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa populasi adalah keseluruhan objek yang menjadi saran peneliti. Dengan demikian populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 1 Bisappu Kabupaten Bantaeng yang berjumlah 146 siswa yang terbagi ke dalam enam kelas dengan perincian siswa kelas 1 terdiri dari tiga kelas yakni kelas 1A berjumlah 25 orang, kelas 1B berjumlah 25 orang dan kelas 1C berjumlah 24 orang. Sementara kelas 2 terdiri dari tiga kelas dan  kelas 2A berjumlah 25 orang, kelas 2B berjumlah 24 orang dan kelas 1C berjumlah 22 orang dan guru mata pelajaran agama Islam sebanyak 2orang. contoh proposal skripsi pendidikan
Adapun siswa kelas tiga tidak diteliti karena siswa tersebut telah mengikuti UIN atau telah tamat, sehingga peneliti hanya memilih kelas satu dan kelas dua. Hal ini karena pengambilan data peneliti dilakukan pada akhir tahun ajaran lama untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel beriku ini .
Tabel
Keadaan Pupulasi  Siswa SMP Negeri 1 Bisappu Bantaeng
No
Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
2
3
4
5
6
1A
1B
1C
2A
2B
3C
14
11
16
8
8
12
11
14
9
17
16
16
25
25
25
25
24
22
Jumlah
69
77
146
Sumber data : Kantor Tata Usaha SMP Negeri 1 Bisappu kab. Bantaeng
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa laki-laki kelas satu dan kelas dua sebanyak 69 siswa dan siswa perempuan kelas satu dan dua sebanyak 77 siswi. Jadi dapat disimpulkan bahwa populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 1 Bisappu yang terdiri dari kelas satu dan dua yang terdiri dari 146 orang dan 2 guru mata pelajaran pendidikan agama Islam
                b.   Sampel
Sampel adalah sebagian objek atau wakil populasi yang diteliti. Menurut Sutrisno Hadi sampel adalah perwakilan atau wakil yang lebih kecil dan keseluruhan. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Menggenaralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi.14
Dengan demikian sampel yang diambil dari keseluruhan populasi yaitu siswa sebanyak 30 orang dan 2 orang guru mata pelajaran pendidikan agama Islam mengingat adanya strata dalam objek penelitian ini yakni kelas satu dan kelas dua maka teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dan quata sampling. Teknik sampel ini diberi nama demikian karena dalam pemilihan sampelnya peneliti mencampur subyek-subyek di dalam populasi sehingga semua obyek dianggap sama dalam hal ini peneliti mengambil sampel dari setiap kelas sebanyak 20% dari jumlah siswa tiap kelas hingga diperoleh sampel sebanyak 30 orang. Ke 30 orang inilah yang akan menjadi respoden mewakili siswa di SMP Negeri 1 Bisappu. Adapun pengambilan sampel tersebut berdasarkan teori yang dikemukakan oleh  Suharsini Arikunto :
 “Apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, jumlah subyeknua besar dapat diambil antara    10 – 15% atau 20 – 25% atau lebih”.15
Untuk selengkapnya teknik pengambilan sampel dari tiga kelas dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2
Tabulasi Jumlah Siswa dan Sampel Tiap Kelas
No
Kelas
Jumlah Siswa
Sampel (20%)
1
2
3
4
5
6
1A
1B
1C
2A
2B
3C
25
25
25
25
24
22
5
5
5
5
5
5

Jumlah
146
30
        2.     Instrumen Penelitian
Menurut Suharsini Arikunto instrumen penelitian adalah alat yang digunakan pada waktu melaksanakan penelitian16
Instrumen tersebut akan menjangkau semua variabel penelitian dan berupaya untuk melacak sumber daya yang akurat agar tujuan pelaksanaan penelitian akan terwujud, maka instrumen penelitian yang harus difungsikan semaksimal mungkin untuk memperoleh jenis data dan tingkat kepercayaan data.
Adapun yang menjadi pedoman instrumen penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini yakni :
  1. Pedoman observasi untuk mengukur tingkah laku siswa pada waktu belajar dan tingkah laku guru pada waktu mengajar
  2. Angket/koesioner, bertujuan mencari informasi yang lengkap mengenai masalah dari responden, yang berkaitan dengan masalah dalam skripsi ini
  3. Dokumentasi, yakni tentang data responden yang akan dicatat di SLTP Negeri I Bisappu
  4. Pedoman wawancara, yakni dipergunakan untuk mengetahui informasi dari responden, dalam penelitian ini pedoman wawancara dilakukan pada guru.
        3.     Prosedur pengumpulan data
                a.   Tahap Persiapan
Bermula adanya surat izin penelitian yang dikeluarkan oleh Kantor Sosial Politik Kabupaten Bantaeng, yang memberikan kebebasan untuk mengadakan penelitian sesuai apa yang diharapkan, sekaligus izin ini adalah alat untuk memperlancar atau menjaga kemungkinan terjadinya kendala yang ditemukandalam merealisasikan penelitian. contoh proposal skripsi pendidikan
                b.   Tahap Pengumpulan Data
Prosedur selanjutnya adalah melaksanakan penelitian dengan menggunakan metode yang menjadi sumber data agar penelitian berjalan dengan lancar dan sukses.
Metode yang dimaksud adalah Field reseach (riset lapangan), yakni turun langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh data-data yang konkrit yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas. Dalam mengumpulkan data melalui metode ini digunakan cara obserfasi, interview, angket dan dokumentasi.
        4.     Teknik Analisis Data
Hasil pengolahan data tersebut akan dianalisis dengan menggunakan dua pendekatan yaitu :
  1. Analisis kualitatif yaitu analisis data yang dijabarkan melalui pengamatan yang tidak berupa angka-angka. maksudnya adalah dilakukan dengan cara menguraikan dalam bentuk kalimat kemudian direlevansikan dengan rujukan teori yang mendukung.
  2. Analisis kuantitaif yaitu analisis terhadap data yang berupa angka-angka dengan cara menggunakan statistik yang relevan dalam bentuk persentase. Maka rumus yang digunakan adalah :
       P = F/N x 100%
Keterangan :
P      =    Persentase (%)
F      =    Frekuensi atau kategori jabatan
N     =    Number (Jumlah Frekuensi/individu)17.
Dengan demikian, metode analisis data yang dipergunakan dalam skripsi ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif, yaitu sumber dari hasil angket, interview, observasi dan dokumentasi, guna memperoleh sesuatu kesimpulan yang betul-betul akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.
G.    Tujuan dan Kegunaan
        1.     Tujuan penelitian ini adalah :
a.   Untuk mengetahui  sejauh mana problematika yang dihadapi oleh siswa.
b.   Untuk mengetahui apakah problematika mempengaruhi prestasi belajar.
c.   Untuk mengetahui bagaimana cara untuk mengatasi problematika.
        2.     Kegunaan penelitian ini adalah :
a.   Menambah wawasan dan memperdalam khasanah pengetahuan penulis terutama sekitar pengetahuan tentang analisis psikologi problematika proses belajar megajar.
b.   Dengan adanya tulisan ini mungkin bisa memberikan kontribusi pemikiran baru untuk dijadikan sebagai bahan masukan bagi guru, para siswa serta seluruh komponen.
c.   Menjadi bahan bacaan pertimbangan serta bahan rujukan terhadap penelian serupa di tempat lain dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam dimasa yang akan datang.
KOMPOSISI BAB
BAB  I    PENDAHULUAN
  1. Latar belakang
  2. Rumusan masalah
  3. Pengertian judul
  4. Tujuan dan kegunaan penelitian
BAB II    TINJAUAN PUSTAKA
  1. Pengertian proses belajar mengajar dan problematikanya
  2. Macam-macam problematika belajar mengajar
BAB III  METODE PENELITIAN
  1. Populasi dan  sampel
  2. Instrumen penelitian
  3. Prosedur pengumpulan data
  4. Teknik analisis data
BAB IV  PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
  1. Gambaran Umum SMP Negeri 1 Bisappu Kabupaten Bantaeng
  2. Keadaan Proses Belajar Mengajar di SMP Negeri 1 Bisappu
  3. Problematika proses belajar mengajar pada mata pelajaran agama Islam di SLTP Negeri 1 Bisappu.
  4. Upaya mengatasi problematika belajar mengajar di SMP Negeri 1 Bisappu.
BAB V    PENUTUP
  1. Kesimpulan
  2. Implikasi Penelitian
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran
Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, 1990. Pengelolaan Pengajaran. Cet. II. Ujung Pandang : Bintang Selatan.
Ahmadi Abu, 1991. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Ari Kunto, Suharsini, 1989. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Asnawir, H. Media Pembelajaran. Jakarta : Ciputat Pers, 2002
Arsyad, Azhar, Media Pengajaran. Cet. I; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997
Al Barry Dahlan, M. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya : Arkola.
Harjanto, Perencanaan Pengajaran. Cet. I; Jakarta: PT. Bineka Cipta, 1997
Hakim Lukman, Drs. 1994. Kamus Ilmiah. Surabaya : Terbit Terang.
Hasan M. Iqbal, 2002. Pokok-pokok Materi Statistik Inferensial. Edisi II. Cet. I.  Jakarta : Bumi Aksara.
Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam. Cet. I ;  Makassar : Yayasan Fabiah, 2002
Muhibbin, Syah. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers, 2003
Oemar Hamalik, 2001. Proses Belajar Mengajar.  Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Pasaribu, 1983. Proses Belajar Mengajar.  Bandung : Tarsito
Slameto, Drs. 2003. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Bineka Cipta
Shalahuddin Maludh, 1990. Pengantar Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Bina Ilmu.
I.L. Simanjuntak. B Pasaribu,. 1983. Proses Belajar Mengajar. Edisi II. Bandung : Strisito.
Sujana Nana dan Ibrahim. MA, 2001. Penelitian dan Penelitian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru.
Sugiyono, 1994. Metodologi Penelitian Administrasi. Edisi II, Cet. IV. Alpabeta.
Usman Muh. Uzer, 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Persada.

[1]Azhar Arsyad, Media Pengajaran (Cet. I; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h. 16
[2]Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. I ;  Makassar : Yayasan Fabiah, 2002), h. 85.
[3]Harjanto, Perencanaan Pengajaran (Cet. I; Jakarta: PT. Bineka Cipta, 1997), h. 243.
3 Lukman Hakim. Kamus Istilah (Surabaya : Terbit Terang, 1994) h. 46
5 Hamalik Oemar. Proses Belajar Mengajar (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2001), h. 27.
6 Muh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002),   h. 27
7 Pasaribu, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Tarsito, 1983) h. 59
8 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya (Jakarta : Bina aksara,
9 Pasaribu, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Tarsito, 1983) h. 62
12 Maludh Shalahuddin. Pengantar Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 1990),       h. 102
13 Nana Sudjana dan Ibrahim MA. Penelitian dan Penilaian Pendidikan (Bandung : Sinar Baru, 2001), h. 84.
14Sutrisno Hadi, Statistik Jilid II (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), h. 104.
15Suharsini Arikunto, Op.cit.,
16 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta : 1989), h. 55
17Sanapiah Faisal, Format-format Penelitan Cet. VII ; Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 154.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar