STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Senin, 04 Maret 2013

KEMASYARAKATAN DALAM ISLAM

I. PENDAHULUAN

Segala puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan nikmatNya. Sehingga kami diberikan kesempatan untuk dapat menulis dan menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa juga kami haturkan kalimat sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW. Dimana beliaulah yang telah menuntun dan mengeluarkan umat manusia dari zaman Jahiliyyah, zaman yang penuh kesesatan dan kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti sekarang ini. Hanya kepada beliau jugalah kita memohon syafaatnya di hari akhir nanti. Semoga kita semua di akui sebagai ummatnya. Amiiin...
Penulis menulis makalah dengan judul ”Kemasyarakatan Dalam Islam” yang membahas tentang kehidupan bermasyarakat yang berdasarkan Islam. Yaitu suatu kehidupan dimana dalam kesehariannya dilandasi dengan penerapan-penerapan perilaku Islam. Banyak masyarakat yang mengaku beragama Islam tetapi mereka tidak mencerminkan perilaku sebagai seorang muslim.
Dalam makalah ini akan dikupas tentang berbagai macam fenomena yang ada dalam masyarakat. Mulai dari penerapan perilaku dalam kehidupan sehari-hari, hambatan-hambatan dalam penerapannya, sampai solusi menuju masyarakat yang ideal dan harmonis.oleh karena itu penulis berharap dengan makalah ini, pembaca dapat lebih sadar akan kebersamaan dan kerukunan dalam masyarakat akan menciptakan kehidupan yang harmonis dan tenteram. Dan yang terpenting semoga makalah kami dapat bermanfaat bagi siapapun yang membaca pada umumnya, dan terlebih khususnya kepada kami, penulis pribadi.

II. LATAR BELAKANG
Penulisan ini mengangkat judul makalah tentang kemasyarakatan dalam Islam ditinjau dari beberapa latar belakang di bawah ini.
1.       Manusia berasal dari satu diri yang kemudian berkembang menjadi suku-suku dan berbangsa-bangsa.
Semua manusia berasal dari sumber yang satu,kemudian berkembang menjadi berbagai macam warna,ras,budaya,dan bangsa. Mereka harus tetap saling mendekati,saling menghormati dalam interaksi sosial.(Annisa:1, Alhujurat:13).
2.     Perbedaan ras, suku, agama, dll.
Manusia di dunia diciptakan beragam dan berbeda-beda. Perbedaan yang sangat menonjol adalah perbedaan fisik. Misalnya perbedaan warna kulit, bentuk mata, bentuk rambut, tinggi badan, dsb. Perbedaan ras dan suku sering menimbulkan pertengkaran dan pertikaian. Bahkan tidak jarang sampai menimbulkan pertumpahan darah. Tindakan seperti ini sangat tidak mencerminkan perilaku Islam. Padahal Islam tidak mengajarkan hal seperti itu. Allah menciptakan manusia yang bersuku-suku dan berbangsa-bangsa bukanlah untuk bersaing menonjolkan keunggulanya lalu menimbulkan pertikaian, akan tetapi agar mereka saling mengenal satu sama lain lalu bersaudara. Seperti firman Allah :
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.sŒ 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© Ÿ@ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4
Artinya: ”Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.” (Q.S.Al Hujurat:13)

3.     Hanya ketaqwaan yang membedakan derajat manusia di mata Allah SWT.
Pada dasarnya mereka mempunyai kedudukan yang sama yang memberikan keunggulan diantara mereka adalah kualitas taqwanya.
 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 
Artinya: ”Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu sekalian di sisi Allah adalah yang paling taqwa diantara kamu”(Q.S Alhujurat:13)

Oleh karena adanya keanekaragaman budaya, agama, tradisi dan lain-lain itu, maka manusia harus memberlakukan upaya bersama atas dasar nilai kebaikan (Albirr) dan ketaqwaan (At-taqwa), dan jangan melakukan upaya bersama atas dasar nilai kedosaan (Al-itsm) dan permusuhan (Almaidah:2). Adapun perbedaan-perbedaan yang ada diantara mereka dan sulit dikompromikan,serahkan saja penilaian dan keputusan akhirnya kepada Tuhan (Al-Baqoroh:113)

III. TUJUAN
Penulis menyusun makalah ini dengan mempunyai maksud dan tujuan. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1)      Meningkatkan kesadaran akan persamaan derajat manusia
Pada hakikatnya manusia itu mempunyai derajat yang sama. Adanya kesenjangan sosial itu karena ulah manusia sendiri yang merasa lebih sempurna atau lebih baik dari yang lainnya. Seperti halnya telah disebutkan dalam latar belakang hanyalah ketaqwaan  yang membedakan derajat manusia di sisi Allah SWT.
2)      Menghilangkan diskriminasi
Diskriminasi adalah salah satu bentuk dari sifat dholim. Karena dalam diskriminasi terdapat perbedaan hak antara satu kaum dan kaum yang lain. Kaum yang dianggap lebih tinggi menindas kaum di bawahnya. Dan kaum yang lebih lemah mempunyai hak-hak yang lebih minim karena dibatasi oleh kaum diatas mereka. Tindakan yang semena-mena seperti inilah yang dibenci oleh Allah. Karena Allah sendiri tidak pernah membedakan hamba-hambaNya, apalagi hanya dari segi fisik.
3)      Menyadari hakikat manusia sebagai makhluk individu dan sosial.
Manusia merupakan makhluk individu yang terdiri dari unsur jasmani dan rohani. Dalam sosiologi istilah individu berarti manusia perseorangan (seorang diri) yang dibedakan dari orang lain.[1] Disamping itu tidak dapat dipungkiri bahwa manusia juga merupakan makhluk sosial. Dimana makhluk sosial adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri. Maksudnya ia membutuhkan orang lain untuk menunjang kehidupannya. Itulah alasannya mengapa manusia harus hidup bermasyarakat.
4)      Meningkatkan rasa solidaritas bersama
Untuk mewujudkan apa yang tercantum dalam poin ke 3 di atas, perlu adanya rasa solidaritas bersama. Tanpa solidaritas kebersamaan tidak akan terwujud. Justru malah akan menimbulkan rasa egoisme yang nantinya akan dijelaskan dalam bab selanjutnya. Jika rasa solidaritas itu sudah tertanam dalam diri seseorang, mereka akan merasa satu keluarga. Dalam sebuah keluarga terdapat rasa kasih sayang yang begitu besar. Antara yang satu dan yang lainnya saling menjaga dan saling membantu. Bahagia dan duka akan dihadapi bersama.

IV. RUANG LINGKUP
Karena keterbatasan pengetahuan, pemikiran serta sumber referensi penulis, maka penulis memberi batasan dalam pembahasan masalah atau ruang lingkup.
1.                 Masyarakat dalam pandangan Islam
2.                 Unsur-unsur pembentuk masyarakat
3.                 Penerapan kemasyarakatan dalam Islam
4.                 Solusi menuju masyarakat Islam
Tujuan penulis memberi batasan dalam pembahasan agar penulis dapat mengupas masalah secara tuntas dan tepat sasaran serta mengena pada isi. Sehingga pembaca dapat memahaminya secara dalam dan tidak mengambang.

V. PEMBAHASAN
A.    Pengertian Islam
Pengertian Islam menurut bahasa :
a.        Salam : Selamat, aman sentausa,sejahtera
Kata salam terdapat dalam Al Quran surat Al-An’am : 54,Al-A’raf :46,An-Nahl :32
b.       Aslama, artinya menyerah atau masuk Isalm
Kata Aslama terdapat dalam Al-Quran surat Al-Baqarah :112, Al-Imron :120, An-Nisa’ :125,Al-An’am :14
c.       Silmun, artinya keselamatan atau perdamaian
Kata Silmun terdapat dalam surat Al-Baqarah :208, Muhammad :35
d.      Salamun, artinya tangga, kendaraan
Pengertian Islam secara istilah adalah agama Allah ( Samawi ) yang diwahyukan kepada Rasul-Nya sejak Nabi Adam As hingga yang terakhir Nabi Muhammad SAW.[2]
Secara vertikal Islam mengajarkan agar manusia tunduk,patuh dan menyerahkan diri kepada hukum Allah. Sedangkan secara horizontal Islam mengatur bagaimana seharusnya manusia melakukan hubungan dengan dirinya,bagaimana ia dapat hidup damai,tentram dan bahagia lahir dan batin serta dunia dan akhirat.[3]
Agama itu untuk mengatur seluruh aspek kehidupan manusia baik aspek keyakinan, ibadah, sosial, hukum, politik, ekonomi, akhlak dan lain sebagainya maupun untuk pedoman hidup bagi seluruh umat manusia agar dapat tercapai kehidupan yang diridhoi Allah SWT dan kebahagiaan hidup di dunia Akhirat.[4] Agama Islam merupakan Agama yang paling sempurna di sisi Allah SWT adalah agama Islam.
¨bÎ) šúïÏe$!$# yYÏã «!$# ÞO»n=óM}$#
Artinya:”Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.”
(Q.S.Ali Imron:19)
B.     Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dalam wilayah yang sama dan memiliki tujuan yang sama.
Unsur-unsur pembentukan masyarakat :

1.      Bahasa
Bahasa memungkinkan manusia membentuk hubungan rohaniah. Secara jasmaniyah warga masyarakat terpisah antara satu dengan lainnya tetapi secara rohaniah mereka berhubungan. Tanpa hubungan rohaniah masyarakat tidak terbentuk. Dengan bahasa si A menyampaikan apa yang ada dalam dirinya kepada si B. Tanpa saluran itu si B tidak akan tahu apa-apa yang dipikirkan ,dirasakan,diinginkan,dan dialami oleh si A. Dengan adanya bahasa terjadilah interaksi antara seseorang dengan orang lain atau sekelompok dengan kelompok lainnya. Dengan interaksi timbullah kerja sama dan kehidupan bersama antara kelompok pribadi itu, sehingga terbentuklah masyarakat.
2.      Api
Api memberi manusia energi. Dengan api ia dapat memasak melunakkan bahan makanan yang mentah dan ia memakan yang sudah dimasak. Api memberikan energi teknik. Tenaga manusia yang sangat terbatas menjadi tanpa batas oleh energi kerja itu. Apabila tidak ada tenaga api yang dalam bentuk modernnya menjadi uap,listrik,dan atom apa yang akan terjadi?Kita akan hidup seperti nenek moyang kita ribuan tahun yang lalu.
3.       Agama
Manusia bersahaja dahulu ketika pada awal pembentukan pengetahuan ,menghadapi alam dan peristiwa-peristiwa alam dalam kehidupan dengan penuh tanda tanya. Mana yang tak terjawaboleh pengetahuan mereka yang dangkal mereka pulangkan pada hal-hal yang gaib. Apa yang tak terjawab oleh pengetahuan mereka yang dangkal,dipulangkan pada agama,antara lain tentang hidup mati, keraguan dan ketakutan dalam mengahadapi berbagai peristiwa, harapan setelah meniggalkan dunia ini. Tanpa agama manusia terdampar pada kehidupan jasmaniah saja. Tanpa kehidupan rohaniah lenyap tempat tegak etika dan moral serta kepercayaan kehidupan di seberang kubur.[5]
C.    Kemasyarakatan dalam Pandangan Islam
Masyarakat Islam adalah kelompok manusia dimana hidup terjaring kebudayaan Islam, yang diamalkan oleh kelompok itu sebagai kebudayaannya. Dalam artian kelompok itu bekerja sama dan hidup bersama berasaskan prinsip Al Qur’an dan Hadist dalam kehidupan.[6]
Masyarakat dalam pandangan Islam merupakan alat atau sarana untuk melaksanakan ajaran-ajaran Islam yang menyangkut kehidupan bersama. Karena itulah masyarakat harus menjadi dasar kerangka kehidupan duniawi bagi kesatuan dan kerja sama umat menuju adanya suatu pertumbuhan manusia yang mewujudkan persamaan dan keadilan.[7]
D.    Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari
Sebagai masyarakat yang berlandaskan agama Islam, sudah seharusnya mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-harinya. Begitu juga dengan tingkah laku sehari-hari harus mencerminkan perilaku seorang muslim.
a.       Ukhuwah Islamiah
Ukhuwah Islamiah adalah persaudaraan dalam Islam. Islam adalah sebuah keluarga dan seluruh umat Islam merupakan saudara.
$yJ¯RÎ) tbqãZÏB÷sßJø9$# ×ouq÷zÎ) (#qßsÎ=ô¹r'sù tû÷üt/ ö/ä3÷ƒuqyzr& 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ÷/ä3ª=yès9 tbqçHxqöè? ÇÊÉÈ
Artinya:”Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”(Q.S Alhujurat: 10)

b.      Tolong Menolong
Islam sangat memperhatikan sifat-sifat tolong-menolong dan persatuan. Karena masyarakat akan menjadi kokoh juga memperingan segala tanggung jawabnya. Laut adalah koleksi dari percikan-percikan air yang bersatu. Demikian juga gunung, adalah komponen dari zat-zat dan molekul-molekul yang terpadu.[8]
(#qçRur$yès?ur n?tã ÎhŽÉ9ø9$# 3uqø)­G9$#ur ( Ÿwur (#qçRur$yès? n?tã ÉOøOM}$# Èbºurôãèø9$#ur4
Artinya:”Tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (Q.S Almaidah:2)
Atas dasar tolong-menolong itulah Islam membina Syari’at dan hukum-hukumnya. Dengan tolong-menolong itulah kaum muslimin dahulu membangun sehingga kekuasaanya merata di timur dan barat. Dengan tolong-menolong itulah pemerintahan mereka dikala itu melawan keinginan dan hawa nafsu, melawan perpecahan, dan kehancuran, melawan kedholiman dan kesewenang-wenangan, serta melawan segala macam kerusakan.
c.       Berlomba dalam Kebaikan
Tujuan hidup yang paling mulia adalah selalu berbuat kebaikan, agar meninggi sifat kemanusiaannya dan menyerupai malaikat serta berakhlak sesuai dengan sifat Allah yang pengasih dan penyayang kepada hamba-hambaNya.
Allah memerintahkan hamba-hambaNya agar berbuat kebaikan dan berlomba-lomba mengamalkannya. Allah berfirman :
9e@ä3Ï9ur îpygô_Ír uqèd $pkŽÏj9uqãB ( (#qà)Î7tFó$$sù ÏNºuŽöyø9$# 4 tûøïr& $tB (#qçRqä3s? ÏNù'tƒ ãNä3Î/ ª!$# $·èŠÏJy_ 4 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ֍ƒÏs% ÇÊÍÑÈ
Artinya: ”Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadapNya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Dimana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha kuasa atas tiap-tiap sesuatu” (Q.S. Al Baqoroh: 148)
d.      Amar Ma’ruf Nahi Munkar
sesungguhnya amar ma’ruf nahi munkar merupakan bagian dari amal shalih yaitu sebagai realisasi kepedulian sosial. Akan tetapi ada ayat Al Qur’an yang secara khusus mengaitkan amar ma’ruf nahi munkar dengan kualitas manusia yaitu:
öNçGZä. uŽöyz >p¨Bé& ôMy_̍÷zé& Ĩ$¨Y=Ï9 tbrâßDù's? Å$rã÷èyJø9$$Î/ šcöqyg÷Ys?ur Ç`tã ̍x6ZßJø9$# tbqãZÏB÷sè?ur «!$$Î/ 3
Artinya: ”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”(Q.S.Ali Imron:110)
Karena amar ma’ruf nahi munkar merupakan tanggung jawab yang melekat pada diri setiap muslim,maka harus dilaksanakan dengan baik.[9]
E.     Hambatan -hambatan
a.      Sifat Egoisme
Apa yang akan terjadi bila kita egois menikmati kesenangan pribadi tanpa batas? Kita akan digantikan oleh generasi yang malang yang merupakan akibat dari egoisme dan kelalaian kita.[10]
b.      Menonjolkan Ke Sukuan
Berpegang kepada tali Allah itu menghendaki agar dikesampingkan syahwat hawa nafsu yang ditimbulkan oleh kesukuan, kebangsaan, dan aliran. Kesukuan itulah yang mendorong dan menjatuhkan mereka ke dalam api perpecahan dan menjauhkan mereka dari jalan Allah. Islam tidak memperturutkan spekulasi teoritis mengenai asal-usul manusia, melainkan mempraktekkan prinsip-prinsipnya.hal.[11]
F.     Solusi Menuju Masyarakat Ideal
a.       Umat yang Bertaqwa
Taqwa adalah buah agama. Taqwa membawa kepada pendasaran pemikiranan perasaan dan amal atas prinsip-prinsip yang digariskan Tuhan.[12] Taqwa merupakan ujung agama dan sekalian pangkal kebudayaan.
b.       Musyawarah dalam Berbagai Masalah
Cara musyawarah dapat dilakukan dengan melibatkan semua orang yang ada kaitannya dengan persoalan yang dimusyawarahkan. Dengan begitu masalah yang berat akan menjadi ringan. Segala keputusan dalam musyawarah menjadi tanggung jawab bersama. Jika hasil yang dicapai ternyata tidak sesuai dengan tujuan dan harapan, maka tidak ada salah satu pihak yang disalahkan, melainkan tanggung jawab semua.
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $ˆàsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ͐öDF{$# ( #sŒÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ
 Artinya:”Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (Q.S Ali Imron:159)
c.       Tidak Saling Menghina antara Sesama
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä Ÿw öyó¡o ×Pöqs% `ÏiB BQöqs% #Ó|¤tã br& (#qçRqä3tƒ #ZŽöyz öNåk÷]ÏiB Ÿwur Öä!$|¡ÎS `ÏiB >ä!$|¡ÎpS #Ó|¤tã br& £`ä3tƒ #ZŽöyz £`åk÷]ÏiB ( Ÿwur (#ÿrâÏJù=s? ö/ä3|¡àÿRr& Ÿwur (#rât/$uZs? É=»s)ø9F{$$Î/ ( }§ø©Î/ ãLôœew$# ä-qÝ¡àÿø9$# y÷èt/ Ç`»yJƒM}$# 4 `tBur öN©9 ó=çGtƒ y7Í´¯»s9'ré'sù ãNèd tbqçHÍ>»©à9$# ÇÊÊÈ
Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.”(Q.S Alhujurat:11)
d.   Umat yang satu
Kepribadian masyarakat dalam Islam adalah kepribadian yang tersendiri, yang bersemboyankan kesatuan yang kokoh. Oleh karena itu, kesatuan dalam iman dan amal adalah dasar dan semboyan bagi masyarakat menurut pandangan Islam.[13]

VI. KESIMPULAN
Pada hakikatnya manusia adalah sama. Hanya ketaqwaanlah yang membedakan derajat mereka di sisi Allah. Allah menciptakan manusia dengan beragam jenis perbedaan. Agar manusia bisa mengenal dan menerima perbedaan tersebut kemudian saling bersaudara. Karena sesungguhnya seluruh umat Islam adalah saudara. Islam mengajarkan Ukhuwah Islamiah dan membenci perceraian. Tanpa ukhuwah atau rasa kekeluargaan tidak akan terwujud persatuan dan kesatuan. Salah satu keistimewaan umat Islam adalah rasa solidaritas dan kebersamaan yang mereka miliki sehingga Islam menjadi agama yang kuat berkat kesatuan yang terbentuk dikalangan umatnya.
Kita patut bersyukur,meskipun ada 5 agama yang diakui di Indonesia, tetap damai dan tidak pernah terjadi war of religions seperti yang pernah terjadi di Eropa pada abad ke 16 sampai awal abad ke 17 M.
Begitu juga dalam bermasyarakat. Apabila dalam suatu masyarakat sudah mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, maka akan tercipta suasana yang rukun dan harmonis. Rasa kekeluargaan dan kebersamaan yang tertanam dalam diri mereka akan menghasilkan sifat gotong royong dalam segala aktifitas bersama. Hal ini sesuai dengan arti agama Islam sebagai agama yang sejahtera, aman sentausa, damai dan selamat.

VII. PENUTUP
Hanya ucapan ”Alhamdulillahi Robbil ’Alamiin” yang pantas kami ucapkan dalam akhir penulisan kami. Karena berkat rahmat dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Berkat ilmuNya pula kami dapat menuangkan pengetahuan kami dalam bentuk makalah.
Segala kesempurnaan hanya milik Allah SWT, sang Maha sempurna dan Maha mengetahui segala ilmu. Sehingga apabila ada kebaikan dan kebenaran dalam makalah ini, itu semua semata-mata karena dari Allah. Dan apabila ada kekurangan dan kesalahan baik dalam segala hal, itu semua semata-mata dari pihak penulis. Karena penulis adalah manusia yang tidak sempurna dan penuh keterbatasan dalam segala hal.
Oleh karena hal tersebut, tentunya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Ucapan terima kasih yang sebesarnya di haturkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini hingga selesai.
Akhirul kalam semoga apa yang kita kerjakan selalu mendapat ridho dari Allah. Dan semoga makalah ”Kemasyarakatan Dalam Islam” dapat bermanfaat bagi semua. Amiiin...



DAFTAR PUSTAKA

Mubarok Latif, Zaky, dkk, Akidah Islam, Yogyakarta: UII Press, 2001.
Hasan, Muhammad Tholhah, Islam dalam Perspektif Sosio Kultural, Jakarta: Lantabora Press, 2005.
Kaelany H.D.,M.A.,Drs., Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000.
Harun Nasution, Dr, Islam diTinjau dari Berbagai Aspeknya jilid I, Jakarta: Bulan Bintang, 1974.
Gazalba, Sidi, Drs., Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan Sosiografi, Jakarta: Bulan Bintang, 1976.
Achmadi, Prof. Dr., Ideologi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet.I, 2005.
Sabiq, Sayid, Unsur-unsur Dinamika dalam Islam, PT Intermasa, 1981.
Quthub, Muhammad, DR., Islam Agama Pembebas, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001.
Syaltout, Syaikh Mahmoud, Prof.Dr.,Tuntunan Islam,Jakarta:Bulan Bintang,1974.
Abd. Al-Aziz Kamal, Drs., Islam dan Masalah Ras, Jakarta: Lentera,1993.



[1] Prof DR. Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), cet. I hlm.155
[2] Zaky Mubarok Latif dkk, Akidah Islam, (Yogyakarta: UII Press 2001), hlm.60
[3] Ibid, hlm.58
[4] Ibid, hlm.60
[5] Drs. Kaelany HD,M.A, Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan, (Jakarta: PT Bumi Aksara 2000), hlm.159-160
[6] Drs. Sidi Gazalba, Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan Sosiografi, (Jakarta: Bulan Bintang 1976), hlm.126
[7] Drs. Kaelany HD,M.A, op cit, hlm.157
[8] Sayid Sabiq, Unsur-unsur Dinamika dalam Islam, (PT Intermasa 1981), hlm.179
[9] Prof DR. Achmadi, op cit, hlm.114-115
[10] DR. Muhammad Quthub, Islam Agama Pembebas, (Yogyakarta: Mitra Pustaka 2001), cet. I hlm.314
[11] Dr. Abd Al-Aziz Kamal, Islam dan Masalah Ras, (Jakarta: Lentera 1993), cet. I hlm.103
[12] Drs. Sidi Gazalba, op cit, hlm.127
[13] Prof. Dr. Syaikh Mahmoud Syaltout, Tuntunan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang 1974), jilid V, cet I hlm.162-163

Tidak ada komentar:

Posting Komentar