Perkembangan di bidang ilmu pengetahuan selama satu setengah abad
terakhir ini lebih maju dibanding abad-abad sebelumnya. Fenomena ini
merupakan kebangkitan kesadaran manusia pada abad ke-20 untuk meninjau
ulang kerja mereka terhadap sains dan teknologi selama ini. Olehnya itu,
diskursus keilmuan dengan segala cabang ilmu pengetahuan akan
melahirkan beberapa pendekatan baru dalam berbagai penyelidikan. Hal ini
menunjukkan studi tentang keilmuan tidak akan pernah berhenti untuk
dikaji, bahkan berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan obyek penelitian.
Harus pula diakui bahwa sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, tidak
terlepas dari sejarah perkembangan filsafat ilmu islami, sehingga
muncullah ilmuwan yang digolongkan sebagai filosof Islam dimana mereka
menyakini adanya hubungan antara filsafat dan ilmu Islami. Filsafat ilmu
islami yang dimaksud di sini adalah kebenaran ilmu agama sebagai hasil
dari berfikir radikal, sistematis dan universal. Oleh karena itu,
Filsafat ilmu islami hadir sebagai upaya menata kembali peran dan fungsi
iptek sesuai dengan tujuannya, yakni memfokuskan diri terhadap
kebahagian umat manusia.
Pada hakikatnya upaya manusia memeroleh pengetahuan hanya didasarkan
pada tiga masalah pokok, yakni; apa yang ingin diketahui (ontologis),
bagaimana cara memperoleh ilmu pengetahuan (epistemologis), dan apakah
nilai atau manfaat pengetahuan itu (aksiologis). Ketiga masalah ini,
kelihatannya sederhana namun mencakup permasalahan-permasalahan yang
sangat asasi. Alasannya, berbagai pemikiran yang besar sebenarnya
merupakan serangkaian jawaban yang diberikan atas ketiga masalah di
atas.
B. Pengertian Filsafat Ilmu Islami
Istilah filsafat dalam bahasa Indonesia memiliki padanan kata falsafah (Arab), philoshophy (Inggris), philoshophia (Latin), philoshophie (Jerman, Belanda, Prancis). Semua istilah itu bersumber dari Yunani , philoshophia. Istilah Yunani philein berarti "mencintai", sedang philos berarti "Teman". Selanjutnya istilah sophos berarti "bijaksana", sedangkan sophia berarti "kebijaksanaan".
Istilah filsafat dalam bahasa Indonesia memiliki padanan kata falsafah (Arab), philoshophy (Inggris), philoshophia (Latin), philoshophie (Jerman, Belanda, Prancis). Semua istilah itu bersumber dari Yunani , philoshophia. Istilah Yunani philein berarti "mencintai", sedang philos berarti "Teman". Selanjutnya istilah sophos berarti "bijaksana", sedangkan sophia berarti "kebijaksanaan".
Adapun pengertian filsafat menurut para filosof antara lain : menurut
Konsep Rene Descartes menyatakan bahwa filsafat adalah kumpulan segala
pengetahuan, dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok
penyelidikannya. Sedangkan Francis Bacon menyatakan bahwa filsafat
merupakan induk agung dari ilmu-ilmu, dan filsafat mengenai semua
pengetahuan sebagai bidangnya.
Terminologi ilmu secara etimologi yang dipahami secara umum adalah
sebagai suatu pengetahuan secara praktis yang dipakai untuk menunjuk
pada pengetahuan sistematis tentang masalah-masalah yang berhbungan
dengan subyek tertentu. Selanjutnya, pengertian ilmu secara klasik dapat
dipahami sebagai pengetahuan tentang sebab akibat atau asal-usul yang
biasanya dilawankan dengan pengertian opini. Dalam pengertian lain, term
“ilmu” di sini sering pula diistilahkan dengan science, knowledge, education dan information, sehingga pengertiannya bermakna ganda, atau mengandung lebih dari satu definisi.
Dalam hal ini Jujun S. Suriasumantri menyatakan bahwa ilmu adalah
pengetahuan yang kita gumuli sejak bangku Sekolah Dasar sampai
Pendidikan Lanjutan dan Perguruan Tinggi. Pengertian ini mengindikasikan
perolehan ilmu itu secara bertahap dalam berbagai jenjang pendidikan.
Atau segala sesuatu yang berkaitan dengan ilmu termasuk sistem kerja
ilmuan terus berkembang. Ini disebabkan karena fitrah manusia sebagai
makhluk education senantiasa dibarengi dengan keingintahuannya terhadap sesuatu.
John Ziman menyatakan bahwa ilmu adalah kajian tentang dunia material
yang memiliki obyek tertentu. Pengertian ini mengindikasikan bahwa ilmu
memiliki batasan tertentu yang harus dikelola sehingga bermuara pada
suatu pengetahuan tentang sesuatu.
Dari beberapa pengertian ilmu yang telah disebutkan di atas, maka dapat
dipahami bahwa ilmu secara terminologi merujuk pada hasil interaksi
manusia dengan obyek tertentu yang akan menghasilkan sesuatu pengetahuan
dan itulah yang disebut ilmu. Sehingga, pengertian term ilmu perlu
suatu penegasan tentang cakupan ilmu secara umum sebagai satu kebulatan
(science in genaral). Sedangkan secara khusus menunjuk masing-masing
bidang pengetahuan ilmiah (science in physcal) yang mempelajari
sesuatu pokok soal tertentu. Misalnya, Antropologi (ilmu tentang
angkasa), Biologi (ilmu tentang struktur makhluk hidup), Geografi (ilmu
tentang iklim), Sosiologi (ilmu tentang sosial) dan selainnya.
Selanjutnya, kata islam, jika ditinjau dari segi leteralnya tersusun dari huruf-huruf s-l-m (س،ل،م) yang berarti al-inqiyâd (sikap tunduk dan patuh), al-istislâm (sikap berserah diri) dan al-ikhlas (sikap ketulusan hati). Kemudian kata سلم tersebut berubah menjadi fi’il tsulâsy mazîd, yakni aslama, yuslimu, islâman,
yang secara leksikal berarti selamat, damai, tunduk dan sentosa. Jadi,
pemaknaan Islam dalam arti sempit adalah menyelamatkan, mendamaikan,
menundukkan dan menyejahterakan manusia.
Dari rumusan di atas, maka agama Islam dapat dipahami sebagai sesuatu
yang menunut sikap ketundukan dengan penyerahan dan sikap pasrah,
disertai sifat batin yang tulus, sehingga intisari yang terkandung dalam
Islam ada dua yaitu; pertama berserah diri, menudukkan diri atau taat
sepenuh hati; kedua masuk dalam al-salâm, yakni selamat sejahterah,
damai hubungan yang harmonis.
Berdasar dari batasan-batasan tentang “filsafat”, “ilmu” dan “Islam”,
maka dapat dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan filsafat ilmu islami
adalah suatu cabang ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam
mengenai ketuhanan, kealaman dan kemanusiaan sesuai dengan ajaran
Islam. Hal tersebut dikarekan pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan a higher level of knowledge
maka lahirlah filsafat Ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat
pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek
sasarannya: ilmu (pengetahuan).
Filsafat ilmu tanpa melandaskan diri pada konsep agama atau bahkan
dipisahkan dari dimensi keimanan menurut ajaran Islam, dalam bahasa lain
filsafat ilmu ini disebut filsafat ilmu sekuler yang berpijak pada
pandangan sekularisme.
C. Ruang Lingkup dan Aspek-aspek Filsafat Ilmu Islami
Ruang lingkup filsafat ilmu dalam bidang filsafat sebagai keseluruhan pada dasarnya mencakup dua pokok bahasan, yaitu: pertama, membahas "sifat pengetahuan ilmiah", dan kedua menelaah "cara-cara mengusahakan pengetahuan ilmiah". Pokok bahasan yang pertama erat hubungannya dengan filsafat pengetahuan (epistemologi), yang secara umum menyelidiki syarat-syarat dan bentuk-bentuk pengetahuan manusia. Pada pokok bahasan kedua, terkait dengan cara-cara mengusahakan pengetahuan ilmiah, filsafat ilmu berhubungan erat dengan logika serta metodologi, dan kadang-kadang pengertian filsafat ilmu ditumbuhkan dengan metodologi.
Ruang lingkup filsafat ilmu dalam bidang filsafat sebagai keseluruhan pada dasarnya mencakup dua pokok bahasan, yaitu: pertama, membahas "sifat pengetahuan ilmiah", dan kedua menelaah "cara-cara mengusahakan pengetahuan ilmiah". Pokok bahasan yang pertama erat hubungannya dengan filsafat pengetahuan (epistemologi), yang secara umum menyelidiki syarat-syarat dan bentuk-bentuk pengetahuan manusia. Pada pokok bahasan kedua, terkait dengan cara-cara mengusahakan pengetahuan ilmiah, filsafat ilmu berhubungan erat dengan logika serta metodologi, dan kadang-kadang pengertian filsafat ilmu ditumbuhkan dengan metodologi.
Adapun mengenai bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada
komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu.
Paling sedikit ada tiga aspek dari suatu filsafat ilmu: ontologis,
epistemologis, dan akiologis.
Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan
kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas
dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana yang "ada" itu. paham
monisme yang terpecah menjadi idealisme atau spiritualisme, paham
dualisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham
ontologik yang pada akhirnya menentukan pendapat bahkan keyakinan kita
masing-masing mengenai apa dan bagaimana yang ada sebagaimana
menifestasi kebenaran yang kita cari.
Berlainan dengan agama, atau bentuk-bentuk pengetahuan lainnya, maka
ilmu membatasi diri hanya kepada kejadian yang bersifat empiris ini.
Obyek penelaahan ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji
oleh panca indera manusia. Berdasarkan obyek yang ditelaahnya, maka ilmu
dapat disebut sebagai suatu pengetahuan empiris, dimana obyek-obyek
yang berbeda di luar jangkauan manusia tidak termasuk ke dalam bidang
penelaahan keilmuan tersebut. Inilah yang merupakan salah satu ciri ilmu
yakni orientasi kepada empiris.
Epistemologi ilmu, meliputi sumber, sarana, dan tata cara menggunakan
sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan ilmiah. Epistemologi, atau
teori pengetahuan, membahas secara mendalam segenap proses yang terlihat
dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan. Ilmu merupakan
pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode
keilmuan. Metode inilah yang membedakan ilmu dengan buah pemikiran yang
lainnya.
Epistemologi berusaha untuk memaparkan dan menjawab problem-problem yang
muncul dalam area tertentu, misalnya: positivisme logis. Semua
epistemologi meletakkan beberapa oposisi sebagai penyusun teori
pengetahuan, tujuannya yaitu meletakkan yang memungkinkan bagi suatu
pengetahuan.
Aksiologi ilmu meliputi nilai-nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik ataupun fisik-material.
Aksiologi ilmu meliputi nilai-nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik ataupun fisik-material.
Filsafat ilmu dalam perkembangannya juga mengarahkan pandangannya pada
strategi pengembangan ilmu, yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan
sampai pada dimensi kebudayaan untuk menangkap bukan saja kemanfaatan,
tetapi juga arti maknanya terhadap kehidupan umat manusia.
Al-Qur’an adalah sumber seluruh pengetahuan, al-Qur’an mencakup seluruh
bentuk pengetahuan. Pandangan yang menganggap al-Qur’an sebagai sebuah
sumber seluruh pengetahuan ini bukanlah sesuatu yang baru, sebab para
ulama kaum muslimin terdahulu juga berpandangan demikian. Di antaranya
adalah Imam Al-Ghazali. Dalam bukunya Ihya 'Ulumul Al-Din, beliau
mengutip kata-kata Ibnu Mas'ud: "Jika seseorang ingin memiliki
pengetahuan masa lampau dan pengetahuan modern, selayaknya ia
merenungkan al-Qur’an". Selanjutnya beliau menambahkan: "Ringkasnya,
seluruh ilmu tercakup di dalam karya-karya dan sifat-sifat Allah, dan
al-Qur’an adalah penjelasan esensi sifat-sifat dan perbuatannya".
Mengapa suatu kehendak Allah, agar manusia dengan menggunakan indra dan
akalnya dapat menemukan rahasia-rahasia alam. Sebab jika al-Qur’an
menjelaskan secara detail mengenai hal ini jelas akan kekurangan
fungsinya. Sebagaimana Muhammad Abduh mengatakan: "Jika rasul itu harus
menerangkan ilmu-ilmu kealaman dan astronomi, maka itu berarti akhir
dari aktifitas indera dan akan manusia, dan akan merendahkan kebebasan
manusia itu sendiri".
Sehubungan dengan penjelasan di atas filsafat ilmu islami, juga akan
berbicara tentang fakultas-fakultas pengetahuan manusia secara lengkap
sebagai satu kesatuan yang utuh potensi berilmu. Dimana pada pembahasan
epistemologi filsafat ilmu islami berbicara mengenai indera lahir,
indera batin, akal sebagai alat dari hati dan lain sebagainya.
D. Penutup
Berdasarkan uraian di atas, maka disimpulkan bahwa term filsafat memiliki arti dasar bijaksana, sedangkan term ilmu berarti pengetahuan, dan term Islam berarti keselamatan. Jika ketiga term tersebut digabungkan menjadi satu maka disebut “Filsafat Ilmu Islami”, yakni suatu cabang displin ilmu yang khusus menyelidiki masalah ketuhanan, kealaman dan kemanusiaan berdasarkan pandangan yang dibentuk oleh pemahaman ajaran Islam, dengan sumber utama al-Quran dan Hadis.
Berdasarkan uraian di atas, maka disimpulkan bahwa term filsafat memiliki arti dasar bijaksana, sedangkan term ilmu berarti pengetahuan, dan term Islam berarti keselamatan. Jika ketiga term tersebut digabungkan menjadi satu maka disebut “Filsafat Ilmu Islami”, yakni suatu cabang displin ilmu yang khusus menyelidiki masalah ketuhanan, kealaman dan kemanusiaan berdasarkan pandangan yang dibentuk oleh pemahaman ajaran Islam, dengan sumber utama al-Quran dan Hadis.
Bidang garapan filsafat ilmu islami diarahkan pada komponen-komponen
yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yakni ontologis,
epistemologis, dan akiologis.
Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan
kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah. Epistemologi ilmu,
meliputi sumber, sarana, dan tata cara menggunakan sarana tersebut untuk
mencapai pengetahuan ilmiah. Sedangkan aksiologi ilmu meliputi
nilai-nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna
terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam
kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan
sosial, kawasan simbolik ataupun fisik-material.
Kepustakaan:
Asmoro, Acmadi, 1997. Filsafat Umum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
al-Baqi, Muhammad Fu’ad Abd, 1977. Al-Mu’jam al-Mufahras Li Alfazh al-Qur’an al-Karim. Mesir: Dar al-Fikr.
Ghulsyani, Mahdi, 1993. Filsafat Sains Menurut Al-Qur’an. Bandung : Mizan.
Gie, The Liang, 1991. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.
Ibn Madzûr, Muhammad Ibn Mukram, 1990. Lisân al-Arab, juz XV. Beirut: Dâr al-Fikr.
Ibn taymiyah, Taqy al-Dîn. Iqtidha al-Sirâth al-Mustaqîm. Beirut: Dâr al-Fikr, t.th.
Munawwir, Ahmad Warson, 1984. al-Munawwir Kamus Arab Indonesia. Yogyakarta: Pondok Pesantren al-Munawwir.
Suriasumantri, Jujun S, 1999. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta; Liberti.
Ziman, John, 1998. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam dalam C.A. Qadir (ed) “Ilmu Pengathuan dan Metodologinya”. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Asmoro, Acmadi, 1997. Filsafat Umum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
al-Baqi, Muhammad Fu’ad Abd, 1977. Al-Mu’jam al-Mufahras Li Alfazh al-Qur’an al-Karim. Mesir: Dar al-Fikr.
Ghulsyani, Mahdi, 1993. Filsafat Sains Menurut Al-Qur’an. Bandung : Mizan.
Gie, The Liang, 1991. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.
Ibn Madzûr, Muhammad Ibn Mukram, 1990. Lisân al-Arab, juz XV. Beirut: Dâr al-Fikr.
Ibn taymiyah, Taqy al-Dîn. Iqtidha al-Sirâth al-Mustaqîm. Beirut: Dâr al-Fikr, t.th.
Munawwir, Ahmad Warson, 1984. al-Munawwir Kamus Arab Indonesia. Yogyakarta: Pondok Pesantren al-Munawwir.
Suriasumantri, Jujun S, 1999. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta; Liberti.
Ziman, John, 1998. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam dalam C.A. Qadir (ed) “Ilmu Pengathuan dan Metodologinya”. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar