BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Pendekatan belajar mengajar mempunyai peranan yang sangat penting di dalam sebuah pendidikan. Banyak negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan pelik, namun semuanya merasakan bahwa pendidikan merupakan tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia, tentu mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci dan tanpa kunci itu semua usaha mereka akan gagal.
Sebelum kita mengenal pendekatan belajar mengajar lebih jauh marilah terlebih dahulu kita mengetahui tentang teori belajar dan teori pembelajaran untuk memudahkan kita dalam memahami pendekatan belajar mengajar. Teori belajar adalah deskriptif karena tujuan utamanya memberikan proses belajar, sedangkan teori pembelajaran adalah preskriptif karena tujuan utamanya menetapkan metode pembelajran yang optimal.[1] Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan diantara variabel-variabel yang menentukan hasil belajar. Teori ini menaruh perhatian pada bagaimana seseorang belajar. Sedamgkan teori pembelajaran sebaliknya, teori ini menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi proses belajar. Dengan kata lain, teori pembelajaran berurusan dengan upaya mengontrol variable-variable yang dispesifikasi dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar.
Teori pembelajaran yang deskriptif menempatkan variable kondisi dan metode pembelajaran sebagai given, dan memberikan hasil pembelajaran sebagai variable yang diamati atau kondisi dan metode pembelajaran sebagai variable bebas dan hasil pembelajaran sebagai variable tergantung. Sedangkan teori pembelajaran yang preskriptif, kondisi dan hasil pembelajaran ditempatkan sebagai given, dan metode yang optimal ditempatkan sebagai variable yang diamati, atau metode pembelajaran sebagai variable tergantung.
Teori preskriptif adalah good oriented (untuk mencapai tujuan), sedangkan teori deskriptif adalah good free (untuk memberikan hasil). Variable yang diamati dalam pengembangan teori-teori pembelajaran yang preskriptif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan, sedangkan dalam pengembangan teori-teori pembelajaran deskriptif variable yang diamati adalah hasil sebagai efek dari interaksi antara metode dan kondisi.[2]
RUMUSAN MASALAH
Untuk mengetahui pendekatan belajar mengajar kita harus mengetahui beberapa masalah diantaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan konsep pendekatan belajar dan mengajar?
2. Apa saja macam-macam pendekatan belajar mengajar?
3. Apa yang dimaksud dengan interaksi pendekatan belajar mengajar?
4. Bagaimana proses pendekatan belajar-mengajar ditinjau dari sudut siswa?
5. Bagaimana proses pendekatan belajar-mengajar ditinjau dari sudut guru?
C. TUJUAN
Dengan mempelajari pendekatan belajar mengajar pemakalah mengharapkan kita dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan konsep pendekatan belajar dan mengajar, apa saja macam-macam pendekatan belajar mengajar, apa yang dimaksud dengan interaksi pendekatan belajar mengajar, bagaimana proses pendekatan belajar-mengajar ditinjau dari sudut siswa, bagaimana proses pendekatan belajar-mengajar ditinjau dari sudut guru. dan semoga dengan mempelajari ini pengetahuan kita tentang pendidikan semakin bertambah.
BAB II
PEMBAHASAN
PENDEKATAN BELAJAR MENGAJAR
Menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian dari Pendekatan adalah proses, cara, perbuatan mendekati atau antara usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian; ancangan.Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Mengajar adalah memberi pelajaran.[3]
A. Konsep Pendekatan Belajar dan Mengajar
Bila terjadi proses belajar, maka bersama itu pula terjadi proses mengajar. Hal ini kiranya mudah dipahami, karena bila ada yang belajar sudah barang tentu ada yang mengajarnya, dan begitu pula sebaliknya kalau ada yang mengajar tentu ada yang belajar. Kalau sudah terjadi suatu proses/saling berinteraksi, antara yang mengajar dengan yang belajar, sebenarnya berada pada kondisi suatu yang unik, sebab secara sengaja atau tidak sengaja, masing-masing pihak berada dalam suasana belajar. Jadi guru walaupun dikatakan sebagai pengajar, sebenarnya secara tidak langsung juga melakukan belajar.
Didalam proses belajar-mengajar, guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subjek belajar, dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap dan tata nilai serta sifat-sifat pribadi, agar proses itu dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. Untuk itu, orang kemudian mengembangkan berbagai pengetahuan, misalnya psikologi pendidikan metode mengajar, pengelolaan pengajaran dan ilmu-ilmu lain yang dapat menunjang proses belajar-mengajar itu.
1. Makna Belajar
Usaha pemahaman mengenai makna belajar ini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Cronbach memberikan definisi: Learning is show by change in behavior as a result of experience.
b) Harold spears memberikan batasan: learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follw direction.
c) Geoch, mengatakan: Learning is a change in performance as a result of practice.
Dari ketiga definisi diatas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek belajar mengalami atau melakukannnya, jadi tidak bersifat verbalistik.
2. Tujuan belajar
a) Untuk mendapatkan pengetahuan.
b) Penanaman konsep dan keterampilan.
c) Pembentukan sikap.
3. Faktor-faktor psikologis dalam belajar
Faktor-faktor psikologis yang dikatakan memiliki peranan penting itu, dapat dipandang sebagai cara-cara berfungsinya pikiran siswa dalam hubungannya dengan pemahaman bahan pelajaran, sehingga penguasaan terhadap bahan yang disajikan lebih mudah dan efektif. Dengan demikian, proses belajar-mengajar itu akan berhasil baik, kalau didukung oleh faktor-faktor psikologis dari si pelajar. Dalam hal ini ada berbagai model klasifikasi pembagian macam-macam faktor psikologis yang diperlukan dalam kegiatan belajar. Thomas F. Staton menguraikan enam macam faktor pisiologis itu.
Motivasi
Konsentrasi
Reaksi
Organisasi
Pemahaman
Ulangan
4. Pengertian mengajar
Mengajar pada dasarnya merupakan usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Kalau belajar dikatakan milik siswa, maka mengajar sebagai kegiatan guru. Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik. Menurut pengertian ini berarti tujuan belajar dari siswa itu hanya sekedar ingin mendapatkan atau menguasai pengetahuan.
5. Antara “Mengajar” dan “Mendidik”
Berbicara tentang pengertian mengajar kalau dilihat esensinya dalam proses belajar-mengajar, sudah menyangkut kegiatan mendididik, dalam artian untuk mengantarkan anak kepada tingkat kedewasaannya, baik secara fisik maupun mental. Keadaan proses dan hasil pengajaran di sekolah-sekolah. Kalau dilihat dari segi asal katanya, keduanya memiliki arti yang sedikit berbeda. “Mengajar”: memberi pelajaran. Sedang “mendidik”: memelihara dan memberi latihan akhlak dan kecerdasan pikiran.[4]
Agar pelaksanaan pengajaran berjalan efisien dan efektif maka diperlukan perencanaan yang tersusun secara sistematis, dengan proses belajar-mengajar yang lebih bermakna dan mengatifkan siswa serta dirancang dalam suatu skenario yang jelas.
6. Saran-saran untuk membiasakan belajar yang efisien
1) Miliki dahulu tujuan belajar yang pasti
2) Usahakan adanya tempat belajar yang memadai
3) Jaga kondisi fisik jangan sampai menganggu konsentrasi dan keaktifan mental.
4) Rencanakan dan ikutilah jadwal waktu untuk belajar.
5) Selingilah belajar itu dengan waktu-waktu istirahat yang teratur.
6) Carilah kalimat-kalimat topik atau inti pengertian dari tiap paragraf.
7) Selama belajar gunakan metode pengulangan dalam hati.
8) Lakukan metode keseluruhan (Whole Method) bilamana mungkin.
9) Usahakan agar dapat membaca cepat tetapi cermat.
10) Buatlah catatan-catatan atau rangkuman yang tersusun rapi.
11) Adakan penilaian terhadap kesulitan bahan untuk dipelajari lebih lanjut.
12) Susunlah dan buatlah pertanyaaan-pertanyaan yang tepat, dan usahakan untuk
menemukan jawabannya.
13) Pusatkan perhatian dengan sungguh-sungguh pada waktu belajar.
14) Pelajari dengan teliti tabel-tabel, grafik-grafik, dan bahan ilustrasi lainnnya.
15) Biasakanlah untuk membuat rangkuman dan kesimpulan.
16) Buatlah kepastian untuk melengkapi tugas-tugas belajar itu.
17) Pelajari baik-baik pertanyaan yang dikemukakan oleh pengarang, dan
tentangkanlah jika diragukan kebenarannya.
18) Telitilah pendapat beberapa pengarang
19) Belajarlah menggunakan kamus dengan sebaik-baiknya.
20) Analisislah kebiasaan belajar yang dilakukan, dan cobalah untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahannya.[5]
B. Macam-Macam Pendekatan Belajar Mengajar
1. Pendekatan Proses
a. Pengertian pendekatan keterampilan proses
Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan dalam proses belajar mengajar yang menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya.
b. Lingkungan pendekatan keterampilan proses
Keterampilan proses maupun keaktifan siswa mencangkup;
1. Segi fisik, yang ditunjukkan dalam bentuk gerak, perbuatan, kata-kata yang bisa diamati dan terkait dalam konteks kegiatan belajar.
2. Segi psikis (mental), yang ditunjukkan dalam olah pikir dan sikap yang mendukung kegiatan belajar.
3. Sosial, budaya dan alam yang ditunjukkan pada pendayagunaan lingkungan dalam proses belajar.
c. Azas pelaksanaan pendekatan keterampilan proses
1. Motivasi, keaktifan siswa akan mendorong kemauan mereka untuk belajar, karena adanya suatu yang ingin dicapai.
2. Potensi, keaktifan siswa akan berkembang bila dilandasi dengan pendayagunaan potensi yang dimilikinya.
3. Suasana kelas dan pengolaan kelas.
4. Tur Wuri handayani, artinya guru hanya mengikuti, memotivasi dan memberi bimbingan yang mengarah pada tujuan yang ingin dicapai.
d. Kegiatan-kegiatan yang cenderung mendorong siswa untuk aktif.
1. Kegiatan diskusi kelompok atau diskusi kelas.
2. Penelitian oleh siswa terhadap lingkungan sekitar atau dokumentasi.
3. Praktikum antara lain: Praktikum IPA, keterampilan, olahraga, kesenian, dan sejenisnya.
4. Tanya jawab antar siswa atau guru dengan siswa.
5. Melakukan percobaan atau uji coba.
6. Karyawisata.
7. Belajar dengan modul atau lembar kerja.
8. Merangkum isi buku.
9. Studi isi buku.
10. Studi kasus.
11. Mengarang atau menulis makalah.
12. Bermain peran.[6]
Guru dalam menyajikan bahan pelajaran(terutama berupa konsep-konsep atau pengertian-pengertian yang esensial) harus mengikut sertakan para siswanya secara aktif baik individual maupun kelompok.
Keaktifan siswa ini antara lain tampak dalam kegiatan:
- Berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan penuh kayakinan.
- Mempelajari,mengalami,dan menemukan sendiri bagaimana memperoleh situasi pengetahuan.
- Merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepadanya.
- Mencobakan sendiri konsep-konsep tertentu.
- Mengkomunikasikan hasil pikiran,penemuan,dan penghayatan nilai-nilai secara lisan atau penampilan.
2. Pendekatan Kontektual
Salah satu pendekatan pembelajaran yang yang dapat meningkatkan kreativitas siswa adalah pendekatan kontektual. Dengan pendekatan kontekstual, siswa diarahkan untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Melihat hal tersebut, maka perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah untuk menemukan sebuah alternatif pemecahan masalah dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar siswa. Salah satu solusinya yaitu dengan mengembangkan suatu pendekatan pembelajaran yang membuat siswa lebih senang dan lebih termotivasi untuk belajar.
Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data dan analisis data:Respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan konstektual rata-rata 78,8 % setuju, 4,55 % tidak setuju, 16,65 % tidak tahu, sedangkan respon siswa terhadap soal-soal dalam pembelajaran dengan pendkatan konstektual rata-rata 75 % setuju, 9,93 % tidak setuju, dan 15,07 % tidak tahu.Beberapa kelemahan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan konstektual diantaranya tidak semua siswa mampu mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan sebab hampir setiap presentasi hanya ketua kelompoknya saja yang maju mempresentasikannya.[7]
3. Pendekatan individual
Perbedaan individual anak didik dapat memberi wawasan kepada guru,bahwa strategi pengajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual.Pendekatan individual mempunyai arti penting bagi kepentingan pengajaran.Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual karena tidak bisa bagitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual tersebut, persoalan kesulitan belajar anak didik lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan.
4. Pendekatan Kelompok
Dengan pendekatan kelompok diharapkan dapat ditumbuhkan dan dikembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egoisme dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial dikelas.
Anak didik yang dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Dalam pengelolaan kelas, terutama yang berhubungan dengan penempatan anak didik, pendekatan kelompok sangat diperlukan. Perbedaan individual anak didik pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis dijadikan sebagai pijakan dalam melakukan pendekatan.
5. Pendekatan bervariasi
Berbagai permasalahan pengajaran yang ada dapat diperkecil dengan menggunakan pendekatan bervariasi. Dalam pemilihan metode mengajar sebaiknya menggunakan pendekatan bervariasi.
Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik biasanya bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam. Hal ini biasanya dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan untuk setiap hal/masalah, maka pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat guru gunakan untuk kepentingan pengajaran.
6. Pendekatan Edukatif
Guru yang hanya mengajar di kelas belum dapat menjamin terbentuknya kepribadian anak didik yang berakhlak mulia.Demikian juga halnya guru yang mengambil jarak dengan anak didik. Sikap guru yang tidak mau tahu masalah yang dirasakan anak didik akan menciptakan anak yang introvert(tertutup). Kerawanan hubungan ini menjadi kendala bagi guru untuk melakukan pendekatan edukatif kepada anak didik yang bermasalah.
7. Pendekatan yang bersifat Kuratif
Pendekatan ini di adakan mengingat kenyataannya ada anak didik atau sejumlah siswa, bahkan mungkin seluruh anggota kelompok belajar tidak mampu menyelesaikan program secara sempurna sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Untuk mencapai sasaran pencapaian dapat menggunakan pendekatan:
Pengulangan
Pengayaan/pengukuhan
Pencepatan
8. Pendekatan yang bersifat Preventif
Pendekatan ini di tujukan kepada siswa tertentu yang berdasarkan data/informasi di prediksikan atau patut di duga akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan suatu program studi tertentu yang akan di tempuhnya.Prediksi itu di kategorikan menjadi tiga yaitu:
Untuk kategori normal yaitu mampu menyelesaikan program belajar mengajar biasa sesuai dengan waktu yang di sediakan
Untuk kategori lambat atau tidak menyelesaikan program dengan batas waktu yang di tetapkan, misalnya dalam bentuk belajar kelompok, individual, dan kelompok kelas remedial
9. Pendekatan yang bersifat Pengembangan
Pendekatan ini merupakan upaya yang di lakukan pendidik selama proses belajar mengajar berlangsung.
Sasaran pokok dari pendekatan ini adalah agar siswa dapat mengatasi hambatan-hambatan atau kesulitan-kesulitan yang mungkin di alami selama proses belajar mengajar mengajar berlangsung. Karena itu di perlukan peranan bimbingan dan penyuluhan agar tujuan pengajaran yang telah di rumuskan berhasil.
Salah satu hal yang memegang peranan penting bagi keberhasilan pengajaran, adalah proses pelaksanaan pengajaran. Pelaksanaan pengajaran yang baik, sangat dipengaruhi oleh perencanaan yang baik pula.
Pengajaran berintikan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar-mengajar. Proses belajar-mengajar merupakan dua hal yang berbeda tetapi membentuk satu kesatuan, ibarat sebuah mata unang yang berisi dua. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa, sedang mengajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Apabila guru mengajardengan pendekatan yang bersifat menyajikan atau ekspositori, maka para siswa akan belajar dengan cara menerima, dan apabila guru mengajar dengan menggunakan pendekatan yang lebih mengatifkan siswa, seperti pendekatan diskaveri/inkuiri, maka para siswa akan belajar dengan cara yang aktif pula.[8]
C. Interaksi Pendekatan Belajar Mengajar
Adapun pelaksanaan proses belajar mengajar sebagai acuan bagi para pelaksana pendidikan dalam melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan penilaian proses belajar mengajar seluruh mata pelajaran sesuai dengan susunan program pengajaran.
Adapun tujuan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar ini adalah:
1. Membantu para pelaksana pendidikan dalam memahami cara-cara merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan dan menilai proses belajar mengajar di sekolah madrasah.
2. Memberikan arahan dan wawasan kepada penyusunan teknis dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pada mata pelajaran agama.
Petunjuk pelaksanaan belajar mengajar meliputi hal-hal berikut:
a. Pendahuluan yang menguraikan latar belakang, fungsi dan tujuan.
b. Pengelolaan proses belajar mengajar yang mencangkup tentang pengertian dan komponen BPM, kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler, pendekatan dan berbagai metode pengajaran.
c. Penyusunan program pengajaran yang meliputi analisis materi pelajaran (AMP), Program tahunan, program catur wulan, program satuan pelajaran (SPS) dan rencana pengajaran (RP) serta analisis hasil ulangan harian.
Belajar mengajar adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru dan antar sesama siswa dalam proses pembelajaran.
Pengertian interaksi mengandung unsur saling memberi dan menerima. Dalam setiap interaksi belajar mengajar ditandai sejumlah unsur, yaitu:
1. Tujuan yang hendak dicapai.
2. Siswa dan guru.
3. Bahan pelajaran.
4. Metode yang digunakan untuk menciptakan situasi belajar mengajar.
5. Penilaian yang fungsinya untuk menetapkan seberapa jauh ketercapaian tujuan.
Istilah belajar mengajar sendiri berarti suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah terjadinya interaksi dengan sumber belajar. Pengajaran berintikan interaksi antara guru dengan siswa. Dalam interaksi ini, guru melakukan kegiatan mengajar dan siswa belajar. Kegiatan mengajar dan belajar ini bukan merupakan dua hal yang terpisah tetapi bersatu, dua hal yang meyatukannya adalah interaksi tersebut.
Dalam interaksi belajar-mengajar teradi proses pengaruh-mempengaruhi. Bukan hanya guru yang mempengaruhi siswa, tetapi siswa juga dapat mempengaruhi guru. Perilaku guru akan berbeda, apabila menghadapi kelas yang aktif dengan yang pasif. Kelas yang berdisiplin dengan yang kurang disiplin. Interaksi ini bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru, tetapi antara siswa dengan manusia sumber (yaitu orang yang memberi informasi), antara siswa dengan siswa lain. Dan dengan media pelajaran. Kegiatan mengajar selalu menuntut kehadiran siswa, tanpa siswa dalam kelas maka guru tidak bisa mengajar. Lain halnya dengan kegiatan belajar , siswa belajar meskipun tanpa kehadiran guru. Para siswa dapat melakukan kegiatan belajar sendiri. Sebenarnya dalam kegiatan belajar sendiri ini gunanya tetap ada, akan tetapi tidak hadir bersama siswa, guru berada pada jarak jauh.
Interaksi belajar-mengajar di sekolah, merupakan interaksi yang berencana. Secara umum, yang menjadi rencana pengajarannya adalah kurikulum, sedangkan secara khusus rencana pengajaran ini adalah Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) dan satuan pelajaran. Kurikulum sebagai rencana pengajaran yang bersifat umum, mengandung tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh lembaga pendidikan, struktur program pengajaran yang memuat pada mata pelajaran-mata pelajaran yang diberikan, stratergi belajar-mengajar yang umumnya digunakan dalam pelaksanaan kurikulum tersebut, serta evaluasi pelaksanaan kurikulum. Yang dievaluasi dalam pelaksanaan kurikulum bisa programmya sendiri. Proses pelaksanaan program, maupun hasil-hasil yang dicapai terutama berkenaan dengan perkembangan siswa. Rencana pengajaran yang lebih khusus, yaitu GBPP dan satuan pelajaran, sebenarnya merupakan penjabaran atau rincian dari apa yang terantum dalam kurikulum
Interaksi sebagian besar terjadi di dalam kelas, tetapi juga dapat berlangsung di laboratorium, di bengkel kerja/keterampilan, di lapangan olahraga, di pentas kesenian, di kebun/kolam sekolah ataupun ruang-ruang khusus lainnya. Di negara kita interaki di luar kelas ini belum begitu banyak, tetapi di negara yang telah maju sebagian besar interaksi belajar-mengajar terjadi di luar kelas.
Peranan siswa dan guru dalam interaksi belajar-mengajar ditentukan oleh stratergi ataupun metode belajar-mengajar yang digunakan. Proses belajar-mengajar yang menggunakan stratergi yang bersifat ekspositori, peranan lebih aktif dimainkan oleh guru. Guru yang menyiapkan seluruh bahan ajaran dan dari guru pula, yang menyampaikan seluruh bahan ajaran tersebut kepada siswa. Peranan siswa lebih pasif, menerima bahan yang disampaikan oleh guru. Dalam stratergi belajar yang demikian interaksi belajar-mengajar hanya terjadi antara guru debngan siswa. Interaksi dengan yang lainnya kurang sekali.
Kesulitan dalam pembelajaran atau belajar merupakan suatu hal yang sering ditemui oleh para pendidik, terutama guru. Sebagai upaya untuk memberikan terapi terhadap permasalahan kesulitan belajar maka dapat ditempuh melalui media klinik pembelajaran.
Klinik Pembelajaran merupakan wadah bagi guru untuk melakukan serangkaian upaya yaitu kegiatan refleksi, penemuan masalah, pemecahan masalah melalui beragam strategi untuk meningkatkan keterampilan dalam mengelola pembelajaran. Strategi utama yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas.
Karena Klinik Pembelajaran merupakan milik bersama para guru, maka tempat ini dapat digunakan dengan bebas untuk berdiskusi, melakukan refleksi atau merenung tentang proses pembelajaran yang telah dijalani, bersimulasi, misalnya bagaimana cara mengajarkan suatu konsep dengan menyenangkan, dan membuat catatan bersama-sama dengan teman sejawat. Di Klinik Pembelajaran, para supervisor akan membantu dalam melakukan berbagai kegiatan tersebut. Dalam klinik pembelajaran analisis kesulitan pembelajaran dapat dilalui dengan identifikasi kesulitan belajar, mengadakan diagnosis kesulitan belajar, melakukan bimbingan dan konseling belajar, dan kemudian menetapkan model pembelajaran serta mengatasi kesulitan belajar.[9]
Dalam proses belajar-mengajar yang mengaktifkan siswa (belajar diskaveri/inkuiri, pemecahan masalah, dan lain-lain), peranan siswa lebih besar. Siswa tidak diberi bahan ajar yang sudah jadi atau sudah selesai untuk tinggal menghapal, tetapi diberi persoalan-persoalan yang membutuhkan pencarian, pengamatan, percobaan, anlisis, sintesis, perbandingan, penilaian dan penyimpulan oleh para siswa sendiri. Dalam stratergi belajar-mengajar yang demikian, siswa berperan lebih aktif, mereka adalah sebagai subjek yang beinteraksi bukab hanya dengan guru tetapi dengan manusia-manusia sumber yag lain, baik di sekolah maupun di luar sekolah, dengan sesama siswa, dengan buku-buku serta media lainnnya.
Imteraksi belajar mengajar yang terjadi secara langsung didalam kelas, mungkin diteruskan di luar kelas atu di luar sekolah, dalam bentuk interaksi secara tidak langsung. Guru dapat memberikan berbagai bentuk penugasan agar para siswa juga melakukan berbagai aktivitas belajar di luar sekolah.
D. Proses Pendekatan Belajar-Mengajar Ditinjau Dari Sudut Siswa
Belajar merupakan serangkaian uapaya mengembangkan kemampuan-kemampuan dan sikap serta nilai siswa, baik kemampuan intelektual, sosial, afektif maupun psikompotir.
1. Macam-macam keterampilan intelektual
Belajar itu ada beberapa macaam belajar ini, dilatarbelakangi oleh adanya tekanan yang berbeda terhadap aspek-aspek belajar, seperti tekanan pada sifat, bentuk, keterampilan, proses, tempat belajar dan lain-lain.
2. Belajar menerima, menghafal, diskaveri dan bermakana
Ausuble dan Robinson (1969), mengemukakan adanya empat macam bentuk belajar, yaitu: belajar menerima dengan lawannya belajar dikaveri (Cara Belajar Siswa Aktif), dan belajar menghapal dengan lawannya dan belajar bermakna.
3. Belajar di sekolah dan diluar sekolah
Kegiatan-kegiatan-kegiatan belajar diuraikan pada uraian yang lalu berlangsung di sekolah, dan dapat pula terjadi di luar sekolah. Kegiatan beklajar di sekolah berada di bawah bimbingan dan pengawasan langsung dari guru. Kalau murid menghadapi kesulitan, guru juga dapat secara langsung memberikan bantuan.
4. Belajar secara klasikal, kelompok dan individual
Kegiatan belajar dapat berlangsung secara klasikal, kelompok, ataupun individual. Kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat menerima atau menghafal pada umumnya diberikan klasikal. Kegiatan belajar yang telah mengaktifkan siswa berlangsung secara kelompok atau individual. Kegiatan diskusi, permainan, simulasi, percobaan, pemecahan masalah, dan sejenisnya dilakukan dalam kegiatan kelompok. Tugas-tugas yang dikerjakan di rumah kebanyakan menuntut kegiatan secara individual.
5. Belajar teori dan praktek
Dalam kegiatan belajar yang bersifat praktek umumnya para siswa belajar secara aktif, bukan saja aktif secara jasmaniah tetapi juga secara rohaniah.
Kegiatan belajar praktek mungkin berlangsung secara individual tetapi juga dapat berjalan dalam bentuk kelompok.
E. Proses Pendekatan Belajar-Mengajar Ditinjau Dari Sudut Guru
Kegiatan-belajar-mengajar, memang merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, sebab siswa melakukan kegiatan belajar karena keduanya merupakan suatu keterpaduan, maka pendekatan atau metode mengajar yang digunakan oleh guru menentukan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa.
1. Mengajar secara Ekspositori
Metode mengajar yang biasa digunakan dalam pengajaran ekspositori,
adalah metode ceramah dan demonstrasi.
2. mengajar dengan mengaktifkan siswa
a. Metode tanya jawab
b. Metode diskusi
c. Metode pengamatan dan percobaan
d. Metode mengajar kelompok
e. Metode latihan
f. Metode pemecahan masalah
g. Metode pemberian tugas
Yang dimaksud dengan pelaksanaan proses belajar mengajar adalah proses berlangsungnya belajar mengajar didalam kelas yang merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Jadi pelaksanaan pengajaran adalah interaksi guru dengan murid dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswadan untuk mencapai tujuan pengajaran. (Winarno surachman, 1983: 257). Sedangkan menurut Roy R. Lefrancois seperti dikutip oleh Dimayati mahmud (1989: 23), Pelaksanaan pengajaran adalah pelaksanaan statergi-statergi yang telah dirancang untuk mencapai tujuan pengajaran.
Jadi pelaksanaan proses pendekatan belajar mengajar dapat disimpulkan sebagai terjadinya interaksi guru dengan siswa dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran.
Menurut Nana Sudjana (1987: 148), pelaksanaan proses belajar mengajar meliputi pentahapan sebagai berikut:
1) Tahap pra intruksional
Yakni tahap yang ditempuh pada saat memulai sesuatu proses belajar mengajar, yaitu:
a) guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siswa yang tidak hadir.
b) Bertanya kepada siswa sampai dimana pembahasan sebelumnya, Dan sebagainya.
2) Tahap Instruksional
Yakni tahap pemberian bahan pelajaran yang dapat diidentifikasikan beberapa kegiatan sebagai berikut:
a) Menjelaskan kepada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa.
b) Menjelaskan pokok materi yang akan dibahas, dan sebaganya,
3) Tahap evaluasi dan tindak laju
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tahap intruksional, kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap ini antara lain:
a) mengajukan pertanyaan kepada kelas atau kepada beberapa murid mengenai semua aspek pokok materi yang telah dibahas pada tahap intrksional.
b) Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa (kurang dari 70%), maka guru harus mengulang pelajaran.
Kenyataan bahwa “belajar” dan “mengajar” adalah masalah setiap orang, maka perlu dan penting menjelaskan dan merumuskan masalah belajar itu supaya kita dapat menempuhnya dengan lebih efisien , seefektif mungkin.belajar mempunyai beberapa pengertian yang bermacam-macam. Hal yang demikian ini terutama berakar pada kenyataan bahwa apa yang disebut perbuatan belajar, seperti misalnya mendapatkan perbendaharaan kata-katra baru, menghafal syair, menghafal nyanyian, dan sebagainya. Ada beberapa aktivitas yang tiak begitujelas apakah itu tergolong sebagai perbuatan (hal) belajar; seperti misalnya: mendapatkan bermacam-macam sikap sosial (misalnya prasangka), kegemaran, pilihan dan lain-lainnya. Selanjutnya ada beberapa hal yang kurang begitu berguna yang juga terbentuk pada individu, sepeti misalnya gejala-gejala autisis, dan sebagainya. Apakah hal-hal yang dikemukakan paling akahir itu tergolong pada hal belajar, sukar dikatakan.[10]
BAB III
PENUTUP
A. KRITIK
Di dalam sebuah pendidikan, upaya pendekatan belajar mengajar tidak akan terlaksana dengan baik dan benar sesuai ketentuan jika salah satu komponen yang menjadi tiang penyangga utamanya tidak lengkap yaitu Kurikulum yang sedang diterapkan saat ini melingkupi tujuan, metode, materi, dan evaluasi. Dan yang tak kalah penting dalam pendekatan belajar mengajar adalah konsep/persiapan dalam memulai pengajaran baik itu dari guru maupun dari siswa. Pemerintah harus benar-benar mengawasi dan melengkapi segala komponen yang menghubungkan pendekatan belajar-mengajar atau kalau tidak pendekatan belajar mengajar tidak akan stabil dan terdapat kepincangan.
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas kita dapat mengetahui beberapa pengertian dari pendekatan belajar mengajar diantaranya. Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan dalam proses belajar mengajar yang menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya.
Dengan pendekatan kontekstual, siswa diarahkan untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Melihat hal tersebut, maka perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah untuk menemukan sebuah alternatif pemecahan masalah dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar siswa.
Ada beberapa definisi tentang pendekatan belajar tapi dapat kita tarik kesimpulan beberapa pokok definisi sebagai berikut:
a) Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, aktual maupun potensial).
b) Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkankannya kecakapan baru.
c) Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).
DAFTAR PUSTAKA
1. Budiningsih, Asri. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2005
2. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. 2005
3. Sadirman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2006
4. Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 1990
5. Ladjid, Hanafi. Pengembangan Kurikulum. Ciputat : Quantum Teaching, 2005
6. Sugiharto, Asep. “Pembuktian hasil belajar siswa dalam penggunaan pendekatan konstektual pada sekolah lanjutan tingkat pertama”. (online) available: Http://one.indoskripsi.com/content/pembuktian-hasil-belajar-siswa-dalam-penggunaan-pendekatan-konsteksual-pada-sekolah-lanjutan., (diakses pada tanggal 7 Maret 2009)
7. Ibrahim, R dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2003
8. Suwatno, ”Mengatasi kesulitan belajar melalui klinik pembelajaran”, (online) avaible: http://fauzy.kotangawi.com/files/2008/11/makalah_klinik-pembelajaran.pdf., (diakses pada tanggal 7 Maret 2009
9. Suryabrata, Sumandi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo persada. 2006
[1] Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hal.10.
[2] Ibid, hal.17
[3] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Hal. 17.
[4] Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), Hal. 52.
[5] M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: , PT. Remaja Rosdakarya, 1990), Hal. 20 -21
[6] Hanafi Ladjid, Pengembangan Kurikulum, (Ciputat : Quantum Teaching, 2005), Hal. 120-121
[7] Asep Sugiharto, “ Pembuktian hasil belajar siswa dalam penggunaan pendekatan konstektual pada sekolah lanjutan tingkat pertama”, (online) available: Http://one.indoskripsi.com/content/pembuktian-hasil-belajar-siswa-dalam-penggunaan-pendekatan-konsteksual-pada-sekolah-lanjutan., (diakses pada tanggal 7 Maret 2009).
[8] R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Hal. 30-31.
[9] Suwatno, ”Mengatasi kesulitan belajar melalui klinik pembelajaran”, (online) avaible: http://fauzy.kotangawi.com/files/2008/11/makalah_klinik-pembelajaran.pdf, diakses pada tanggal 7 Maret 2009.
[10] Sumandi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada), 2006, Hal. 227-228
Tidak ada komentar:
Posting Komentar