1. benar-benar sebagai anak (murid, siswa), dengan segala ke-anak-an (dan ke-murid-an, ke-siswa-an) yang terlihat dalam situasi pendidikan di sekolah;
2. benar-benar anak yang "eksistensial-manusiawi" dan bukan sebagai fremdkorper. Dengan demikian pendapat yang dipilih mengenai mendekati anak dalam mendidik, adalah pendapat yang menempatkan anak (murid, siswa) dalam a total life orientation. That is, that one should respond as a whole person (including feeling, ideas, and emotions). (McNeil, 1977, h. 3).
Realitas anak (murid, siswa) adalah realita sebagaimana yang dialami dan dihayati anak (murid, siswa) bersangkutan dalam situasi kehidupan dan pendidikan di lingkungan pendidikan tersebut. Mendekati anak (murid, siswa) dalam mendidik menyangkut pengenalan akan anak (murid, siswa) sebagai suatu realitas anak (murid, siswa) sebagaimana ia alami dan hayati dalam situasi, khususnya situasi pendidikan di mana ia berada dan mengada di dalamnya.
Pendapat mengenai mendekati anak dalam mendidik itu, adalah pendapat yang mendukung bahwa:
1. Pendidikan, termasuk tindakan mendidik, dirancang dan diupayakan bagi kepentingan anak (murid, siswa) dalam rangka menyongsong kehidupannya sebagai manusia dewasa dalam masyarakatnya;
2. Keseluruhan tindakan mendidik dikerahkan dan diarahkan het kind monding te helpen worden, bekwaam te helpen maken zelfstanding zijn levenstaak te volbrengen (M.J. Langeveld); ...a way of preparing young people to participate as productive members of our society.
Kepedulian tindakan mendidik yang berpihak kepada anak (murid, siswa) hendaknya tampak jelas pada tujuan, perancangan, maupun pengupayaan tindakan mendidik itu. Adapun indikator mendekati anak (murid, siswa) dalam mendidik yang berkepedulian terhadap anak (murid, siswa) bersangkutan antara lain, adalah:
1. Pemahamannya berpusat pada anak (murid, siswa: childcentered);
2. Berazaskan anak aktif, umpamanya Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA);
3. Memasukan program bimbingan dan penyuluhan dalam kurikulum pendidikan;
4. Menerapkan sistem modul;
5. Berorientasi kepada tujuan, di mana tujuan instruksional khususnya berpusat pada anak (murid, siswa);
6. Proses "Belajar-mengajar" (pembelajaran)nya dilaksanakan dengan lebih banyak mengacu kepada bagaimana seseorang belajar, selain kepada apa yang dipelajari;
7. Berazas keluwesan dalam pengembangan program atau kurikulum pendidikannya dengan mempertimbangkan kebutuhan anak (murid, siswa) pada umumnya secara perorangan sesuai dengan minat dan bakatnya serta kebutuhan lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar