Salah satu karakteristik dari pembelajaran yang menggunakan pendekatan belajar aktif (active learning strategy) adalah adanya keaktifan siswa dan guru, sehingga terciptanya suasana belajar aktif. Untuk menciptakan suasana belajar aktif tidak lepas dari beberapa komponen yang mendukungnya.
Sukandi (2003: 9) menyebutkan bahwa komponen-komponen pendekatan belajar aktif (active learning strategy) dalam proses belajar-mengajar adalah terdiri dari:
a. Pengalaman
Sukandi (2003: 10) mengungkapkan bahwa “Pengalaman langsung mengaktifkan lebih banyak indra dari pada hanya melalui mendengarkan”. Sedangkan Zuhairini (1993: 116) menyebutkan bahwa “cara mendapatkan suatu pengalaman adalah dengan mempelajari, mengalami dan melakukan sendiri”. Melalui membaca, siswa lebih menguasai materi pelajaran yang mereka pelajari dari pada hanya mendengarkan penjelasan dari guru.
b. Interaksi
Belajar akan terjadi dan meningkat kualitasnya bila berlangsung dalam suasana diskusi dengan orang lain, berdiskusi, saling bertanya dan mempertanyakan, dan atau saling menjelaskan. Pada saat orang lain mempertanyakan pendapat kita atau apa yang kita kerjakan, maka kita terpacu untuk berpikir menguraikan lebih jelas lagi sehingga kualitas pendapat itu menjadi lebih baik.
Diskusi, dialog dan tukar gagasan akan membantu anak mengenal hubungan-hubungan baru tentang sesuatu dan membantu memiliki pemahaman yang lebih baik. Anak perlu berbicara secara bebas dan tidak terbayang-bayangi dengan rasa takut sekalipun dengan pernyataan yang menuntut (alasan/argumen). Argumen dapat membantu mengoreksi pendapat asalkan didasarkan pada bukti. (Sukandi, 2003: 10)
c. Komunikasi
Pengungkapan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tulisan, merupakan kebutuhan setiap manusia dalam rangka mengungkapkan dirinya untuk mencapai kepuasan. Pengungkapan pikiran, baik dalam rangka mengemukakan gagasan sendiri maupun menilai gagasan orang lain, akan memantapkan pemahaman seseorang tentang apa yang sedang dipikirkan atau dipelajari. (Sukandi, 2003: 11)
d. Refleksi
Bila seseorang mengungkapkan gagasannya kepada orang lain dan mendapat tanggapan, maka orang itu akan merenungkan kembali (merefleksi) gagasannya, kemudian melakukan perbaikan, sehingga memiliki gagasan yang lebih mantap. Refleksi dapat terjadi akibat adanya interaksi dan komunikasi. Umpan balik dari guru atau siswa lain terhadap hasil kerja seorang siswa yang berupa pernyataan yang menantang (membuat siswa berpikir) dapat merupakan pemicu bagi siswa untuk melakukan refleksi tentang apa yang sedang dipikirkan atau dipelajari. (Sukandi, 2003: 11)
Agar suasana belajar aktif dapat tercipta secara maksimal, maka diantara beberapa komponen diatas terdapat pendukungnya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Sukandi (2003: 12) antara lain:
1) Sikap dan prilaku guru
Sesuai dengan pengertian mengajar yaitu menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar siswa, maka sikap dan prilaku guru hendaknya:
- Terbuka, mau mendengarkan pendapat siswa.
- Membiasakan siswa untuk mendengarkan bila guru atau siswa lain berbicara.
- Menghargai perbedaan pendapat.
- Mentolelir kesalahan siswa dan mendorong untuk memperbaikinya.
- Memberi umpan balik terhadap hasil kerja siswa.
- Tidak terlalu cepat untuk membantu siswa.
- Tidak kikir untuk memuji dan menghargai.
- Tidak menertawakan pendapat atau hasil karya siswa sekalipun kurang berkualitas, dan yang lebih penting ……
- Mendorong siswa untuk tidak takut salah dan berani menanggung resiko. (Sukandi, 2003: 12)
2) Ruang kelas yang menunjang belajar aktif, yaitu diantaranya:
- Berisikan banyak sumber belajar, seperti buku dan benda nyata.
- Berisi banyak alat bantu belajar, seperti media atau alat peraga.
- Berisi banyak hasil kerja siswa, seperti lukisan laporan percobaan, dan alat hasil percobaan.
- Letak bangku dan meja diatur sedemikian rupa sehingga siswa leluasa untuk bergerak. (Sukandi, 2003: 14)
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat digambarkan sebuah diagram sebagaimana berikut ini:
Bagan: 1
Komponen-Komponen Strategi Belajar Aktif (Active Learning Strategy)
dan Pendukung-Pendukungnya
(Sukandi, 2003: 15)
Berdasarkan gambar diatas, maka dapat dijelaskan bahwa komponen belajar aktif dan pendukungnya saling mempengaruhi dan saling mendukung antara satu dengan yang lainnya. Dari tampilan siswa dapat dilihat adanya pengalaman, interaksi, komunikasi dan refleksi. Sedangkan pendukungnya adalah sikap guru dan ruang kelas, dari tampilan guru dapat dilihat adanya sikap dan prilaku guru yang harus dimiliki oleh seorang guru dan tampilan ruang kelas yang memiliki ciri-ciri khusus untuk menunjang belajar aktif.
Jelas sekali, guru merupakan aktor intelektual perekayasa tampilan siswa dan tampilan ruang kelas. Gurulah sebagai fasilitator tercipta kedua tampilan tersebut. Dengan perkataan lain, suasana belajar aktif hanya mungkin terjadi bila gurunya aktif pula, maksudnya aktif sebagai fasilitator.
Sehingga tidaklah benar adanya pendapat yang menganggap bahwa dalam kegiatan belajar mengajar yang bernuansa belajar aktif hanya siswalah yang aktif, sedangkan gurunya tidak. Keduanya harus aktif tetapi dalam peran masing-masing, dimana siswa aktif dalam belajar dan guru aktif dalam mengelola kegiatan belajar mengajar.
Bagi guru yang aktif, biasanya sebelum mengajar terlebih dahulu mempersiapkan rancangan pembelajaran (RP) yang matang dan media-media apa saja yang dibutuhkan sehingga pada waktu kegiatan proses belajar mengajar berlangsung guru sudah bisa menerapkannya dengan penuh keyakinan dan siswa juga senang dan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan kegiatan-kegiatan dalam belajar aktif dapat dijelaskan sebagaimana table berikut:
Tabel: Kegiatan Belajar Mengajar dengan Menggunakan Pendekatan Belajar Aktif
(Active Learning strategy)
(Sukandi, 2003: 16)
Kegiatan belajar mengajar diatas menunjukkan adanya feed back (timbal balik) antara guru dengan siswa.
Sumber: www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.arminaperdana.blogspot.com, www.kmp-malang.com
Sukandi (2003: 9) menyebutkan bahwa komponen-komponen pendekatan belajar aktif (active learning strategy) dalam proses belajar-mengajar adalah terdiri dari:
a. Pengalaman
Sukandi (2003: 10) mengungkapkan bahwa “Pengalaman langsung mengaktifkan lebih banyak indra dari pada hanya melalui mendengarkan”. Sedangkan Zuhairini (1993: 116) menyebutkan bahwa “cara mendapatkan suatu pengalaman adalah dengan mempelajari, mengalami dan melakukan sendiri”. Melalui membaca, siswa lebih menguasai materi pelajaran yang mereka pelajari dari pada hanya mendengarkan penjelasan dari guru.
b. Interaksi
Belajar akan terjadi dan meningkat kualitasnya bila berlangsung dalam suasana diskusi dengan orang lain, berdiskusi, saling bertanya dan mempertanyakan, dan atau saling menjelaskan. Pada saat orang lain mempertanyakan pendapat kita atau apa yang kita kerjakan, maka kita terpacu untuk berpikir menguraikan lebih jelas lagi sehingga kualitas pendapat itu menjadi lebih baik.
Diskusi, dialog dan tukar gagasan akan membantu anak mengenal hubungan-hubungan baru tentang sesuatu dan membantu memiliki pemahaman yang lebih baik. Anak perlu berbicara secara bebas dan tidak terbayang-bayangi dengan rasa takut sekalipun dengan pernyataan yang menuntut (alasan/argumen). Argumen dapat membantu mengoreksi pendapat asalkan didasarkan pada bukti. (Sukandi, 2003: 10)
c. Komunikasi
Pengungkapan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tulisan, merupakan kebutuhan setiap manusia dalam rangka mengungkapkan dirinya untuk mencapai kepuasan. Pengungkapan pikiran, baik dalam rangka mengemukakan gagasan sendiri maupun menilai gagasan orang lain, akan memantapkan pemahaman seseorang tentang apa yang sedang dipikirkan atau dipelajari. (Sukandi, 2003: 11)
d. Refleksi
Bila seseorang mengungkapkan gagasannya kepada orang lain dan mendapat tanggapan, maka orang itu akan merenungkan kembali (merefleksi) gagasannya, kemudian melakukan perbaikan, sehingga memiliki gagasan yang lebih mantap. Refleksi dapat terjadi akibat adanya interaksi dan komunikasi. Umpan balik dari guru atau siswa lain terhadap hasil kerja seorang siswa yang berupa pernyataan yang menantang (membuat siswa berpikir) dapat merupakan pemicu bagi siswa untuk melakukan refleksi tentang apa yang sedang dipikirkan atau dipelajari. (Sukandi, 2003: 11)
Agar suasana belajar aktif dapat tercipta secara maksimal, maka diantara beberapa komponen diatas terdapat pendukungnya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Sukandi (2003: 12) antara lain:
1) Sikap dan prilaku guru
Sesuai dengan pengertian mengajar yaitu menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar siswa, maka sikap dan prilaku guru hendaknya:
- Terbuka, mau mendengarkan pendapat siswa.
- Membiasakan siswa untuk mendengarkan bila guru atau siswa lain berbicara.
- Menghargai perbedaan pendapat.
- Mentolelir kesalahan siswa dan mendorong untuk memperbaikinya.
- Memberi umpan balik terhadap hasil kerja siswa.
- Tidak terlalu cepat untuk membantu siswa.
- Tidak kikir untuk memuji dan menghargai.
- Tidak menertawakan pendapat atau hasil karya siswa sekalipun kurang berkualitas, dan yang lebih penting ……
- Mendorong siswa untuk tidak takut salah dan berani menanggung resiko. (Sukandi, 2003: 12)
2) Ruang kelas yang menunjang belajar aktif, yaitu diantaranya:
- Berisikan banyak sumber belajar, seperti buku dan benda nyata.
- Berisi banyak alat bantu belajar, seperti media atau alat peraga.
- Berisi banyak hasil kerja siswa, seperti lukisan laporan percobaan, dan alat hasil percobaan.
- Letak bangku dan meja diatur sedemikian rupa sehingga siswa leluasa untuk bergerak. (Sukandi, 2003: 14)
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat digambarkan sebuah diagram sebagaimana berikut ini:
Bagan: 1
Komponen-Komponen Strategi Belajar Aktif (Active Learning Strategy)
dan Pendukung-Pendukungnya
(Sukandi, 2003: 15)
Berdasarkan gambar diatas, maka dapat dijelaskan bahwa komponen belajar aktif dan pendukungnya saling mempengaruhi dan saling mendukung antara satu dengan yang lainnya. Dari tampilan siswa dapat dilihat adanya pengalaman, interaksi, komunikasi dan refleksi. Sedangkan pendukungnya adalah sikap guru dan ruang kelas, dari tampilan guru dapat dilihat adanya sikap dan prilaku guru yang harus dimiliki oleh seorang guru dan tampilan ruang kelas yang memiliki ciri-ciri khusus untuk menunjang belajar aktif.
Jelas sekali, guru merupakan aktor intelektual perekayasa tampilan siswa dan tampilan ruang kelas. Gurulah sebagai fasilitator tercipta kedua tampilan tersebut. Dengan perkataan lain, suasana belajar aktif hanya mungkin terjadi bila gurunya aktif pula, maksudnya aktif sebagai fasilitator.
Sehingga tidaklah benar adanya pendapat yang menganggap bahwa dalam kegiatan belajar mengajar yang bernuansa belajar aktif hanya siswalah yang aktif, sedangkan gurunya tidak. Keduanya harus aktif tetapi dalam peran masing-masing, dimana siswa aktif dalam belajar dan guru aktif dalam mengelola kegiatan belajar mengajar.
Bagi guru yang aktif, biasanya sebelum mengajar terlebih dahulu mempersiapkan rancangan pembelajaran (RP) yang matang dan media-media apa saja yang dibutuhkan sehingga pada waktu kegiatan proses belajar mengajar berlangsung guru sudah bisa menerapkannya dengan penuh keyakinan dan siswa juga senang dan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan kegiatan-kegiatan dalam belajar aktif dapat dijelaskan sebagaimana table berikut:
Tabel: Kegiatan Belajar Mengajar dengan Menggunakan Pendekatan Belajar Aktif
(Active Learning strategy)
(Sukandi, 2003: 16)
Kegiatan belajar mengajar diatas menunjukkan adanya feed back (timbal balik) antara guru dengan siswa.
Sumber: www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.arminaperdana.blogspot.com, www.kmp-malang.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar