Multiperan guru adalah serangkaian usaha yang dilakukan dan diupayakan
oleh guru sebagai pendidik. Sekaitan dengan ini, H. Mohamad Surya
memandang bahwa peran guru bukan hanya di sekolah, melainkan juga di
luar sekolah, misalnya di lingkungan keluarga dan di lingkungan
masyarakat. Dengan demikian, guru memiliki peran yang kompleks, karena
ia bukan hanya berkedudukan sebagai tenaga pendidik di sekolah, tetapi
ia juga memiliki kedudukan yang sama sebagai pendidik di luar sekolah
dan sejumlah peran lainnya.
B. Multiperan Guru di Sekolah
Proses belajar mengajar di sekolah merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama.
Sesuai dengan hasil telaahan penulis, ditemukan berbagai tulisan yang dikemukakan para pakar pendidikan tentang peran-peran (multiperan) yang diemban oleh guru di lingkungan sekolah yang utama adalah sebagai pendidik, pengajar dan pelatih peserta didik. Akan tetapi, sesuai adanya perkembangan baru sekitar proses belajar mengajar membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan perannya, karena proses belajar mengajar sebagian besar ditentukan oleh peran guru di sekolah. Peran guru dalam proses belajar mengajar di sekolah selain peran utamanya adalah meliputi banyak hal, antara lain:
Proses belajar mengajar di sekolah merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama.
Sesuai dengan hasil telaahan penulis, ditemukan berbagai tulisan yang dikemukakan para pakar pendidikan tentang peran-peran (multiperan) yang diemban oleh guru di lingkungan sekolah yang utama adalah sebagai pendidik, pengajar dan pelatih peserta didik. Akan tetapi, sesuai adanya perkembangan baru sekitar proses belajar mengajar membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan perannya, karena proses belajar mengajar sebagian besar ditentukan oleh peran guru di sekolah. Peran guru dalam proses belajar mengajar di sekolah selain peran utamanya adalah meliputi banyak hal, antara lain:
1. Guru Sebagai Demonstrator dan Motivator
Sebagai demonstrator, maka guru memiliki peran dalam memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis, dan apa yang disampaikannya itu betul-betul dapat dimiliki oleh peserta didik, sehingga mereka (peserta didik) akan mampu mengembangkan dalam arti meningkatkan kemampuannya pada tingkat keberhasilan yang lebih optimal. Untuk sampai ke tujuan tersebut, maka di samping guru sebagai demonstrator, ia juga berperan sebagai motivator, yakni merangsang dan atau memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi peserta didik, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar. Dalam semboyan pendidikan di Taman Siswa sudah lama dikenal dengan istilah ing ngaso sun tulodo dan ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Dengan semboyang ini, maka sangat nampak bahwa peranan guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi belajar mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangakut performance dalam arti personalisasi dan sosialisasi diri.
Sebagai demonstrator, maka guru memiliki peran dalam memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis, dan apa yang disampaikannya itu betul-betul dapat dimiliki oleh peserta didik, sehingga mereka (peserta didik) akan mampu mengembangkan dalam arti meningkatkan kemampuannya pada tingkat keberhasilan yang lebih optimal. Untuk sampai ke tujuan tersebut, maka di samping guru sebagai demonstrator, ia juga berperan sebagai motivator, yakni merangsang dan atau memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi peserta didik, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar. Dalam semboyan pendidikan di Taman Siswa sudah lama dikenal dengan istilah ing ngaso sun tulodo dan ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Dengan semboyang ini, maka sangat nampak bahwa peranan guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi belajar mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangakut performance dalam arti personalisasi dan sosialisasi diri.
2. Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator
Sebagai mediator, maka guru berperan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. Mediator menurut Sudirman AM, berarti guru sebagai penyedia media, yakni bagaimana upaya guru meyediakan dan mengorganisasikan penggunaan media pembelajaran. Karena guru sebagai mediator, praktis bahwa ia juga berperan sebagai fasilitator, yakni memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar yang sedemikian rupa, dan serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar akan berlangsung secara efektif. Hal ini, sesuai dengan paradigma “Tut Wuri Handayani”.
Sebagai mediator, maka guru berperan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. Mediator menurut Sudirman AM, berarti guru sebagai penyedia media, yakni bagaimana upaya guru meyediakan dan mengorganisasikan penggunaan media pembelajaran. Karena guru sebagai mediator, praktis bahwa ia juga berperan sebagai fasilitator, yakni memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar yang sedemikian rupa, dan serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar akan berlangsung secara efektif. Hal ini, sesuai dengan paradigma “Tut Wuri Handayani”.
3. Guru sebagai Evaluator dan Pengelola Kelas
Sebagai evaluator, maka guru berperan mengadakan evaluasi, yakni penilaian terhadap hasil yang telah dicapai oleh peserta didik. Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian, penguasaan peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan. Sekiranya, peserta didik belum sampai pada tingkat keberhasilan, maka guru dituntut lagi untuk lebih berperan sebagai pengelola kelas, dalam arti bahwa ia berperan sebagai learning manager, yakni mengelola kelas dan mengarahkan lingkungan kelas agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan untuk keberhasilan siswa secara optimal.
Sebagai evaluator, maka guru berperan mengadakan evaluasi, yakni penilaian terhadap hasil yang telah dicapai oleh peserta didik. Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian, penguasaan peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan. Sekiranya, peserta didik belum sampai pada tingkat keberhasilan, maka guru dituntut lagi untuk lebih berperan sebagai pengelola kelas, dalam arti bahwa ia berperan sebagai learning manager, yakni mengelola kelas dan mengarahkan lingkungan kelas agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan untuk keberhasilan siswa secara optimal.
Multiperan
guru sebagaimana diuraikan di atas, sangat penting penjabaran-nya, dan
akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan
berfungsi dengan baik, karena berbagai kegiatan interaksi belajar
mengajar, dapat dipandang sebagai sentral dalam keseluruhan proses
pembelajaran.
Masih
terkait dengan multiperan guru, oleh Mohamad Surya menyatakan bahwa
peran guru di sekolah adalah dalam keseluruhan kegiatan pendidikan di
tingkat operasional, guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan
melalui kinerjanya pada tingkat institusional, intsruksional, dan
eksperiensal. Hal yang demikian ini mengandung makna bahwa peran harus
dipertahankan, bahkan sebaiknya lebih ditingkatkan. Karena itu, maka
guru juga dituntut untuk memiliki komitmen yang kuat dalam upaya
menfungsikan multiperannya secara utuh dan menyeluruh.
C. Multiperan Guru di Luar Sekolah
Di luar sekolah, guru juga memiliki multiperan yang signifikan. Di lingkungan keluarga misalnya, guru merupakan unsur keluarga sebagai pengelola (suami atau isteri), sebagai anak, dan sebagai pendidik dalam keluarga. Hal ini mengandung makna bahwa guru sebagai unsur keluarga harus mampu mewujudkan keluarga yang kokoh, sehingga menjadi fondasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara keseluruhan.
Di luar sekolah, guru juga memiliki multiperan yang signifikan. Di lingkungan keluarga misalnya, guru merupakan unsur keluarga sebagai pengelola (suami atau isteri), sebagai anak, dan sebagai pendidik dalam keluarga. Hal ini mengandung makna bahwa guru sebagai unsur keluarga harus mampu mewujudkan keluarga yang kokoh, sehingga menjadi fondasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara keseluruhan.
Menurut
Mohamad Surya, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
guru merupakan unsur strategis sebagai anggota, agen, dan pendidik
masyarakat. Sebagai anggota masyarakat, guru harus menunjukkan
kepribadiannya secara efektif agar menjadi teladan bagi masyarakat di
sekitarnya. Sebagai agen masyarakat, guru berperan sebagai mediator
antara masyarakat dan dunia pendidikan. Dalam hal ini, Moh. Uzer Usman
menyatakan bahwa guru berperan untuk menyampaikan segala perkembangan
kemajuan dunia sekitar kepada masyarakat, khususnya masalah-masalah
pendidikan. Guru juga sebagai pemimpin generasi muda, maka masa depan
generasi muda terletak di tangan guru. Guru berperan sebagai pemimpin
mereka dalam mempersiapkan diri untuk anggota masyarakat yang dewasa.
Ringkasnya,
multiperan guru yang disebutkan di atas, jika berfungsi sebagaimana
mestinya, maka akan membawa lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat pada suasana edukatif, sehingga akan tercipta lingkungan yang
berpendidikan, terarah dan menyeluruh, baik di sekolah maupun di luar
sekolah, misalnya dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam
pandangan penulis bahwa multiperan guru di luar sekolah, perlu
diwujudkan secara nyata melalui satu pendekatan dan program yang
dilaksanakan secara profesional, sistemik, sinergik, dan simbiotik dari
semua pihak terkait.
D. Penutup
Multiperan guru sangat kompleks dan tidak hanya dimainkan di sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Di sekolah, guru selain berperan sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih peserta didik, ia juga berperan sebagai demonstrator, motivator, mediator, fasilitator, evaluator, dan pengelola kelas. Sementara itu, di luar sekolah, guru berperan di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Multiperan guru sangat kompleks dan tidak hanya dimainkan di sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Di sekolah, guru selain berperan sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih peserta didik, ia juga berperan sebagai demonstrator, motivator, mediator, fasilitator, evaluator, dan pengelola kelas. Sementara itu, di luar sekolah, guru berperan di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Sumber:
Sudirman AM. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000.
Surya, H. Mohamad. Percikan Perjuangan Guru. Semarang: CV. Aneka Ilmu, 2003.
Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Sudirman AM. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000.
Surya, H. Mohamad. Percikan Perjuangan Guru. Semarang: CV. Aneka Ilmu, 2003.
Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar