STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Rabu, 29 Januari 2014

PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM



Oleh: Yuri Alamsyah
Latar belakang
Dalam sejarah pendidikan Islam, seperti juga dibagian dunia Islam lainnya berjalan menurut rentak gerakan Islam pada umumnya, dalam politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan lain-lain. Pada permulaan abad ke-20 terjadi beberapa perubahan dalam Islam yang dalam garis besarnya dapat digambarkan sebagai kebangkitan, pembaharuan bahkan pencerahan. Lembaga-lembaga pendidikan sanggup menghasilkan elite yang tahu akan momentum-momentum ini dan sekaligus dapat menempatkan diri dalam pemimpin histori ini, maka ia sebenarnya telah melaksanakan fungsinya membawa Indonesia menyongsong terbitnya fajar Islam sebagai pertanda akan terbitnya sang surya yang akan menyinari alam.               
 
Pengertian Pembaharuan Pendidikan Islam.
Lahirnya modernisasi atau pembaharuan di sebuah tempat akan selalu beriringan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat itu. Modernisasi atau pembaharuan bisa diartikan apa saja yang belum di pahami, di terima, atau dilaksanakan oleh penerima pembaharuan sesungguhnya lebih merupakan upaya atau usaha perbaikan keadaan baik dari segi cara, konsep, dan serangkaian metode yang biasa diterapkan dalam rangka menghantarkan keadaan yang lebih baik.[1]

Pembaharuan identik dengan kata modern, modernisasi, dan modernisme, seperti yang terdapat umpanya dalam aliran-aliran modern dalam islam dan modernisasi. Modern dalam masyarakat barat mengandung arti fikiran, gerakan dan usaha untuk merubah faham-faham, adat-istiadat, instilusi-inslutusi lama dan sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kamajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.[2]
Dengan demikian, kalau kita kaitkan dengan pembaharuan pendidikan Islam akan memberi pengertian bagi kita, sebagai suatu upaya melakukan proses perunahan kurikulum, cara, metodologi, situasi dan pendidikan Islam dari yang tradisional (ortodox) kearah yang lebih rasional, dan professional sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat itu.
Pendidikan Islam sebagai sebuah sistem, terdiri atas beberapa komponen pokok diantaranya, dasar, tujuan, pendidikan, peserta didik, kurikulum, metode pembelajaran, manajemen, evaluasi dan proses pembelajaran.Adanya pembaharuan pendidikan tentu saja menyangkut dengan sebagian atau keseluruahan dari semua komponen-komponen semua sistem pendidikan Islam.
Berdasarkan pendapat di atas suatu pembahauan dapat dilihat dari tiga aktifitas.
1.      Pembaharuan akan selalu menuju kepada upaya perbaikan secara simultan .
2.      Dalam upaya melakuakan suatu pembaharuan disana akan meniscahyakan pengaruh yang kuat adanya ilmu pengetahuan dan teknologi.
3.      Upaya pembaharuan biasanya juga dilakukan secara dinamis, inovatif, dan progresif sejalan dengan perubahan cara berfikir seseorang.[3]


Hal–hal Yang Melatar Belakangi Pembaharuan Pendidikan Islam.
Terpuruknya nilai–nilai pendidikan dilatar belakangi oleh kondisi internal Islam yang tidak lagi menganggap ilmu pengetahuan umum sebagai satu kesatuan ilmu yang harus diperhatikan. Selanjutnya, ilmu pengetahuan lebih banyak diadopsi bahkan dimanfaatkan secara komprehensif oleh barat yang pada waktu itu tidak pernah mengenal ilmu pengetahuan.
Secara garis besar ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya proses pembaharuan pendidikan Islam.
  • Pertama faktor internal yaitu, faktor kebutuhan pragmatis umat Islam yang sangat memerlukan satu system pendidikan Islam yang betul – betul bisa dijadikan rujukan dalam rangka mencetak manusia – manusia muslim yang berkualitas, bertaqwa, dan beriman kepada Allah.
  • Kedua faktor eksternal adanya kontak Islam dengan barat juga merupakan faktor terpenting yang bisa kita lihat. Adanya kontak ini paling tidak telah menggugah dan membawa perubahan phragmatik umat islam untuk belajar secara terus menerus kepada barat, sehingga ketertinggalan yang selama ini dirasakan akan bisa terminimalisir.
Masa Pembaharuan Pendidikan Islam
Kebangkitan intelektual di Eropa telah memberikan kontribusi yang besar sekali bagi kemajuan Eropa. Semangat rasionalisme membuat negara-negara Eropa menjadi kuat baik militer, ekonomi maupun ilmu pengetahuan dan teknologi. Kini keadaan menjadi berbalik, jika sebelumnya Islam memiliki kekuatan yang besar baik politik, ekonomi maupun ilmu pengetahuan sehingga dapat mengalahkan dan menguasai beberapa wilayah Barat, seperti Spanyol, Sialia, Asia kecil dan Balkan, maka sekarang Barat yang maju sedangkan Islam tidak lagi memiliki kekuatan yang dapat dibanggakan.
 Menurut sebagian tokoh-tokoh pembaharu Islam, salah satu penyebab kemunduran umat Islam adalah melemah dan merosotnya kualitas pendidikan Islam. Untuk mengembalikan kekuatan pendidikan Islam yang sempat hilang maka bermuncullah gagasan-gagasan tentang pembaharu pendidikan Islam.
Pembaharu pendidikan Islam pertama kali dimulai di kerajaan Utsmani. Faktor yang melatarbelakangi gerakan pembaharu pendidikan bermula dari kekalahan-kekalahan kerajaan Utsmani dalam peperangan dengan Eropa. Kekalahan tentara Turki pada pertempuran di dekat Wina memaksa Turki menandatangani perjanjian Carlowite pada 1699 M yang berisi penyerahan daerah Hiongaria kepada Australia, daerah Podolia kepada Polandia dan daerah Azov kepada Rusia.
Kekalahan demi kekalahan yang dialami kerajaan Utsmani menyebabkan Sultan Ahmad III (1703-1713 M) amat prihatin, kemudian ia menyelidiki sebab-sebab kekalahan mereka dan rahasia keunggulan yang dimiliki Barat, Sultan Ahmad III lalu mengambil tindakan dengan mengirimkan duta-duta besar untuk mempelajari kemajuan Eropa, terutama di bidang militer dan kemajuan ilmu pengetahuan.[4]
Selain di bidang militer, Turki juga membangun di bidang lain seperti ekonomi dan pemerintahan dan Turki juga mengembangkan kemajuan ilmu pengetahuan yang selama ini telah dilupakannya. Untuk pertama kalinya di dalam dunia Islam dibukalah suatu percetakan di Istanbul pada 1727 M guna mencetak berbagai macam buku ilmu pengetahuan yang diterjemahkan dari buku-buku ilmu pengetahuan Barat.[5]
Selain itu pada 1717 M didirikannya lembaga terjemah yang bertugas menerjemahkan buku-buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan ke dalam bahasa Turki.[6] Hal ini merupakan fenomena baru dan sangat bermanfaat bagi kemajuan pendidikan dan intelektual Islam di Turki. Hal-hal tersebut merupakan langkah awal bagi perubahan sistem pendidikan Islam di Turki.
Upaya pembaharuan pendidikan dimana Sultan Ahmad III yang baru berjalan dilanjutkan oleh Sultan Mahmud II (1807-1839 M). Pada zaman tersebut madrasah merupakan satu-satunya lembaga pendidikan umum yang ada di kerajaan Utsmani. Sultan Mahmud II sadar bahwa pendidikan di madrasah tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman, dikarenakan di madrasah hanya mengajarkan peserta didiknya mengetahui pengetahuan agama sedangkan pengetahuan umum tidak diajarkan.
Beliau juga menyadari bahwa pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi modern mempunyai peran yang dominan dalam mencapai kemajuan. Oleh sebab itu beliau berusaha untuk membenahi kurikulum di madrasah-madrasah dengan memasukkan ilmu pengetahuan umum.
Pada perkembangan selanjutnya, Sultan Mahmud II membangun sekolah-sekolah model Barat. Pada tahun 1827 M ia mendirikan sekolah kedokteran (Tilahane-i Amire) dan sekolah teknik (Muhendisane) dan pada tahun 1834 M dibuka sekolah Akademi Militer. Pada tahun 1838 M sekolah kedokteran dan sekolah pembedahan digabungkan menjadi satu dengan nama Dar-al Ulum Hikemiye ve Mekteb-i Tibbiye-i Sahane.[7] Seperti di Turki, pembaharuan pendidikan Islam di Mesir juga di awali oleh penguasa pembaharuan Islam setelah adanya kontak dengan peradaban modern Barat. Invasi Napoleon yang membawa kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan Barat telah membuka mata rakyat Mesir bahwa umat Islam telah tertinggal oleh kemajuan Barat. Yang menjadi perhatian penting dari kedatangan Napoleon dan lahirnya gerakan kesadaran umat Islam dari keterbelakangan mereka selama ini adalah untuk melihat pengaruh dari kedatangan tentara Napoleon dan berbagai rangsangan yang ditimbulkannya sebagai akibat dari berbagai kegiatan yang dilakukan Napoleon dan rombongannya di Mesir.[8]
Di antara pengaruh ekspedisi Napoleon yang berkaitan erat dengan misi keilmuan dan kebudayaan yang dijalankan Napoleon beserta rombongannya di Mesir adalah:[9]
  1. Timbulnya benih-benih rasa kebangsaan dari orang Mesir.
  2. Napoleon berusaha menggeser sistem pemerintahan yang dipraktekkan di Mesir yang sebelumnya berpola feodal menjadi lebih demokratis.

  1. Sebagai hasil dari pendekatan Napoleon yang berpijak pada semangat revolusi Perancis maka muncullah pemikiran dari orang-orang Mesir yang mengusulkan agar bentuk pemerintahan yang diktator diubah menjadi pemerintahan demokratis, karena hal inilah yang membawa Perancis kepada suasana kehidupan kenegaraan yang baru.
  2. Mulai terbukanya cakrawala berfikir dikalangan umat Islam sebagai akibat dari persentuhan dengan pemikiran para ilmuwan yang ikut dalam rombongan Napoleon.
Selain itu juga yang mendorong umat Islam untuk mengadakan modernisasi yang dipelopori oleh Muhammad Ali.[10] Muhammad Ali adalah seorang yang berasal dari luar Mesir, karena kecakapannya dalam bidang militer ia berhasil menjadi kepala pemerintahan di Mesir. Pada awalnya ia hanyalah seorang prajurit tentara biasa di Turki Utsmani.[11]
Setelah Muhammad Ali naik tahta menjadi penguasa Mesir, ia memberikan perhatian yang lebih pada bidang militer dan ekonomi. Menurutnya militer akan memberikan dukungan untuk mempertahankan dalam memperbesar kekuasaannya. Sedangkan ekonomi sangat diperlukan untuk membiayai militer. Untuk memajukan keduanya dibutuhkan ilmu-ilmu modern. Dengan demikian Muhammad Ali mencurahkan perhatiannya bagi pendidikan. Pada tahun 1815 M ia mendirikan sekolah militer, sekolah kedokteran pada tahun 1827 M, seolah Apoteker pada tahun 1829 M, sekolah pertambangan pada tahun 1839 M, sekolah pertanian pada tahun 1836 dan sekolah penerjemah pada tahun 1836 M.
Tidak hanya corak dan model pendidikan Barat yang diterapkan oleh Muhammad Ali di Mesir, ia juga mempercayakan pengawasan sekolah kepada orang Barat, bahkan guru-gurunya juga didatangkan dari Barat (Eropa). Selain mendatangkan tenaga ahli dari Eropa, Muhammad Ali juga mengirim siswa untuk belajar ke Italia, Perancis, Inggris dan Austria.
Upaya pemahaman dan modernisasi yang dipelopori Muhammad Ali di Mesir ini, besar sekali kontribusinya bagi Mesir menjadi negara modern. Gerakan pembaharuannya telah memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi Barat kepada umat Islam hingga lahirlah intelegensia Muslim yang berpengetahuan agama yang luas, berwibawa modern dan tidak berpandangan sempit. Mereka itu seperti Rifa’ah Badawi Rafi’ al-Tahtawi, Muhammad Abduh, Rasyid Ridho, dan Hasan al-Banna.[12]

Pola-pola Pendidikan Islam
Dengan memperhatikan berbagi macam sebab kelemahan dan kemunduran umat Islam sebagaimana nampak pada masa sebelumnya dan dengan memperhatikan sebab-sebab kemajuan dan kekuatan yang dialami oleh bangsa Eropa, maka ada tiga pemikiran pembaharuan Islam diantaranya:
  1. Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi kepada pola pendidikan modern di Eropa.
Pola pendidikan modern di Barat pada dasarnya berpandangan bahwa sumber kekuatan dan kesejahteraan hidup yang dialami oleh Barat adalah sebagai hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Dimana semua itu merupakan pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang berkembang di dunia Islam. Atas dasar demikian, maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat Islam, sumber kekuatan dan kesejahteraan tersebut harus dikuasai kembali.
Dan penguasaan ini harus dicapai melalui proses pendidikan yang meniru pola pendidikan yang dikembangkan oleh dunia Barat, sebagaimana dulu dunia Barat pernah meniru dan mengembangkan sistem pendidikan dunia Islam. Dalam hal ini, usaha pembaharuan pendidikan Islam adalah dengan jalan mendirikan sekolah-sekolah dengan sekolah Barat baik sistem maupun isi pendidikannya.
Pembaharuan pendidikan dengan pola Barat ini, mulanya timbul di Turki Utsmani pada akhir abad ke-11 H/ 17 setelah mengalami kalah perang dengan berbagai negara Eropa timur, yang merupakan benih bagi timbulnya usaha sekularisasi Turki dan membentuk Turki modern. Tokoh pelopor pembaharuan pendidikan di Turki ini adalah Sultan Mahmud II (yang memerintah di Turki Utsmani 1807-1809 M). Pola pembaharuan pendidikan yang berorientasi ke Barat ini, juga nampak dalam usaha Muhammad Ali Pasha di Mesir yang berkuasa tahun 1805-1848 M.[13]
2.      Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada sumber ajaran Islam yang murni.
Pola ini berpandangan bahwa sesungguhnya Islam sendiri merupakan sumber bagi kemajuan dan perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan modern. Dimana Islam sendiri sudah penuh dengan ajaran-ajaran yang pada hakikatnya mengandung potensi untuk membawa kemajuan dan kesejahteraan serta kekuatan umat Islam.
Menurut pola ini, diantara sebab-sebab kelemahan umat Islam adalah karena mereka tidak lagi melaksanakan ajaran Islam secara semestinya. Ajaran-ajaran Islam yang menjadi sumber kemajuan dan kekuatan ditinggalkan dan menerima ajaran-ajaran Islam yang tidak murni lagi. Pola pembaharuan ini dirintis oleh Muhammad bin Abdul Wahab, kemudian dicanangkan kembali oleh Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh (akhir abad 19 M).[14]
3.      Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada nasionalisme.
Rasa nasionalisme timbul bersamaan dengan berkembangnya pola kehidupan modern dan mulai dari Barat. Bangsa-bangsa Barat mengalami kemajuan rasa nasionalisme yang kemudian keadaan tersebut mendorong pada umumnya bangsa-bangsa Timur untuk mengembangkan nasionalisme masing-masing.
Umat Islam mendapati kenyataan bahwa mereka terdiri dari berbagi bangsa yang berbeda latar belakang dan sejarah perkembangan kebudayaannya. Mereka pun hidup bersama dengan orang-orang yang beragama lain tapi sebangsa. Inilah yang mendorong perkembangan rasa nasionalisme di dunia Islam.
Ide pembaharuan yang berorientasi pada nasionalisme ini bersesuaian dengan ajaran Islam karena adanya keyakinan dikalangan pemikir-pemikir pembaharuan dikalangan umat Islam, bahwa pada hakikatnya ajaran Islam bisa diterapkan dan disesuaikan dengan segala zaman.
Golongan nasionalis ini berusaha untuk memperbaiki kehidupan umat Islam dengan memperhatikan situasi dan kondisi obyektif umat Islam yang bersangkutan. Dan ide nasionalisme inilah yang pada perkembangan berikutnya mendorong timbulnya usaha-usaha untuk merebut kemerdekaan dan mendirikan pemerintahan sendiri dikalangan bangsa-bangsa umat Islam.[15]
Tokoh dan Sasaran Pembaharuan Pendidikan Islam.
Tokoh pembaharuan pendidikan Islam bercorak modernis. Sejalan dengan pembahruan pendidikan Islam penuh dilakukan pada 3 wilayah kerajaan besar yaitu kerajaan Usmani, Mesir, India.
  1. Wilayah Turki
Pembaharuan pendidikan didunia Islam dimulai dikerajaan Turki Usmani. Faktor yang melatar belakangi gerakan pembaharuan bermula dari kekalahan-kekalahan kerajaan Usmani dalam peperangan dengan Eropa. Adapun tokoh yang mencoba melakukan upaya tersebut ialah :
  • Sultan Ahmad III. Adanya kekalahan yang dialami kerajaan Turki Usmani menyebabkan Sultan Ahmad III prihatin dan melakukan intropeksi, dengan melakukan pengiriman duta ke Eropa untuk mengamati perkembangan barat. Dengan mendirikan sekolah teknik militer, mendirikan percetakan untuk mempermudah Access buku pengetahuan. Upaya ini dilakukan sampai beliau wafat dan kemudian digantikan oleh Sultan Mahmud II.
  • Sultan Mahmud II. Sultan Mahmud II merupakan kelanjutan dari Sultan Ahmad III. Pembaharuan yang dilakukan dengan memperbaiki system pendidikan madrasah dengan memasukkan ilmu pengetahuan umum. Kemudian mendirikan model disekolah barat.
2.Wilayah Mesir
Tokoh yang melakukan upaya pembaharuan khususnya pendidikan adalah Muhammad Ali Pasya dan Muhammad Abduh
  • M. Ali Pasya. Ia mendirikan kementrian pendidikan dan lembaga pendidikan, membuka sekolah teknik , kedokteran, pertambangan, mengirin siswa untuk belajar kenegri barat. Gerakan pembaharuan memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi barat kepada umat Islam.
  • M. Abduh. Melakukan pembaharuan pendidikan di Al-Azhar dengan memasukkan ilmu modern. Mendirikan komite perbaikan administrasi Al-Azhar tahun 1895, melaksanakan pembaharuan administratif yang bermanfaat.
3.Wilayah India.
Pembaharuan pendidikan Islam di India bertujuan menghilangkan diskriminasi pendidikan Islam tradisionalis dengan pendidikan sekuler. Adapun yang menjadi tokoh pembaharuan di India. Sayyid Akhmad Khan (1817 – 1898 M). Ia berpendapat bahwa peninggkatan kedudukan umat Islam di India dapat diwujudkan dengan bekerjasama dengan Inggris. Kemudian mendirikan lembaga pendidikan, sekolah Inggris mudarabbah 1864. kemudian mendirkan pula Scientific Society, mendirikan lembaga pendidikan yang didalamnya ilmu pengetahuan umum. Itulah beberapa orang tokoh pembaharuan yang banyak mengadopsi tata cara dan pengetahuan yang datang dari barat.[16]
Dualisme Sistem Pendidikan Islam
Sebagai akibat dari usaha-usaha pembaharuan pendidikan Islam yang dilaksanakan dalam rangka untuk mengejar kekurangan dan ketinggalan dari dunia Barat dalam segala aspek kehidupan, maka terdapat kecenderungan adanya dualisme dalam sistem pendidikan dunia Islam. Pola pembaharuan pendidikan yang sebagaimana telah diuraikan, membentuk suatu sistem atau pola pendidikan modern yang mengambil pola sistem pendidikan Barat dengan penyesuaian-penyesuaian dengan Islam dan kepentingan nasional, serta di lain pihak tetap mempertahankan sistem pendidikan tradisional yang telah ada dikalangan umat Islam.
Sistem pendidikan modern pada umumnya dilaksanakan oleh pemerintah yang pada mulanya adalah dalam rangka memenuhi tenaga ahli untuk kepentingan pemerintah. Sedangkan sistem pendidikan tradisional yang telah ada dikalangan masyarakat pada umumnya tetap mempertahankan kurikulum tradisional yang hanya memberikan pendidikan dan pengajaran keagamaan. Dualisme sistem dan pola pendidikan inilah yang selanjutnya mewarnai pendidikan Islam di semua negara dan masyarakat Islam di zaman modern.
Dengan adanya dualisme sistem pendidikan Islam ini diharapkan sistem pendidikan tradisional akan berkembang secara berangsur-angsur mengarah ke sistem pendidikan modern. Dan inilah yang dikehendaki oleh para pembaharu pendidikan Islam yang berorientasi pada ajaran Islam yang murni.[17]
KESIMPULAN
Dari kesimpulan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa pembaharuan pendidikan Islam akan memberi pengertian bagi kita, sebagai suatu upaya melakukan proses perunahan kurikulum, cara, metodologi, situasi dan pendidikan Islam dari yang tradisional (ortodox) kearah yang lebih rasional, dan professional sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat itu.
Secara garis besar ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya proses pembaharuan pendidikan Islam.yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Pembaharuan pendidikan Islam di mulai pada kerajaan Turki Utsmani. Dimana pembaharuan pendidikan Islam ini terjadi bermula dari kekalahan-kekalahan Utsmani dalam peperangannya dengan Eropa.
Dengan memperhatikan berbagai macam sebab kelemahan dan kemunduran umat Islam sebagaimana nampak pada masa sebelumnya dan dengan memperhatikan sebab-sebab kemajuan dan kekuatan yang dialami oleh bangsa-bangsa Eropa, maka ada tiga pola pemikiran pembaharuan pendidikan Islam, diantaranya:
1.      Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi kepada pola pendidikan modern di Eropa.
2.      Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada sumber ajaran Islam yang murni.
3.      Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada nasionalisme.
Tokoh dan sasaran pembaharuan pendidikan islam di lakukan pada tiga wilayah kerajaan besar yaitu wilayah turki dengan tokoh sultan Ahmad II dan sultan Mahmud II, kemudian wilayah mesir tokohnya M ali pahsa dan Muhammad abduh yang terakhir wilayah india dengan tokoh sayid akhmad khan

DAFTAR PUSTAKA
Abud, Abd al-Gani. Fi al- Tarbiyah al-Islamiyah, Mesir: Dar al-Fikr al-fikr al-Arabi, 1977. Al
Amrullah, Ahmad. Kerangka Dasar Masalah Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1998.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis. PT. Bima Karya: Jakarta, 1989.
Asrohah, Harun, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999.
Faruqi, Ismail R, Islamisasi Pengetahuan (terj). Balai Pustaka: Bandung,1984
Lubis, Ridhwan, Perspektif Pembaharuan Pemikiran Islam, Medan: Pustaka Widyasarana, 1994.
Nasution, Harun, Pembaharuan dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1982.
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia,2011.
Syalabi, Ahmad, MausuahAl-Tarikh Al-IslamiwaAl-HadaratAl-Islamiyah,Juz Individu, Kairo:
            Maktabah Al-Nahdat
Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.




[1] Harun Nasution dalam –CeCe-Wijaya, et al, Upaya Pembharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,1992),hlm.6
[2] Harun Nasution, Pembahasan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta : Bulan Bintang, 1992),hlm.11
[3] Azyumardi Azra, Pendidikan Islam:Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,( Jakarta: Logos,2000),cet.ke-2,hlm.31
[4]. Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 116
[5]. Ibid,hlm. 116
[6]. Hanun Asrohah, Op, cit, hlm. 130
.               [7] .Hanun Asrohah, Op, cit, hlm. 130
[8] Harum Nasution, Pembahasan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta : Bulan Bintang, 1992),11.
9.Widda Djuhan, Sejarah Pendidikan Islam Klasik ( Ponorogo : LPPI STAIN, 2010), 68.


[10] Harum Nasution, Pembahasan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta : Bulan Bintang, 1992),11.

[11] Harum Nasution, Pembahasan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta : Bulan Bintang, 1992),11.

[12] Harum Nasution, Pembahasan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta : Bulan Bintang, 1992),11.
[13] Harum Nasution, Pembahasan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta : Bulan Bintang, 1992),11.
[14] Harum Nasution, Pembahasan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta : Bulan Bintang, 1992),11.

[15] Widda Djuhan, Sejarah Pendidikan Islam Klasik ( Ponorogo : LPPI STAIN, 2010), 68
[16].Toto Suharto, Rekontruksi dan Modernisasi Lembaga Pendidikan Islam ( Yogyakarta : Global Pustaka  utama STAIN, 2010), 6.
[17]. Wida Djuhan, Sejarah Pendidikan Islam Klasik ( Ponorogo : LPPI STAIN, 2010), 69.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar