PENDAHULUAN
Mengembangkan keterampilan kepemimpinan, merupakan jawaban sebagai suatu langkah mengantisipasi kejutan-kejutan perubahan yang bakal terjadi dalam melinium ketiga yang ditanda dengan di satu sisi persaingan yang makin ketat dalam dunia bisnis serta masa depan yang tidak menentu dan disini lain memperlihatkan adanya peluang-peluang yang maha dahzat. Inilah merupakan tantangan otak sebagai perangkat keras yang digunakan oleh pikiran anda.
Setiap pemimpin dapat memperoleh dan mengembangkan keterampilan, bakat, kekuatan dan kemampuan melebihi apa yang anda harapkan saat ini, karena rata-rata orang menggunakan otaknya kurang satu persen. Otak berfungsi seperti super komputer untuk menyerap, menyimpan dan mengeluarkan informasi, sehingga otak digunakan oleh pikiran anda untuk membentuk sikap, perasaan, persepsi, harapan, dan hasil akhir yang diidamkan.
Sejalan dengan pemikiran diatas, maka penulis menarik satu kesimpulan bahwa diperlukan suatu Model Kepemimpinan yang sejalan dengan tuntutan abad 21 sebagai jawaban atas bagaimana caranya menghadapi tantangan dan meraih peluang di masa depan.
PENDEKATAN
Untuk merumuskan suatu Model Kepemimpin, maka diper-gunakan suatu pendekatan kerangka kerja tiga dimensi artinya langkah awal dimulai dengan membuat keputusan berdasarkan intuisi untuk menempatkan pusat perhatian dalam suatu situasi yang dihadapi. Selanjutnya menempatkan situasi tersebut ke dalam tiga dimensi, dimana setiap dimensi memiliki situasi yang berdiri sendiri tetapi memiliki sifat yang saling mempengaruhi satu sama lain. Pada setiap dimensi akan menggambarkan pengetahuan dari pengalaman dan ilmu dari informasi.
Dengan pendekatan ini, kita menetapkan adanya tiga di-mensi yang akan menentukan model kepemimpinan abad 21 yang kita sebut dengan Kompleksitas (D.1) ; Perubahan (D.2) dan Globalisasi (D.3). Jadi dengan alat pikiran berupa kesadaran, kecerdasan dan akal, kita akan berusaha meng-gerakkan otak atas (kiri dan kanan) yang juga disebut dengan otak “intelektual” dan otak bawah yang juga disebut otak bawah sadar.
Dengan demikian, seorang pemimpin dapat meningkat-kan keterampilan, bakat, kekuatan dan kemampuan yang mampu mengintergrasikan otak atas dan bawah dalam mewu-judkan suatu model kepemimpinan abad 21.
KOMPLEKSITAS (D.1) mengandung makna koordinasi, komunikasi dan kontrol karena adanya tingkat differen-siasi yang dapat berbentuk horizontal dalam arti unit-unit, vertikal dalam arti kedalaman struktur dan spasial dalam arti jarak dan jumlah. Jadi kompleksitas diletakkan dalam suatu konsep berpikir untuk merumuskan pengorganisa-sian yang menuju konsep fleksibilitas dan mudah dikontrol.
PERUBAHAN (D.2) harus diartikan tidak ada yang permanen kecuali perubahan itu sendiri. Jadi gelombang perubah-an akan sejalan dengan dunia terus berputar, sehingga peru-bahan yang besar itu memasuki seluruh segi dan aspek kehidupan ekonomi, politik, teknologi, sosial-budaya, dsb.
Sebagai ilustrasi kerjasama ekonomi Asia Pasifik terutama Asia Timur dan Tenggara yang akan mendorong liberalisasi perdagangan investasi global. Sehingga pemimpin mampu membuat prediksi dalam menarik kepastian, ketidakpastian dan membuat ketidakpastian menjadi suatu keberhasilan.
GLOBALISASI (D.3) mengandung makna bahwa kegiatan aspek kehidupan ini mencakup kawasan dunia, sehingga harus dilihat bukan saja dari sudut expansi, melainkan juga dilihat dari sudut tuntutan lingkungan baru.
Dengan memahami ketiga dimensi diatas, maka untuk mewujudkan kepemimpinan yang mampu menghadapi tantangan tersebut tidak ada jalan lain secara terus menerus meningkatkan kemampuan otak ke dalam suatu proses untuk mengenal diri melalui ilmu dan pengetahuan.
WUJUD MODEL KEPEMIMPINAN ABAD 21
Bertitik tolak dari pendekatan yang kita kemukakan diatas, maka wujud model kepemimpinan abad 21, haruslah menunjukkan ciri-ciri dalam implementasi sikap dan perilaku yang mampu mempengaruhi orang lain dengan memiliki profesionalisme, inovatif, dan kreatif serta antisipatif.
PROFESIONALISME (D.1) dalam sikap dan perilaku akan me-nunjukkan seorang pemimpin dalam memecahkan ma-salah-masalah yang dihadapi melalui suatu proses dengan me-manfaatkan ilmu (informasi), pengetahuan (pengelam-an), dan keperibadian (percaya diri), untuk merubah input menjadi output dalam kerangka mempengaruhi orang lain untuk mencapai sukses individu, kelompok dan organisasi.
KREATIF dan INOVATIF (D.2) dalam sikap dan perilaku akan menunjukkan seorang pemimpin dapat menuntun para pengikutnya untuk kreatif agar mereka melahirkan gagasan-gagasan baru dalam mewujudkan inovasi dalam krangka menghadapi tantangan produk untuk memenuhi kepuasan pelanggan lokal dan global.
ANTISIPATIF (D.3) dalam sikap dan perilaku akan me-nunjukkan seorang pemimpin dapat menangkap situasi kejutan masa depan dan penyesuaian diri karena adanya kecepatan perubahan lingkungan yang tidak seimbang dengan kecepatan dari tanggapan manusia yang terbatas.
Dengan demikian bahwa ketiga dimensi tersebut merupakan arah bagi usaha-usaha peningkatan model kepemimpinan masa depan.
KESIMPULAN
Kepemimpinan bukan sesuatu yang tumbuh karena bakat atau karisma, tapi kepemimpinan dapat dipelajari dan dikembangkan bagi seorang pemimpin di masa kini dan masa depan. Oleh karena itu, manfaatkan otak yang mengandung tambang emas yang kita sebut dengan pikiran, di situlah terletak usaha-usaha sebagai suatu keinginan belajar yang terus menerus. Bayangkan kemajuan teknologi informasi dalam aplikasi telematika dengan memanfaatkan teknologi web dan aplikasi internet yang telah menunjukkan adanya zaman komu-nikasi instant.
Dengan memahami suatu pendekatan atas kompleksitas, perubahan dan globalisasi, diharapkan menjadi pendo-rong dalam pikiran seorang pemimpin untuk mempergunakan alat pikiran berupa kesadaran, kecerdasan dan akal untuk mewujudkan model kepemimpinan abad 21. Artinya ada usaha-usaha bagi seseorang untuk meningkatkan keterampilan, menyingkap bakat yang tersembunyi, kekuatan, dan kemampuan yang dibutuhkan dalam menumbuh-kembangkan profesionalisme, kereatif dan inovatif serta antisipatif dalam menghadapi gelombang perubahan pada semua aspek kehidupan masa depan yang serba tidak menentu.
Oleh karena itu untuk mewujudkan model kepemimpinan abad 21, seseorang dituntut untuk belajar secara berkelanjutan dalam mewujudkan arah kepemimpinan masa depan dengan pemberdayaan otak sebagai kunci keberhasilan dalam melaksanakan perubahan sikap dan perilaku agar mempengaruhi orang lain menjadi produktif dalam arti efisien, efektif, dan berkualitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar