Nama safawiyah dinisbatkan kepada nama salah seorang guru sufi di  Ardabil, yaitu Syeikh Ishak Safiuddin. Menurut riwayat ia adalah  keturunan dari musa al-Kadhim, imam ketujuh Syi'ah Itsna 'Asyariyah. Ia  adalah keturunan Ali bin Abi Thalib.Ia mendirikan tarekat di Ardabil,  Azerbaijan yang kemudian di beri nama Safawiyah. Pada mulanya gerakan  tarekat yang dipimpinnya bertujuan untuk memerangi orang-orang yang  ingkar terhadap ajaran agama dan "ahli bid'ah". Tarekat ini berkembang  di daerah-daerah di mana terdapat heterodoksi, khususnya syi'ah. Oleh  karena itu, di sepanjang abad ke-15 tarekat ini terang-terangan  menunjukkan kesyi'ahannya.
Berbeda dengan dua kerajaan islam lainnya ( Usmani dan Mughal ) Kerajaan  Safawi menyatakan, syiah sebagai mazhab Negara dan dan dalam tujuan  pendidikan. Sehingga kerajaan ini dianggap sebagai pelekat pertama dasar  terbentuknya negara Iran saat ini.
 Berdasarkan idiologi pemikeran syiah pada masa kerajaan safawa inilah  maka pendidikan pada saat itu menjadi cenderung sebagai sarana untuk  menyampaikan idiolagi pemiiran itu, maka kebijakan pendidikan  pemimpin  pada saat itu pun lebih mengutamakan pada kepentingan idiologi dari yang  dipahami, lalu di sampaikan.   
 
 A. Masa Berdirinya
 Kerajan Safawi bermula dari gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil,  sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama Safawiyah karena  pendirinya bernama Syech Safuyudin Ishaq (1252-1334) seorang guru agama  yang lahir dari sebuah keluaraga Kurdi di Iran Utara. Beliau merupakan  anak murid seorang imam Sufi yiaitu Sheikh Zahed Gilani (1216–1301, dari  Lahijan.) Safi Al-Din kemudiannya menukar Ajaran Sufi ini kepada Ajaran  Safawiyah sebagai tindak balas kepada pencerobohan tentera Mongol di  wilayah Azerbaijan
 Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah ini bertujuan untuk memerangi  orang-orang ingkar dan golongan Ahl al-Bid’ah Namun pada  perkembangannya, gerakan tasawuf yang bersifat lokal ini berubah menjadi  gerakan keagamaan yang mempunyai pengaruh besar di Persia, Syria dan  Anatolia. Di negeri-negeri yang berada di luar Ardabil inilah, Safi  al-Din menempatkan seorang wakil yang diberi gelar Khalifah untuk  memimpin murid-murid di daerahnya masing-masing.
 Gerakan Safawi mewakili sebuah kebangkitan Islam Populer yang menentang  dominasi militer yang meresahkan dan bersifat eksploitatif. Tidak  seperti gerakan lainnya,gerakan Safawiyah memprakarsai penaklukan Iran  dan mendirikan sebuah baru yang berkuasa dari 1501 sampai 1722. Sang  pendiri mengawali gerakannya dengan seruan untuk memurnikan dan  memulihkan kembali ajaran Islam.
 Pada waktu kerajaan Turki Usmani sudah mencapai puncak kejayaan,  kerajaan Safawi di Persia masih baru berdiri. Namun pada kenyataannya,  kerajaan ini dapat berkembang dengan cepat. Nama safawi ini terus  dipertahankan sampai tarekat Sfawiyah menjadi gerakan politik dan  menjadi sebuah kerajaan yang disebut kerajaan Safawi. Dalam  perkembangannya, kerajaan Safawi sering berselisih dengan kerajaan Turki  Usmani
 Safi Al-Din ( 1252-1334 M ) dan nama Safawi itu terus dipertahankan  sampai menjadi gerakan politik. Safi Al-Din berasal dari keturunan orang  yang berada dan memiliki sufi sebagai jalan hidupnya. Karena prestasi  dan ketekunannya dalam kehidupan tasawuk, Safi Al-Din dijadikan menantu  oleh gurunya Taj Al-Din ibrahim Zahidi ( 1216-1301 M)2.
 Safi Al-Din mendirikan tarkat Safawiyah setelah ia menggantikan guru dan  sekaligus mertuanya yang wafat tahun 1361 M. Pengikut tarkat ini sangat  teguh pada ajaran agamanya. Pada awalnya gerakan Safawiyah bertuju  memerangi orang – orang yang ingkar, kemudian memerang golongan “ Ahli –  ahli tid’ah “. Bentuk tarkat itu dari pengajian Tasawuf murni yang  bersifat local menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di  Persia, Syiria, dan Andalusia.
 Berbeda dengan dua kerajaan islam lainnya ( Usmani dan Mughal ) Kerajaan  Safawi menyatakan, syiah sebagai mazhab Negara. Sehingga kerajaan ini  dianggap sebagai pelekat pertama dasar terbentuknya negara Iran saat  ini. Berikut urutan penguasa kerajaan Safawi :
 1). Isma'il I (1501-1524 M)
 2). Tahmasp I (1524-1576 M)
 3). Isma'il II (1576-1577 M)
 4). Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)
 5). Abbas I (1587-1628 M)
 6). Safi Mirza (1628-1642 M)
 7). Abbas II (1642-1667 M)
 8). Sulaiman (1667-1694 M)
 9). Husein I (1694-1722 M)
 10). Tahmasp II (1722-1732 M)
 11). Abbas III (1732-1736 M)
 
 B. Kejayaan kerajaan Safawiyah
 Masa kekuasaan Abbas 1 merupakan puncak kerajaan safawiyah. Kemajuan-kemajuan yang dicapai antara lain sebagai berikut;
 1. Bidang Politik
 Abbas 1 mampu mengatasi berbagai kemelut didalam negeri yang menganggu  stabilitas negara dan berhasil merebut kembali wolayah-wilayah yang  pernah direbut oleh kerajaan lain pada masa kerajaan-kerajaan  sebelumnya.
 2. Bidang Ekonomi
 Stabilitas politik kerajaan Safawi pada masa Abass 1 ternyata telah  memacu perkembangan perekonomian Safawi, lebih-lebih setelah kepulauan  Hurmuz dikuasai odan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas.  Dengan dikuasainya bandar ini maka salah satu jalur dagang laut antara  timur dan barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris, dan  Perancis sepenuhnya menjadi milik kerajaan Safawi.
 Di samping sektor perdagangan, kerajaan ini juga mengalami kemajuan terutama didaerah Bulan Sabit Subur.
 3. Bidang Ilmu Pengetahuan 
 Dalam sejarah Islam bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang  berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan.Oleh  karena itu, tidak mengherankan apabila pada masa kerajaan ini tradisi  keilmuan ini terus berlanjut.
 Ada beberapa ilmuan yang selalu hadir di majlis Istana, yaitu Baha  Al-Din Al-Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar Al-Din  Al-Syaerazi, filosof, dan Muhammad Baqir Ibn Muhammad Damad, filosoft,  ahli sejarah, teolog, dan seorang yang pernah mengadakan observasi  mengenai kehidupan lebah-lebah. Dalamn bidang ini, kerajaan ini mungkin  dapat dikatakan lebih berhasil dari dua kerajaan besar Islam lainnya  pada masa yang sama.
 4. Bidang Perkembangan Fisik dan Seni
 Para penguasa kerajaan ini telah berhasil menciptakan Isfahan, ibu kota  kerajaan, menjadi kota yang sangat indah. Di bidang seni, kemajuan  nampak begitu kentara dalam gaya arsitektur bangunan-bangunannya,  seperti terlihat pada masjid Shah yang dibangun tahun 1611 M dan masjid  Syaikh Lutf Allah yang dibangun tahun 1603 M. Unsur seni lainnya  terlihat puyla sdalam bentuk kerajaan tangan, keramik, karpet,  permadani, pakaian dan tenun, mode, tembikar dan benda seni lainnya.  Seni lukis mulai dirilis sejak zaman Tahmasp 1. Raja Ismail 1 pada tahun   1522 M membawa seorang pelukis timur ke Tabriz. Pelukis ini bernama  Bizhad.
 
 C. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi
 Sepeninggal Abbas I, Kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam  raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman  (1667-1694 M), Husein (1694- 1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M) dan Abbas  III (1733-1736 M). Pada masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan Safawi  tidak menunjukkan grafik naik dan berkembang, tetapi justru  memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran. Raja  Safi Mirza (cucu Abbas I) juga menjadi penyebab kemunduran Safawi karena  dia seorang raja yang lemah dan sangat kejam terhadap pembesar-pembesar  kerajaan. Di lain sisi dia juga seorang pencemburu yang akhirnya  mengakibatkan mundurnya kemajuankemajuan yang telah diperoleh dalam  pemerintahan sebelumnya (Abbas I).
 Kota Qandahar lepas dari kekuasaan kerajaan Safawi, diduduki oleh  kerajaan Mughal yang ketika itu diperintah oleh Sultan Syah Jehan,  sementara Baghdad direbut oleh kerajaan Usmani. Abbas II adalah raja  yang suka minum-minuman keras sehingga ia jatuh sakit dan meninggal.  Sebagaimana Abbas II, Sulaiman juga seorang pemabuk. Ia bertindak kejam  terhadap para pembesar yang dicurigainya. Akibatnya rakyat bersikap masa  bodoh terhadap pemerintah. Ia diganti oleh Shah Husein yang alim. Ia  memberi kekuasaan yang besar kepada para ulama Syi'ah yang sering  memaksakan pendapatnya terhadap penganut aliran Sunni. Sikap ini  membangkitkan kemarahan golongan Sunni Afghanistan, sehinggamereka  berontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan Dinasti Safawi (Hamka,  1981:71).Pemberontakan bangsa Afghan tersebut terjadi pertama kali tahun  1709 M di bawah pimpinan Mir Vays yang berhasil merebut wilayah  Qandahar. Pemberontakan lainnya terjadi di Heart, suku Ardabil  Afghanistan berhasil menduduki Mashad. Mir Vays diganti oleh Mir Mahmud  dan ia dapat mempersatukan pasukannya dengan pasukan Ardabil, sehingga  ia mampu merebut negeri-negeri Afghan dari kekuasaan Safawi. Karena  desakan dan ancaman Mir Mahmud, Shah Husein akhirnya mengakui kekuasaan  Mir Mahmud dan mengangkatnya menjadi gebernur di Qandahar dengan gelar  Husei Quli Khan (budak Husein). Dengan pengakuai ini, Mir Mahmud makin  leluasa bergerak sehingga tahun 1721 M, ia merebut Kirman dan tak lama  kemudian ia menyerang Isfahan dan memaksa Shah Husein menyerah tanpa  syarat. Pada tanggal 12 Oktober 1722 M Shah Husein menyerah dan 25  Oktober Mir Mahmud memasuki kota Isfahan dengan penuh kemenangan (Holt,  1970:426).
 Salah seorang putera Husein, bernama Tahmasp II, mendapat dukungan penuh  dari suku Qazar dari Rusia, memproklamasikan dirinya sebagai raja yang  sah dan berkuasa atas Persia dengan pusat kekuasaannya di kota  Astarabad. Tahun 1726 M, Tahmasp II bekerjasama dengan Nadir Khan dari  suku Afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa Afghan yang menduduki  Isfahan. Asyraf, pengganti Mir Mahmud, yang berkuasa di Isfahan digempur  dan dikalahkan oleh pasukan Nadir Khan tahun 1729 M. Asyraf sendiri  terbunuh dalam peperangan itu. Dengan demikian Dinasti Safawi kembali  berkuasa. Namun, pada bulan Agustus 1732 M, Tahmasp II di pecat oleh  Nadir Khan dan di gantikan oleh Abbas III (anak Tahmasp II) yang ketika  itu masih sangat kecil. Empat tahun setelah itu, tepatnya tanggal 8  Maret 1736, Nadir Khan mengangkat dirinya sebagai raja menggantikan  Abbas III. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Dinasti Safawi di  Persia (Holt, 1970:428-429).
 Adapun sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi adalah:
 1. Adanya konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Berdirinya  kerajaan Safawi yang bermadzhab Syi'ah merupakan ancaman bagi kerajaan  Usmani, sehingga tidak pernah ada perdamaian antara dua kerajaan besar  ini.
 2. Terjadinya dekandensi moral yang melanda sebagian pemimpin kerajaaan  Safawi, yang juga ikut mempercepat proses kehancuran kerajaan ini. Raja  Sulaiman yang pecandu narkotik dan menyenangi kehidupan malam selama  tujuh tahun tidak pernah sekalipun ssmenyempatkan diri menangani  pemerintahan, begitu pula dengan sultan Husein.
 3. Pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I ternyata tidak  memiliki semangat perjuangan yang tinggi seperti semangat Qizilbash .  Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki ketahanan mental karena tidak  dipersiapkan secara terlatih dan tidak memiliki bekal rohani.  Kemerosotan aspek kemiliteran ini sangat besar pengaruhnya terhadap  lenyapnya ketahanan dan pertahanan kerajaan Safawi.
 4. Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.
 C. Pendidikan Pada Masa Pemerintahan Safawiyah
 Sepanjang sejarah Islam Persia di kenal sebagai bangsa yang telah  berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh  karena itu, sejumlah ilmuan yang selalu hadir di majlis istana yaitu  Baha al-Dina al-Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din  al-Syaerazi, filosof, dan Muhammad al-Baqir Ibn Muhammad Damad, filosof,  ahli sejarah, teolog dan seorang yang pernah pernah mengadakan  observasi tentang kehidupan lebah. 
 Selain itu ada juga Bahauddin al-’Amali bukan saja seorang ahli teolog  dan sufi, tapi ia juga ahli matematika, arsitek, ahli kimia yang  terkenal. Ia menghidupkan kembali studi matematika dan menulis naskah  tentang matematika dan astronomiuntuk menyimpulkan ahli-ahli  terdahulu.Ia ahli agama terhir dalam idlam yang juga ahli matematika  ternama. Dalam bidang ilmu pengetahuan , kerajaaan Safawi dapat  dikatakan lebih maju dibanding Mughal dan Usmani. 
 Berdasarkan data diatas maka ada beberapa fakta pendidikan pada saat itu, yaitu:
 1.Banyak kaum terpelajar pada saat itu.
 2. Pada masa syah Abas I, telah mengembangkan keilmuan dan pendidikan.  Seperti dibangunnya 162 Masjid dan 48 pusat pendidikan, dalam data versi  lain menyebutkan 162 masjid dan 446 sekolah.
 3. Pada saat itu juga lembaga pendidikan bukan hanya dibangun oleh para  kerabat kerajaan namun para hartawan ikut dalam membangun lembaga  pendidikan, seperti Zinat Begum mendirika madrasah Nim Advard  (1705).Izzat khanum mendirikan madrasah Mirza Husain (1687)      
 4. Pendidikan pada saat itu digunakan sebagai sarana pengembangan paham  syiah, oleh sebab itu para penguasa pada waktu itu mendatangkan para  pengajar dan buku-buku sertakurikulum yang mempropagandakan paham syiah  dari libanon dan daerah syiah lainnya.
  
 KESIMPULAN
 
 Kerajaan Safawiyah merupakan kerajaan Islam yang termasuk kerajaan besar  saat itu. Pada masa tersebut ilmu pengetahuan, seni, maupun politiknya  mengalami kemajuan. Hal ini didorong oleh suatu fakta bahwa orang-orang  Persia (mayoritas penduduk kerajaan Safawi adalah bangsa Persia) adalah  bangsa yang mencintai seni dan ilmu pengetahuan. Selain itu keberadaan  kerajaan Safawiyah yang berada di Persia juga mempengaruhi madzhab resmi  negara monarkhi tersebut. Kerajaan Safawiyah menganut madzhab syiah  sebagai madzhab resmi negara.
 Namun dapat disimpulkan bahwasanya praktek pendidikan dan intelektual  pada masa dinasti safawi secara keseluruhan diarahkan untuk memperkokoh  doktrin paham syiah, dan pada sisi lain penguatan birokrasi hingga  penggunaan kekerasan militeristis dijadikan alasan untuk memperkuat  keyakinan rakyat terhadap ajaran syiah.
 Pada dasarnya system dan praktik pendidikan pada masa disasti safawi in,  didominasi oleh tiga jenis pendidikan, pertama pendidikan  indoktrinatifsebagai kurikulum inti untuk menetapkan paham syiah. Kedua  pendidikan estetika dan penekananya pada seni karya yang diharapkan  mampu mendukung sector industry dan perdangan dinasti safawi. Dan ketiga  yaitu pendidikan militer dan menejemen pemerintahan, ditujukan untuk  memperkuat armada perang untuk keperluan pertahanan pemerintah dan  profesionalisme pengelolaan administrasi pemerintahan.
 
 
 DAFTAR PUSTAKA
 
 Hassan, Hassan Ibrahim.1989. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta.
 Syalabi, A. 1983. Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 2. Jakarta: Pustaka Alhusna.
 Suwito, Sejarah sosial Pendidikan Islam, Prenata Media, Jakarta : 2005
 Didin Saepudin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Uin Jakarta press, 2007
 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Rajawali Pers,1993.

 
izin copy..
BalasHapus