STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Senin, 18 Maret 2013

SKRIPSI_UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PELAJARAN AL-QURAN HADITS DENGAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS VIII MTS

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
   Proses Belajar Mengajar merupakan interaksi edukatif yang dilakukan oleh guru dan siswa di dalam situasi tertentu. Mengajar atau lebih khusus lagi melaksanakan proses belajar mengajar bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan dapat terjadi begitu saja tanpa direncanakan sebelumnya, akan tetapi mengajar itu merupakan sesuatu kegiatan yang semestinya direncanakan dan didisain sedemikian rupa mengikuti langkah-langkah dan prosedur tertentu.[1]
Dalam dunia proses belajar mengajar, yang disingkat menjadi PBM, sebuah ungkapan populer kita kenal dengan: ”metode jauh lebih penting dari materi”. Demikian pentingnya metode dalam proses pendidikan dan pengajaran, sebuah proses belajar mengajar (PBM) bisa dikatakan tidak berhasil bila dalam proses tersebut tidak menggunakan metode.[2] Dikatakan pentingnya metode dalam proses pendidikan dan pengajaran dikarenakan penetapan metode dalam perancangan  pembelajaran merupakan inti dari disain pembelajaran.[3]
Secara sederhana Metode diartikan jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Bila dihubungkan dengan pendidikan, metode mengajar diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran.[4] Metode pembelajaran, sebut saja misalnya: 1). Metode Ceramah, 2). Metode Tanya Jawab, 3). Metode Demonstrasi, 4). Diskusi dan seterusnya, meskipun banyak bukan berarti kita bisa menggunakannya secara serampangan. Metode pembelajaran yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi telah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan pembelajaran.[5]
Jarang sekali  terlihat guru merumuskan tujuan dengan hanya satu rumusan, tetapi pasti guru merumuskan lebih dari satu tujuan. Karenanya guru pun selalu menggunakan metode yang lebih dari satu. Pemakaian metode yang satu digunakan untuk mencapai tujuan yang satu, sementara penggunaan metode yang lain, juga digunakan untuk mencapai tujuan yang lain. Sebagai contoh, kombinasi metode ceramah, tanya jawab dan tugas, digunakan mengingat metode ceramah banyak kelemahannya maka penggunaannya harus didukung dengan alat dan media atau dengan metode lain. Oleh sebab itu setelah guru selesai memberikan ceramah, maka dipandang  perlu untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengadakan tanya jawab. Tanya jawab ini diperlukan untuk  mengetahui pemahaman peserta didik terhadap apa yang telah disampaikan oleh guru melalui metode ceramah. Untuk lebih memantapkan penguasaan peserta didik terhadap bahan/materi yang telah disampaikan, maka pada tahap selanjutnya peserta didik diberi tugas, misalnya membuat kesimpulan hasil ceramah, mengerjakan pekerjaan rumah, dan lain-lain.[6]
Setiap akan mengajar, guru perlu membuat persiapan pembelajaran. Mengenai perlu dan pentingnya perencanaan pembelajaran itu dipersiapkan dan direncanakan sedemikian rupa, ada baiknya diperhatikan petunjuk yang disampaikan Nasution seperti dikutip Syafruddin Nurdin dalam “Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum” Sebagai berikut:
“Agar bahan pelajaran dapat disajikan kepada siswa dalam jam pelajaran tertentu guru harus membuat persiapan pelajaran yang dilakukannya berdasarkan pedoman instruksional itu. Tiap pengajar harus membuat persiapan pelajaran dengan penuh tanggung jawab sebelum ia memasuki kelas”.[7]

 Lebih jauh menurut Nasution, yang dimaksud tiap pengajar adalah guru TK, SD, SMP dan SMA, tapi juga tiap dosen termasuk guru besar perguruan tinggi. Mengajar adalah tugas yang begitu kompleks dan maha sulit, sehingga tak dapat dilakukan dengan baik oleh siapapun tanpa persiapan, sekalipun ia telah berpengalaman bertahun-tahun.
Dalam persiapan itu telah terkandung tentang tujuan pembelajaran, materi, metode, bahan, media dan alat peraga serta teknik evaluasi yang digunakan. Karena itu setiap guru harus memahami benar tentang tujuan pembelajaran, secara khusus memilih dan menentukan metode pembelajaran yang sesuai, menentukan dan  menggunakan alat peraga, cara membuat tes dan menggunakannya, dan juga tentunya memiliki pengetahuan tentang alat- alat evaluasi.
Khususnya dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam, agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan guru dengan baik, maka guru dalam merancang, dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa metode pembelajaran, guru akan memulai membuka pelajaran dengan menyampaikan kata kunci, tujuan yang ingin di capai, baru memaparkan isi dan diakhiri dengan memberikan soal-soal kepada siswa.
Dengan tercapainya tujuan dan kualitas pembelajaran, maka dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam mengajar. Keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran tentu saja diketahui setelah diadakan  evaluasi dengan berbagai faktor yang sesuai dengan rumusan beberapa tujuan pembelajaran. Sejauh mana tingkat keberhasilan belajar mengajar, dapat dilihat dari daya serap peserta didik dan prosentase keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Jika hanya tujuhpuluh persen anak didik yang mengikuti proses pembelajaran mencapai taraf keberhasilan kurang (di bawah taraf minimal), maka proses pembelajaran berikutnya hendaklah ditinjau kembali.
Dari latar belakang tersebut, maka peneliti merasa terdorong untuk melihat pengaruh penerapan metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa dengan mengambil judul “UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PELAJARAN AL-QURAN HADITS DENGAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS VIII MTS MASDARUL ULUM OGAN ILIR”

B.    Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dikemukakan rumusan masalah “Apakah penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar Pada Mata Pelajaran Al-Quran Hadits di Kelas VIII MTs Masdarul Ulum Ogan Ilir?”.

C.    Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.      Untuk mengungkap pengaruh metode demonstrasi terhadap upaya peningkatan prestasi belajar siswa kelas VIII MTs MASDARUL ULUM Ogan Ilir Tahun Pembelajaran 2009/2010.
2.      Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang metode demonstrasi dalam meningkatkan mutu dan hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
3.      Guru-Guru Pendidikan Agama Islam perlu memanfaatkan teknik  metode demonstrasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, baik dalam hal kualitas proses maupun kualitas hasil.

D.   Kerangka Teori
1.      Defenisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah penciptaan kondisi dan situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang efisien dan efektif bagi peserta didik.[8]
               Menurut Syaiful Sagala seperti dikutip Ramayulius dalam Ilmu Pendidikan Islam, pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan azaz pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan, Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.[9]
Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.[10]
2.      Metode Demonstrasi
a.  Pengertian
Yang dimaksud dengan metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu kepada siswa.[11]
Istilah demonstrasi dalam pengajaran dipakai untuk menggambarkan suatu cara mengajar yang pada umumnya penjelasan verbal dengan suatu kerja fisik atau pengoperasian peralatan barang atau benda. Kerja fisik itu telah dilakukan atau peralatan itu telah dicoba lebih dahulu sebelum didemonstrasikan (guru, peserta didik atau orang luar) mempertunjukkan sambil menjelaskan tentang sesuatu yang didemonstrasikan.[12]
Berbeda dengan metode eksperimen, metode demonstrasi titik tekannya adalah memperagakan tentang jalannya suatu proses tertentu, sementara metode eksperimen adalah melakukan percobaan/praktik langsung atau dengan cara meneliti dan mengamati secara seksama. Perbedaan lainnya adalah metode demonstrasi dilakukan oleh guru terlebih dahulu, baru diikuti oleh siswa, sedangkan metode eksperimen dilakukan oleh guru dan siswa secara bersama-sama.[13]
Metode demonstrasi dapat digunakan penyampaian bahan pelajaran fiqih, misalnya bagaimana cara berwudlu’ yang benar, bagaimana cara shalat yang benar, dan lain-lain. Sebab kata demonstrasi diambil dari “demonstration” (to show) yang artinya memperagakan atau memperlihatkan proses kelangsungan sesuatu.
b.  Cara Pembelajaran
     1).  Perencanaan
           Hal yang dilakukan adalah:
a). Merumuskan tujuan yang jelas baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang diharapkan dapat tercapai setelah metode demonstrasi berakhir. 1). Mempertimbangkan apakah metode itu wajar dipergunakan dan merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. 2). Apakah alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa diperoleh dengan mudah dan apakah alat-alat itu sudah dicoba terlebih dahulu agar sewaktu melakukan demonstrasi tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. 3). Apakah jumlah siswa memungkinkan untuk mengadakan demonstrasi yang lebih baik.
b). Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan. Dan sebaiknya sebelum melakukan metode demonstrasi hendaknya melakukan percobaan terlebih dahulu agar sesuatu yang tidak diinginkan tidak akan terjadi di saat demonstrasi berlangsung.
c). Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan.
d). Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik.
2). Pelaksanaan
                    Hal-hal yang mesti dilakukan adalah:
a).  Memeriksa hal-hal tersebut di atas untuk kesekian kalinya.
b).  Memulai demonstrasi dengan menarik perhatian siswa.
c). Mengingat pokok-pokok materi yang akan didemonstrasikan agar demonstrasi mencapai sasaran.
d). Menghindari ketegangan, oleh karena itu guru hendaknya selalu menciptakan suasana yang harmonis.
e). Memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif memikirkan lebih lanjut tentang apa yang dilihat dan didengarkannya dalam bentuk mengajukan pertanyaan, membandingkannya dengan yang lain, dan mencoba melakukannya sendiri dengan bantuan guru.
3).  Evaluasi
Sebagai tindak lanjut setelah diadakannya demonstrasi sering diiringi dengan kegiatan-kegiatan belajar selanjutnya. Kegiatan ini dapat berupa pembberian tugas, seperti membuat laporan, menjawab pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut, apakah di sekolah ataukah di rumah. Selain itu, guru dan siswa mengadakan evaluasi terhadap demonstrasi yang dilakukan; apakah berjalan efektif sesuai dengan tujuan yang diharapkan, ataukah ada kelemahan-kelemahan tertentu beserta faktor penyebanya.  Evaluasi dapat dilakukan pada semua aspek yang terlibat dalam demonstrasi tersebut, baik yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan, maupun tindak lanjutnya.[14]
3   Kriteria dalam Metode Demonstrasi
a.       Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alat itu terlalu kecil atau penjelasan-penjelasan tidak jelas.
b.      Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadikan aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga.
c.       Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas. Misalnya alat-alat yang terlalu besar atau yang berada di tempat lain yang jauh dari kelas.
d.      Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis.
e.       Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang akan didemonstrasikan.
f.        Kelemahan metode demonstrasi seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya hendaknya dicarikan jalan keluar berupa persiapan dan perencanaan yang matang.

B.    Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah
1.  Materi
Pendidikan Agama Islam adalah Usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan kesatuan nasional.[15]
Mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadits merupakan unsur mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada madrasah yang memberikan pendidikan kepada peserta didik untuk memahami dan mencintai Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber ajaran Islam dan mengamalkan isi kandungannya dalam kehidupan sehari- hari.[16]
2.  Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
a. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Semester Genap Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah.
Tabel 1
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Semester Genap Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah.

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar
 
 Membaca Al-Qur’an surah pendek pilihan

Menerapkan hukum bacaan lam dan ra dalam Q.S. Al-Humazah dan At-Takatsur.


b. Materi Pokok dan Pokok Bahasan.
Tabel 2
Materi Pokok dan Pokok Bahasan Semester Genap Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah.

Al-Qur’an surah pendek pilihan
1.1. Bacaan lam dan ra dalam surah Al-Humazah
1.2. Bacaan lam dan ra dalam surah At-Takatsur

3.   Hasil Belajar
Istilah prestasi belajar mempunyai hubungan yang erat kaitannya dengan hasil belajar. Sesungguhnya sangat sulit membedakan pengertian hasil belajar dengan prestasi belajar. Ada yang berpendapat pengertian hasil belajar dianggap sama dengan pengertian prestasi belajar. Akan tetapi lebih dahulu kita simak pendapat yang mengatakan bahwa hasil belajar berbeda berbeda secara prinsipil dengan prestasi belajar menunjukan kualitas jangka waktu yang lebih panjang, misalnya satu semester dan sebagainya. Sedangkan prestasi belajar menunjukan kualitas yang lebih pendek, misalnya satu pokok bahasan, satu kali ulangan harian dan sebagainya.[17]


E.   Kajian Pustaka
Kajian pustaka yang dimaksudkan di sini adalah mengkaji atau  memeriksa daftar perpustakaan untuk mengetahui apakah permasalahan yang akan diteliti sudah diteliti atau dibahas oleh mahasiswa terdahulu. Setelah dilakukan pemeriksaan pada daftar perpustakaan ternyata sudah ada yang membahas hal yang senada dengan yang akan peneliti angkat, namun permasalahan berbeda yang akan peneliti teliti. Melalui pemeriksaan di perpustakaan fakultas tarbiyah, maka peneliti akan mengkaji terlebih dahulu skripsi yang ada hubungannya dengan judul yang akan peneliti angkat adalah sebagai berikut :
                        1.            Linda Kustiana Dewi dalam skripsinya pada tahun 1995 yang berjudul “Studi Perbandingan Metode Ceramah dan Demonstrasi dalam Pengajaran PAI di SMP 1 Yayasan Sultan Mahmud Badarudin II (YSMB)”, yang membahas tentang perbedaan daya serap siswa yang diajarkan dengan metode ceramah dengan sub pokok bahasan daya serap belajar siswa pada Pendidikan Agama Islan (PAI).[18]
                        2.            Djumiati dalam skripsinya pada tahun 1999 yang berjudul “Penerapan Metode Pengajaran dalam meningkatkan Prestasi Belajar Agama Islam di SLTP Nurul Amal Palembang”, membahas penerapan metode pengajaran dalam meningkatkan prestasi belajar Agama Islam dengan sub pokok bahasan pengaruh penerapan metode pengajaran terhadap prestasi siswa pada bidang studi  Pendidikan Agama Islam (PAI).[19]
                        3.            Siti Nurhayati dalam skripsinya pada tahun 2000 yang berjudul “Aplikasi Metode Pengajaran dan Pengaruhnya Terhadap Keberhasilan Kegiatan Belajar Al-Quran dan Hadits Bagi Siswa MTs Negeri Palembang”, membahas tentang keberhasilan kegiatan belajar mata pelajaran Al-Quran Hadits bagi siswa MTs dengan sub pokok bahasan Aplikasi Metode Pengajaran Dan Pengaruhnya Terhadap Kegiatan Belajar Mata Pelajaran  Al-Quran Hadits.[20]
                                                              
F.     Metodologi  Penelitian
1.      Subjek Penelitian
Lokasi, Waktu dan Subyek Penelitian
a.             Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di kelas VIII MTs MASDARUL ULUM Tahun Pembelajaran 2009/2010.
b.      Waktu Penelitian
Waktu peneltian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret s/d April semester genap Tahun Pembelajaran 2009/2010.
c.      Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas VIII MTs MASDARUL ULUM sebanyak duapuluh satu (21) orang, yang keseluruhan siswanya adalah perempuan, Tahun Pembelajaran 2009/2010.
2.      Deskripsi per siklus
Peneltitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di kelas dan meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesinya.[21]
Sesuai dengan jenis  penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Teggart, yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), Observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Adapun siklus dalam penelitian ini sebagai berikut :
a) Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
b)      Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model gabungan ceramah dan simulasi.
c)      Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
d)      Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

G.    Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
Bab I            :  Pendahuluan, yang berisikan tentang latar belakang  masalah, rumusan   masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, hipotesis, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II            :   Landasan teori yang berisikan tentang pengertian hasil  belajar, metode demonstrasi, dan materi pelajaran Al-Quran Hadits kelas VIII MTs Masdarul Ulum Ogan Ilir.
Bab III        :  Setting  wilayah penelitian yang berisi tentang letak geografis dan sejarah berdiri MTs Masdarul Ulum Ogan Ilir, sarana dan prasarana, struktur organisasi, keadaan guru, dan keadaan siswa.
Bab IV             :  Hasil penelitian dan pembahasan.
Bab V              :  Penutup, yaitu berisi kesimpulan dan saran.


[1] Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. Ke-1, hlm. 85.

[2] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:  Ciputat Pers, 2002), hlm. 109.

[3] Hamzah B. Uno, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 3

[4] Ramayulius, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), Cet. Ke-5, hlm. 2-3.

[5]  Hamzah B. Uno, Op.Cit., hlm. 6

[6] Ramayulius, Op. Cit., hlm. 16

[7] Syafruddin Nurdin,, Loc. Cit., hlm. 85 

[8]St. Vembriarto, Kamus Pendidikan, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1994), Cet. Ke-1, hlm. 45.

[9] Ramayulius, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm. 239

[10] Susi Pelita, “Penerapan Gabungan Metode Ceramah Dengan Metode Simulasi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah Siswa Kelas VII MTs Paradigma Palembang”, QUANTUM, IV, 3 (September-Desember, 2009), hlm. 146

[11] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 190

[12] Ramayulius, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm. 281

[13] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Loc. cit .

[14] Armai Arief., Ibid., hlm. 194

[15]Akmal Hawi, Kompetensi Guru PAI, (Palembang: P3RF, 2008), Cet. Ke-7, hlm. 48-49.

[16]Ibid., hlm. 145.

[17]Susi Pelita, “Penerapan Gabungan Metode Ceramah dengan Metode Simulasi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah Siswa Kelas VII MTs Paradigma Palembang”, QUANTUM, IV, 3 (September-Desember, 2009), hlm. 155.

[18]Linda Kustiana Dewi, “Studi Perbandingan Metode Ceramah dan Demonstrasi dalam Pengajaran PAI di SMP 1 Yayasan Sultan Mahmud Badarudin II (YSMB)”, (Palembang: Perpustakaan FT. IAIN  Raden Fatah, 1995).

[19]Djumiati, “Penerapan Metode Pengajaran dalam meningkatkan Prestasi Belajar Agama Islam di SLTP Nurul Amal Palembang”, (Palembang: Perpustakaan FT. IAIN Raden Fatah, 1999), t.d.

[20]Siti Nurhayati,  Aplikasi Metode Pengajaran dan Pengaruhnya Terhadap Keberhasilan Kegiatan Belajar Al-Quran dan Hadits Bagi Siswa MTs Negeri Palembang”, (Palembang: Perpustakaan FT. IAIN Raden Fatah, ), t.d.

[21]Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2009), hlm. 45.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar