STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Jumat, 15 Juli 2011

Fisika dan Kepemimpinan: Sebuah Analisis Esakta

Ag00332_A. Latar Belakang
Fisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam yang merupakan ayat-ayat Qauniyah dari Sang Pencipta alam semesta ini. Segala sesuatu yang terjadi di alam ini tidak lepas dari hukum-hukum fisika. Dalam fisika dipelajari apa yang menyebabkan segala sesuatu di alam terlihat sangat teratur. Misalnya, kita belajar apa yang menyebabkan planet-planet dapat mengorbit matahari secara teratur atau apa yang membuat elektron-elektron mengorbit inti atom. Dari kesemuanya ini menggambarkan tentang Kebesaran dan Keagungan-Nya. Subbahanallah.
Beberapa ratus tahun terakhir ini, para fisikawan telah banyak berhasil mengungkapkan aturan-aturan yang menakjubkan dari alam semesta ini. Aturan-aturan ini dinyatakan dalam bentuk hukum-hukum fisika. Seperti halnya, planet-planet yang mengorbit matahari secara teratur ternyata diatur oleh hukum yang sangat sederhana yaitu hukum gravitasi Newton.

Pada tulisan ini, penulis memaparkan kajian yang memperlihatkan hubungan antara ilmu sains dengan sosial. Sebenarnya, ada benang merah yang dapat kita tarik dari kedua cabang ilmu ini, yaitu bahwa perilaku manusia sebagai makhluk sosial ternyata dipengaruhi oleh alam atau sebaliknya. Jadi antara ilmu sains dan sosial bukanlah dua hal yang terpisah tapi sesungguhnya saling berhubungan. Disini, penulis hanya sekedar memaparkan kembali apa yang telah ditulis oleh fisikawan Indonesia yaitu Prof. Yohanes Surya, Ph.D, yang mana beliau telah banyak melatih putra-putri Indonesia sehingga bangsa Indonesia telah sering memperoleh medali emas pada ajang-ajang olimpiyade fisika internasional, yaitu tentang fisika dan kepemimpinan. Pada tulisan ini dijelaskan apakah hukum-hukum fisika yang mengatur gerak alam semesta ini dapat juga digunakan untuk mengatur orang, organisasi, perusahaan, daerah ataupun negara?. Apakah dari hukum fisika dapat diambil manfaatnya dalam kepemimpinan?. Disini akan diuraikan empat fenomena fisika dan hubungan masing-masingnya dengan kepemimpinan, yaitu fenomena Newton, Fenomena Einstein, Fenomena Kuantum dan fenomena mestakung.
B. Pembahasan
Dalam kehidupan kita sehari-hari begitu banyak fenomena alam yang terjadi yang kesemuanya adalah sunnatullah. Disini akan dibahas empat fenemona fisika yaitu :
  1. Fenomena gerak benda dan penyebabnya atau fenomena Newton
  2. Fenomena relativistik atau fenomena Einstein
  3. Fenomena kuantum
  4. Fenomena pengaturan diri atau fenomena mestakung.
Tiap fenomena ini terjadi pada situasi dan kondisi tertentu yang unik, sangat menarik untuk dipelajari dan dilihat bagaimana hukum-hukum fisika bekerja pada tiap-tiap fenomena.
Fenomena Newton
Newton merupakan salah satu ilmuwan besar fisika yang menemukan hukum gravitasi yang menjelaskan kenapa benda jatuhnya ke bawah dan bagaimana planet-planet dapat mengorbit matahari secar teratur. Disini penulis tidak membahas lebih lanjut tentang hukum gravitasi Newton yang merupakan hukum keempat dari hukum Newton, tapi membahas tiga hukum lainnya yang ketiganya membahas tentang gerak.
Ketiga hukum tentang gerak ini diperkenalkan Newton pada abad 17-18 M. Hukum pertama membahas tentang sifat kelembaman atau sifat mempertahankan diri atau keaadan. Dimana benda yang sedang diam akan cenderung untuk tetap diam jika tidak ada yang mengganggunya. Atau benda yang sedang bergerak lurus beraturan akan tetap bergerak lurus beraturan. Hukum kedua menyatakan bahwa benda yang mendapat gaya akan bergerak dipercepat. Makin besar gaya makin besar pula pecepatannya. Sedangkan hukum yang ketiga adalah bahwa ketika benda mendapat gaya (aksi) benda akan memberikan gaya reaksi yang besarnya sama dengan gaya aksi tersebut. Ketiga hukum ini bekerja dengan baik pada suatu sistem inersial (sistem yang tenang) dan tidak pada sistem yang chaos (kacau).
Hukum Newton ini menurut analisis Prof. Yohanes Surya, Ph.D dapat diterapkan untuk pola kepemimpinan pada kondisi organisasi (perusahaan, daerah, atau negara) yang tenang atau dibuat tenang. Dalam kondisi tenang ini, orang cenderung untuk statis. Mereka maunya diam saja (Hukum I Newton). Dalam kondisi ini, tipe kepemimpinan yang dibutuhkan adalah pemimpin yang mempunyai visi yang jelas dan terukur serta mempunyai daya dobrak. Visi dapat menjadi suatu faktor pendorong untuk mempercepat kemajuan organisasi ini. Dengan daya dobrak yang dimiliki, pemimpin ini akan mampu menghadapi kelembaman (kestatisan) dari orang-orang yang dipimpinnya dan mampu memberikan stimulir-stimulir untuk orang di organisasi tersebut untuk bergerak. Selanjutnya, pemimpin jenis ini membutuhkan sumber daya (resouces) baik berupa SDM (sumber daya manusia) ataupun SDA (sumber daya alam) yang kuat agar ia mempunyai energi yang cukup untuk terus memberikan gaya penggerak.
Contoh tipe kepemimpinan model ini adalah Indonesia pada masa orde baru. Awalnya Suharto berusaha membuat negara tenang secara militer. Kemudian ia memperkenalkan visi yang terukur dalam bentuk Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun). Suharto terus memberikan stimulir-stimulir hingga roda perekonomian terus bergerak dan makin lama makin cepat. Keberhasilan Suharto karena ia juga ditopang oleh SDA Indonesia yang luar biasa.
Hal esensial lain dalam kepemimpinan model Newton ini adalah diperlukannya sifat otoriter dan tegas dari sang pemimpin. Pemimpin harus tegas untuk menjamin organisasi yang dipimpinnya tetap tenang dan aman. Tidak boleh ada oposisi. Mereka yang berusaha menimbulkan goncangan harus segera diredam.
Fenomena Einstein
Pada abad kedua puluh, Einstein memperkenalkan teori relativitasnya.  Berdasarkan teori ini, semua bersifat relatif ( bergantung pada siapa yang mengamati). Seseorang bisa menganggap gerak suatu pesawat cepat, tapi orang lain bisa menganggap gerak pesawat itu lambat, bahkan ada yang menganggap pesawat itu berhenti. Sebagai contoh, ketika kita berada dalam kereta api yang bergerak, kita melihat seolah-olah pohon-pohon yang terletak di luar lah yang bergerak. Padahal orang yang berdiri dekat pohon itu melihat pohon tidak bergerak. Disini gerak pohon sangat bergantung pada siapa yang mengamati.
Pada gerak relativistik ini, mereka yang bergerak paling cepatlah yang paling menonjol. Kondisi relatif ini terjadi pada masyarakat demokrasi dimana setiap orang merasa dirinya paling benar. Tidak ada kebenaran yang mutlak. Dalam suatu organisasi atau perusahaan, kondisi relatif ini terjadi ketika setiap orang dalam organisasi atau perusaahaan ini merasa dialah yang paling berjasa, paling benar dan paling berhak memimpin. Kondisi ini menyebabkan banyak munculnya pihak oposisi. Oposisi akan selalu menganggap dirinya lebih benar dari lawannya. Mereka berusaha mencari-cari kesalahan lawan dan menghantamnya.
Amerika adalah contoh keadaan yang mempunyai kondisi relatif. Kita lihat pada pemilihan presiden, yang diutamakan dalam kampanye adalah adu visi. Setiap kandidat mempersiapkan visi masing-masing dan mereka menganggap visinyalah yang paling benar. Pemimpin yang dibutuhkan dan bisa bertahan dalam kondisi ini adalah pemimpin yang mempunyai keunggulan-keunggulan dalam visi, mempunyai integritas tinggi dalam menjalankan visi itu dan mau bekerja keras serta bergerak cepat dalam merealisasikan program-program yang mendukung visi yang unggul tersebut.
Fenomena Kuantum
Fisika kuantum berkembang secara luar biasa pada abad ke 20. Perkembangan teknologi yang kita rasakan saat ini karena berkembangnya fisika kuantum. Teori kuantum sebenarnya sudah muncul sejak pasca Perang Dunia II, digagas oleh fisikawan John A. Wheeler. Kalau kita bicara tentang teori kuantum, harus kita pahami bahwa alam semesta (maksudnya alam partikel) bersifat fluktuatif, tidak ada yang pasti, karena dikontrol oleh asas ketidakpastian, yang dikenal dengan asas ketidakpastian Heisenberg. Heisenberg merumuskan sebuah teori yang membawa dampak filosofis dan fundamental dalam dunia sains yaitu prinsip ketidakpastian. Kita tidak mungkin bisa memastikan dimana elektron berada karena kita tidak seluruhnya tahu masa kini. Apabila kita bisa mencari informasi keberadaan (posisi) elektron dengan sangat teliti, maka kita akan kehilangan kepastian mengenai momentumnya, yang artinya sulit menentukan dimana elektron itu berada pada waktu berikutnya. Sebaliknya, jika kita mengukur momentumnya dengan sangat teliti, maka kita akan kehilangan kepastian mengenai keberadaan elektron. Prinsip ini bukan merupakan akibat dari keterbatasan ketelitian instrumen manusia, akan tetapi merupakan sifat yang inheren (melekat) di dunia subatomik. Prinsip ketidakpastian Heisenberg menunjukkan bahwa penyusun dari semua benda di alam bersifat takpasti. Meskipun dapat ditentukan akan tetapi tidak pernah dengan ketelitian 100%. Dari peristiwa ini, para fisikawan menyimpulkan bahwa tidak ada yang pasti di alam ini. Segala sesuatu mempunyai peluang. Bahkan untuk suatu hal yang mustahil pun mempunyai peluang untuk terjadi.
Fenomena kuantum ini cocok untuk mereka yang berada pada suasana ketidakpastian tinggi. Misalnya pada perusahaan-perusahaan yang sedang dalam keadan kalut akibat perubahan suatu sistem. Rusia ketika berubah dari negara komunis menjadi negara yang lebih demokratik, mengalami masa-masa ketidakpastian yang sangat tinggi. Setiap orang berusaha mencari keuntungannya sendiri. Dalam kondisi ini diperlukan kepemimpinan yang kuat, berani mengambil resiko, berspekulasi tapi dengan perhitungan yang cermt dan mampu bertindak tegas. Dengan kepemimpinan seperti ini, Putin mampu mengembalikan Rusia menjadi negara yang dihormati lagi dengan perekonomian yang lebih stabil.
Fenomena Mestakung
Teori Mestakung (Semesta Mendukung) yang digagas oleh Prof. Yohanes Suya, Ph.D, menyatakan bahwa ketika suatu sistem dalam keadaan kritis maka akan muncul fenomena pengaturan diri sehingga sistem tersebut bisa keluar dari kondisi kritis tersebut. Misalnya, ketika pasir dituangkan di atas lantai akan membentuk suatu bukit yang makain lama makin tinggi. Tapi terjadi keanehan ketika pasir mencapai ketinggian kritis, pasir akan mengatur diri,memperpertahankan kemiringan bukit agar tetap sama. Fenomena ini bisa juga kita lihat pada orang yang dikejar anjing. Saat orang tersebut dalam kondisi kritis, sel-sel tubuh orang tersebut akan mengatur diri, memberikan energi lebih sehingga orang yang semula hanya bisa melompat 1 meter akan dapat melompat lebih tinggi dari itu.
Mestakung terjadi hanya ketika kondisi kritis. Untuk membuat hukum ini bekerja kita harus membuat kondisi kritis. Setelah itu kita harus melangkah dengan tekun sehingga akan muncul mestakung yang menciptakan pelipatgandaan hasil, yang tidak mungkin akan menjadi sesuatu yang mungkin, yang mustahil menjadi kenyataan dan terjadinya hal-hal yang luar biasa. Fenomena ini cocok untuk organisasi yang berada dalam kondisi kritis atau yang dibuat kritis seperti perusahaan yang ingin erkembang cepat ataupun negara yang ingin menjadi negara superpower. Pemimpin yang dibuthkan dalam situasi ini adalah pemimpin yang mempunyai ambisi besar, mau bekerja keras dan tekun (tidak berhenti sebelum tujuan tercapai). Pemimpin ini harus punya ekstra energi dan didukung oleh rekan-rekan yang juga mempunyai ambisi yang sama. Dalam tim yang dibentuk harus muncul kesadaran bahwa mereka tidak berhenti sebelum tujuannya tercapai.
C. PENUTUP
Pada abad 21 ini, faktor globalisasi membuat masyarakat menjadi lebih kompleks. Orang yang dipimpin akan lebih beragam, sehingga kepemimpinan pada abad ini diharapkan merupakan kombinasi dari empat kepemimpinan diatas. Pemimpin diharapkan mampu mendeteksi situasi dan mampu merubah gaya kepemimpinannya agar sesuai dengan situasi yang dihadapi Ketika organisasi lesu, pemimpin harus menggunakan kepemimpinan Newton yang otoriter untuk membuat semua orang bangun. Kepemimpinan otoriter ini perlu ditambah dengan kepemimpinan mestakung agar setiap orang yang dipimpinnya merasa kritis sehingga mereka lebih termotivasi untuk maju. Dan tentu kepemimpinan Einstein yang lebih demokratis juga diperlukan untuk memperhatikan setiap input yang masuk. Dan ingat bahwa dalam abad ke 21 tidak ada yang pasti, semua penuh ketidakpastian.
Bercermin pada uswatun hasanah kita yaitu Rasullah SAW, beliau merupakan contoh teladan pemimpin yang baik yang menurut penulis mampu menerapkan keempat fenomena diatas, yang pengaruhnya tetap abadi hingga sekarang, tidak lapuk dimakan zaman tidak lekang dimakan usia. Beliau memimpin dirinya sendiri sebelum memimpin orang lain. Rasulullah memimpin penglihatannya, tutur katanya, nafsunya, keinginannya, dan memimpin keluarganya dengan cara terbaik sehingga Beliau mampu memimpin umat dengan cara dan hasil yang terbaik pula. Dan beliau adalah orang yang bisa membaca alam, lingkungan dan situasi dari orang-orang yang dipimpinnya. Semoga para pemimpin di negeri kita nantinya adalah pemimpin yang dapat mencontoh Rasul kita, Nabi Muhammad SAW. Dan oleh karena itu, mari kita gunakan hak pilih kita pada ajang pesta rakyat di negeri ini, 9 April 2009 dengan tepat. Wallahu’alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar