STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Kamis, 26 Mei 2011

Manusia dan pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sudahkah anda mempunyai tujuan yang jelas di dalam kehidupan anda? Pertanyaan ini tentunya dapat dijawab berbeda-beda oleh masing-masing kita. Anda masing-masing akan menemukan jawabannya setalah anda menggeluti dan juga merenungi kehidupan ini. Apakah hidup itu? Hidup adalah suatu pertumbuhan, baik secaar fisis-jasmaniah maupun secara psikis-rohaniah. Hidup itu sendiri penuh dengan tantangan dan bahkan juga rintangan. Tantangan harus dihadapi, sedangkan rintangan harus diatasi agar kehidupan kita mengarah kepada kondisi yang lebih baik.
Bagaimanakah kehidupan anda? Apakah kehidupan yang seperti anda alalmi sekarang akan anda pertahankan, ataukah anda ingin memajukannya untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih maju dan lebih sukses?seandainya anda ingin mencapai kemajuan dan keberasilan dalam hidup, sudahkah anda mengenali fakta tentang kehidupan pribadi anda, kehidupan keluarga anda, dan kehidupan masyarakat anda? Seandainya anda sudah mengenalinya, hal-hal apakah yang seharusnya anda miliki dan anda perbuat untuk mencapai kehidupan yang maju dan berhasil?
Makalah ini dapat membantu anda di dalam menghadapi kenyataan hidup yang penuh dengan masalah dan sekaligus memberikan sedikit petunjuk untuk mengatasi berbagai permasalahan hidup itu sehingga anda mencapai kehidupan yang lebih maju dan lebih berhasil. Untuk mencapai kemajuan hidup, manusia harus belajar,dan agar kehidupan manusia mencapai keberhasilan, seorang harus bekerja dan berkreasi.
Hal bekerja dan berkreasi seseorang perlu ditunjang dengan pendidikan dan ekonomi yang mantap. Antara pendidikan dan ekonomi terdapat kaitan yang erat, dan bahwa keduanya tak dapat dipisahkan karena keduanya saling memajukan dan saling mendukung. Buku ini berusaha membuka tabir rahasia interlasi daripada dunia pendidikan dan dunia ekonomi bagi masyarakat bangsa kita, dan disamping itu makalah ini berusaha untuk mengangkat martabat dan kehidupan bangsa ke taraf yang lebih tinggi, lebih maju dan sejahtera.
Dalalm makalah ini diuraikan tentang pendidikan dan pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia baik bagi individu, keluarga, das masyarakat. Tidak dapat disangkal lagi. Bahwa pada saat ini banyak orang yang ingin hidup maju dan berhasil dengan menumpukkan sepenuhnya harapan mereka pada sekolah-sekolah, baik dikalangan orang tua maupun dikalangan generasi muda mempunyai harapan yang besar agar melalui sekolah akan diperoleh nasib yang baik. Agar dengan belajar di sekolah-sekolah yang tingkatannya lebih tinggi meraka akan mencapai kemajuan dan kesuksesan dalam hidup.
Akhirnya kami berharap semuga makalah ini dapat memberikan sedikit sumbangan bagi pribadi-pribadi, keluarga-keluarga, sekolah-sekolah, masyarakat dan negara kita dalam rangka mewujudkan kehidupan bangsa yang lebih maju dan sejahtera.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia
Apakah manusia itu?apakah beda antara manusia dan binatang? Hal-hal apakah secara hakiki yang menggerakkan manusia sebagaimana adanya. Pertanyaan tersebut perlu dicari jawabannya dalam rangka mengetahui hakikat manusia.
Terdapat pandangan perbedaan tentang manusia, antara lain pandangan psikoanalitik tradisional (dalam hansen,stevic dan warner, 1977) bahwa manusia pada dasarnya digerakkan oleh dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif. Tingkah laku individu ditentukan dan dikontrol oleh kekuatan psikologis yang sejak semula sudah ada pada diri individu itu.
Freud mengemukakan bahwa struktur kepribadian individu terdiri dari tiga komponen yaitu yang disebut id,ego, dan super ego. Id mendasari berbagai insting manusia yang mendasari perkembangannya. Dua insting yang paling penting ialah insting seksual dan insting agresi. Insting-insting ini menggerakkan manusia untuk hidup dalam dunianya dengan prinsip pemuasan diri. Kaum neo-analis mengakui adanya komponen id, ego, dan super ego,namun lebih menekankan pentingnya ego sebagai pusat kepribadian. Ego tidak dipandang sebagai pungsi pengarah perwujudan id saja, melainkan sebagai fungsi pokok yang bersifat rasional dan bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan individu.
Selanjutnya pandangan humanis (Rogersl, 1961) bahwa pribadi individu merupakan proses yang terus berjalan, suatu kekuatan yang tidak statis. Artinya individu merupakan satu kesatuan potensi yang terus berubah. Manusia pada hakikatnya dalam proses menjadi-on becoming- tidak pernah selesai, tidak pernah wa manusia tidak semata-semata digerakkan oleh dorongan memuaskan dirinya sendiri, namun sebaliknya, manusia digerakkan dalam hidupnya sebagian oleh tanggung jawag sosial dan sebagian oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu.selanjutnya Adler menytakan bahwa individu melibatkan dirinya dalam usaha meujudkan diri sendiri dalam membantu orang lain, dan dalam membuat dunia ini menjadi lebih baik untuk ditempati.
Pandangan lain datang dari kaum behavioristik (dalam hansen 1977) pada dasarnya menganggap bahwa manusia sepenuhnya adalah mahluk reaktif yang perilakunya dikontrol oleh faktor-faktor yang datang dari luar. Disini lingkungan menjadi faktor penentu tunggal terhadap tingkah laku manusia. Dengan kata lain kepribadian manusia dapat dikembalikan semata-semata kepada hubungan antara individu dengan lingkungannya, hubungan itu diatur oleh hukum-hukum belajar seperti pembiasaan (conditioning). Masih kaum behavior yang skiner (1976)menyatakan bahwa kemampuan memilih, menetapkan tujuan, terwujud sebagai tingkah laku yang perkembangannya dapat didekati dan dianalisis secara ilmiah. Karena itu ada yang mengatakan bahwa pendekatan behavioristik merupakan pendekatan ilmiah. Semua ciri yang dimiliki manusia harus dapat didekati dan dianalisis secara ilmiah.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia, adalah:
a) Pada dasarnya memiliki tenaga dalam yang menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan.
b) Terdapat fungsi yang rasional, bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
c) Mampu mengarahkan diri ketujuan yang positif, mampu mengatur, mengontrol diri, dan menentukan nasipnya,
d) Pada hakikatnya dalam proses berkembang dan tidak pernah selesai,
e) Melibatkan diri untuk kepentingan dirinya, dan orang lain,
f) Mempunyai potensi yang perwujudannya sering takterduga, dan potensi itu terbatas.
Dengan mengenali berbagai macam ragam variabel yang mempengaruhi perilaku manusia, baik yang bersumber dari variabel individu, variabel lingkungan atau organisasional, menghasilkan perilaku yang berbeda. Hal ini membawa implikasi terhadap praktek manajerial yang efektif untuk mengakui perbedaan perilaku individu diakui, dan mungkin dipertimbangkan ketika melakukan pekerjaan atau tugas. Didalam teori pemuasan kebutuhan, dikaji tentang faktor-faktor yang ada di dalam diri individu yang menyebabkan mereka melakukan tindakan tertentu. Kebutuhan yang mereka ingin penuhi. Semua itu hendaknya dipahami oleh setiap pemimpin.

B. Faktor-faktor pendidikan
1. Definisi pendidikan
Walaupun telah sama-sama mengarah pada satu tujuan tertentu,para ahli masih belum seragam dalam mendifinisikan istilah pendidikan. Driyarkara (1980) mengatakan bahwa pendidikan adalah memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia muda ketaraf mendidik. Dalam dictionary of education dinyatakan bahwa pendidikan adalah:
a) Proses seorang mengembangkan kemampuan, sikap dan tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat mereka hidup,
b) Proses sosial yang terjadi pada orang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah ), sehingga mereka dapat memperoleh perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum. Dengan kata lain pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan atas individu untuk individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang sifatnya permanen dalam tingkah laku,fikiran, dan sikapnya. Pengertian lain dikemukakan oleh crow and crow(1960) modern educational theory and practise not onli are aimed at preparation for future living but also operative in diterminig the patern of present, day by day attitude and behavior. Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai sarana untuk persiapan hidup yang akan datang, tetapi juga untuk kehidupan sekarang yang dialami individu dalam perkembangannya menuju ketingkat kedewasaan.berdasarkan pengertian tersebut dapat diidentifikasikan beberapa ciri pendidikan, antara lain,yaitu:
a. pendidikan mengandung tujuan, yaitu kemampuan untuk berkembang sehingga bermamfaat untuk kepentingan hidup.
b. Untuk mencapai tujuan itu, pendidikan melakukan usaha yang terencana dalam memilih isi(matri),strategi, dan teknik penilaiannya yang sesuai.
c. Kegiatan pendidikan dilakukan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat(formal dan non formal).
Apabila dikaitkan dengan keberadaan dan hakikat manusia, kemanakah pendidikan itu diarahkan? Jawabannya untuk pembentuk kepribadian manusia, yaitu mengembangkan manusia sebagai mahluk individu, mahluk sosial, dan mahluk beragama(religius)

2. tujuan pendidikan
Setiap usaha perubahan dan pembaruan pendidikan baru akan mencapai tujuan, apabila tujuan itu sendiri dimengerti dengan jelas oleh para pemikir dan pelaksana pendidikan. Banyak usaha pembaruan yang menjadi bias dan mengakibatkan kebincangan-kebincangan dalam penyelenggaraan pendidikan adalah bukan semata-semata disebabkan oleh faktor biaya, sarana metode, kompetensi ataupun materi pendidikan saja, akan tetapi disebabkan oleh faktor tujuan pendidikan yang kurang relevan dengan kebutuhan anak dan masyarakat. Meskipun tujuan pendidikan sendiri sebetulnya sudah relevan dengan kebutuhan anak dan masyarakat, masih ada kemungkinan terjadi kepincangan pendidikan karena para pemikir dan pelaksana pendidikan belum memahami secara jelas akan tujuan pendidikan mereka.
Masyarakat dan bangsa indonesia sekarang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan. Pembangunan bukan hanya ditentukan oleh faktor perencanaan, sarana dan biaya saja, melainkan pembangunan membutuhkan pendidikan bagi pelaksana pembangunan. Pelaksana pembangunan membutuhkan pengalaman berupa ilmu pengetahuan, keterampilan serta sikap yang memadai sebagai bekal untuk menghadapi dan mengatasi berbagai permasalahan hidup masyarakat. Oleh karena itu pendidikan menjadi tumpuan harapan masyarakat guna malestarikan dan memajukan masyarakat dan pribadi.
Perubahan kualitas kehidupan manusia memperbanyak tuntutan masyarakat ke arah perubahan pendidikan, baik secara kuantatif maupun kualitatif. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, masyarakat menuntut adanya perubahan-perubahan dalam sistem pendidikan. Tidak ayal hal itu berakibat adanya perubahan pula terhadap tujuan-tujuan pendidikan. Dengan demikian tujuan pendidikan dapat terumus mengikuti aspirasi dan kondisi masyarakat pada masa-masa tertentu. Aspirasi masyarakat tentang tujuan pendidikan tentunya juga ditentukan oleh konsepsi masyarakat itu tentang pendidikan.
Tujuan-tujuan pendidikan dalam masyarakat berorientasi kepada tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional bertolak dari pandangan hidup bangsa. Bagi bangsa indonesia, tujuan pendidikan dijiwai oleh pancasila sebagai falsafah negara dan pandangan hidup bangsa indonesia. Tujuan pendidikan nasional terumus di dalam garis-garis besar Haluan Negara (G.B.H.N) rebublik indonesia. Menurut G. B. H. N tahun 1983, tujuan pendidikan nasional indonesia terumus sebagai berikut:
Pendidikan nasional berdasarkan panca sila, bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap tuhan Yang Maha Esa,kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.(Ghalia indonesia, GBHN 1983 :90-91)
Dari rumusan pendidikan di atas, pendidikan dimaksudkan untuk menumbuhkan manusia pembangunan, baik pembangunan diri maupun pembangunan bangsa. Untuk menumbuhkan manusia-manusia pembangunan itu, pendidikan harus mampu memberikan pengalaman-pengalaman yang menunjang pembangunan.
Agar pendidikan dapat mewujudkan cita-cita tersebut, macam pendidikan apakah yang dibutuhkan? Uraian pada bab selanjutnya dalam makalah ini kiranya dapat memberikan alternatif jawaban atas pertanyaan ini. Yang jelas, untuk membentuk manusia pancasilais yang mampu membangun diri sendiri dan membangun bangsa tidak cukup hanya dengan pendidikan intelektual karena penekanan pendidikan intelektual dapat cendrung menumbuhkan manusia intelektualistis yang belum tentu mau dan mampu membangun diri dan bangsa, yang sejahtera lahir dan batin. Pendidikan juga tidak cukup hanya menekankan pendidikan moral karana hal itu cendrung menumbuhkan manusia muralis yang belum tentu mau dan mampu membangun diri dan bangsa yang sejahtera lahir dan batin.
Pendidikan juga tidak cukup hanya menekankan pemberian latihan-latihan keterampilan dan jasmani saja, karena hal itu dapat menumbuhkan manusian-manusia trampil dan sehat sehat lahiriah yang belum tentu mau dan mampu membangun diri dan bangsa yang sejahtera lahir dan batin.
Usaha membentuk manusia panca sila yang mampu membangun diri dan bangsa yang sejahtera lahir dan batin memerlukan :
1. Pendidikan moral spritual; agar manusia memiliki akhlak yang tinggi sehingga dapat mengasihi pencipta dan sesama manusia, serta memiliki rohani yang sehat.
2. Pendidikan sosial dan patreotisme; agar manusia mampu membangun tanggung jawab dalam kehidupan bersama dalam kehidupan bernegara.
3. Pendidikan intelektual; agar manusia memiliki kecerdasan yang menjadi bekal untuk mengatasi berbagai permasalahan kehidupan pribadi dan bangsa.
4. Pendidikan keterampilan; agar manusia mampu merealisir setiap rencana dan pemikiran, baik dari diri sendiri maupun dari orang lain.
5. Pendidikan jasmani; agar manusia memiliki jasmani yang kuat, sehingga dapat belajar dan bekerja secara efektif.
6. Pendidikan jasmani; agar manusia memiliki jasmani yang kuat, sehingga dapat belajar dan bekerja secara efektif.
Mengenai kelima macam pendidikan tersebut di atas telah mendapat perhatian yang cukup besar dari kalangan para tokoh dan pelaksana pendidikan sejak empat abad yang lalu ketika John Locke mulai mempublikasikan teorinya tentang pendidikan. Ketika itu John Locke lebih menekankan perlunya penyelenggaraan tiga jenis pendidikan untuk mencapai tujuan akhir pendidikan, yaitu : 1) pendidikan jasmani, 2) pendidikan moral, dan 3) pendidikan intelektual. Tujuan akhir pendidikan menutut John Locke ialah terujudnya kesejahteraan bangsa.
Dalam policy dan pelaksanaan pendidikan kita, kelima jenis pendidikan tersebut di atas telah mendapat pemikiran cukup serius, dan bahkan telah digarap dalam proses pembalajaran pendidikan indonesia. Sehubungan itu kitapun telah mengamati dan menikmati hasil-hasil yang nyata dari pembangunan di bidang pendidikan dewasa ini.
Apbila kita mengamati serta merenungi situasi pendidikan secara makro atau umum di dalam masyarakat kita, barangkali kita masih mendapat kekurangan-kekurangan mengenai hasil pendidikan kita. Di sana sini masih dapat kita jumpai adanya pengangguran, baik kentara maupun tidak kentara, baik pada kalangan awam maupu pada kalangan intelektual sendiri. Bagaimana kita mempersiapkan manusia-manusia pembangunan, sedangkan banyak hasil-hasil atau tamatan pendidikan kita yang tidak bekerja atau menganggur?
Sehubungan dengan masalah itu, kami masih melihat adanya kekurangan dalam hal pembangunan kita. Untuk menumbuhkan manusia-manusia penbangunan, masih diperlukan suatu jenis pendidikan yang lain lagi dari yang telah disebutkan di atas,yaitu "pendidikan wiraswasta".pendidikan wiraswasta bagi generasi muda kita sangat perlu untuk diberikan.pendidikan wiraswasta ini lebih menekankan segi pembinaan sikap mental untuk berjuang dan berkarya, baik segi kesejahteraan diri, keluarga, masyarakat dan bangsa.

3. arah pendidikan
Pendidikan berusaha mengembangkan potensi individu agar mampu berdiri sendiri. Untuk itu individu perlu diberikan berbagai kemampuan dalam pengembangan berbagai hal, seperti; konsep, prinsip, kreativitas, tanggung jawab dan keterampilan. Dengan kata lain perlu mengalami perkembangan dalam aspek kognitif, dan psikomotor. Demikian pula individu juga mahluk sosial yang selalu berinteraksi dengan lingkungan sesamanya. Objek sosial ini akan berpengaruh terhadap perkembangan individu. Melalui pendidikan dapat dikembangkan suatu keadaan yang seimbang antara perkembangan aspek individual dan aspek sosial. Aspek lain yang dikembangkan adalah kehidupan susila. Hanya manusialah yang dapat menghayati norma-norma dan nilai-nilai dalam kehidupannya, sehingga manusia dapat menetapkan tingkah laku mana yang baik dan tingkah laku mana yang tidak baik dan tidak bersifat susila. Aspek lain adalah kehidupan religius dalam hubungannya dengan tuhan yang maha Esa dapat menghayati dan mengamalkan ajarannya sesuai dengan agamanya. Semua itu dapat terujud melalui pendidikan.

3. pendidikan sebagai suatu sistem
Pendidikan merupakan kegiatan yang kompleks, meliputi berbagai komponen yang berkaitan satu sama lain. Jika pendidikan ingin dilaksanakan secara terencana dan teratur, maka berbagai elmen yang terlibat dalam kegiatan pendidikan perlu dikenali. Untuk itu diperlukan pengkajian usaha pendidikan sebagai suatu sistem. Pengertian tentang sistem oleh ryans (1968) didifinisikan sebagai "any identifiable assemblage of elment (object, persons, activities, imformation records,etc.)wich are interrelated by proces or structure and wich are presumde to fungtion as an organizational entity generating an observable (or sometimes merely inferable) product".
Berpijak pada difinisi di atas dapat diidentifikasi bahwa sistem mengandung; elmen yang saling berkaitan, merupakan satu kesatuan. Kesatuan itu berfungsi mencapai tujuan, membuahkan hasil yang dapat diamati/dikenali. Pandangan pendidikan sebagai suatu sistem itu dapat dilihat secara mikro dan makro. Secara mikro pendidikan dapat dilihat dari hubungan elemen peserta didik,pendidik, dan interaksi keduanya dalam usaha pendidikan. Sedangkan secara makro menjangkau elemen-elemen yang lebih luas.

1. Fakta-fakta Pendidikan Yang Menuntut Pemikiran Pendidikan
a. Mningkatnya kebutuhan manusia
Kebutuhan hidup manusia meningkat sering dengan perubahan dan perkembangan pola kehidupan masyarakatnya. Pada mualanya, manusia hidup dalam masyarakat yang berpola hidup sederhana. Masyarakat pada mulanya hidup secara natural. Masyarakat ini mengantungkan kehidupannya pada kekuatan alami yang tersedia dalam diri manusia serta memamfaatkan apa yang telah ada di alam sekitar mereka. Pada saat itu, kebutuhan manusia masih sangat sederhana.
Masyarakat primitif yang berpola hidup sangat sederhan, terutama hanya berfungsi ekonomis. Mereka belum membutuhkan ideologi, politik, hukum, ataupun pemerintahan. Manusia mempertahankan hidup mereka secara kompotitif, baik secara individual ataupun secara kelompok . manusia dalam masyarakat primitif baru kebutuhan ekonomi yang sederhana terutama berupa kebutuhan dasar yang bersifat jasmaniah, yaitu :
1. Makan, minum dan pakaian.
2. Kebutuhan akan tempat tinggal.
3. Kebutuhan akan istirahat.
Semua kebutuhan diatas masih dapat mereka penuhi dari alam.manusia tinggal bergantung kepada keadaan alam sekitarnya.
Dengan meningkatnya pengenalan manusia tentang alam sekitar, bertambahnya penghuni alam, menipisnya persediaan bahan kebutuhan manusia, serta timbulnya berbagai hambatan dan gangguan dalam hidup, maka masyarakat mulai menyadari adanya rasa tidak aman. Manusia mulai mencari upaya untuk mengatasi permasalahan hidup yang menimbulkan rasa tidak aman itu. Mereka memerlukan kehidupan bermasyarakat dengan menggunakan podoman atau aturan tertentu. Dari keadaan itu maka masyakat memerlukan pamerintahan, hukum, kemiliteran/pengamanan fisik, dan juga politik. ,maka pola kehidupan manusia semakin kompliks. Manusia semakin menyadari kekurangan serta kelemahan yang terdapat pada diri mereka. Mereka menjadi saling memerlukan untuk bekerja sama untuk mengatasi kesulitan hidup mereka. Dengan perkembangan pola kehidupan ini, maka kebutuhan manusia meningkat, antara lain meliputi :
1. Kebutuhan fisik/jasmaniah, misalnya:makan, minum,pakaian,rumah/tempat tinggal, dan istirahat
2. Kebutuhan psikis/rohaniah. Misalnya:rasa aman, harga diri, dan penghiburan.
3. Kebutuhan sosial, misalnya:kasih sayang dari sesama manusia, persahabatan, dan pengakuan orang lain.
Tidak semua kebutuhan hidup tersebut dapat terpenuhi secara alami. Manusia harus menggunakan kekuatan –kekuatan jiwanya untuk mengatasi rasa tidak aman serta untuk mengatasi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup yang semakin meningkat itu. Manusia harus berbudaya, kreatif dan produktif. Untuk itu semua, manusia harus banyak belajar. Dalam usaha membelajarkan manusia, maka pendidikan menjadi kebutuhan masyarakat. Pendidikan diberikan kepada para anggota masyarakat, sehingga mereka dapat lebih mengenal alam sekitarnya serta dapat menaklukkannya.
Akibat dari pada bertambahnya pengalaman, meningkatnya pendidikan, serta meluasnya pergaulan hidup manusia, manusia menjadi semakin kreatif. Dibalik krearivitas manusia itu, maka pola kehidupan manusia semakin kompleks. Mereka menciptakan teknologi dan peralatan modern demi kemudahan hidup manusia. Kita dapat membayangkan betapa semakin repotnya usaha hidup manusia karena dalam pola kehidupan yang semakin kompleks itu, manusia mencari kemudahan dalam hidup. Untuk memperoleh kemudahan tersebut, pada mulanya manusia masih dapat bergantung kepada orang/pihak lain.dengan semakin beratnya tantangan hidup setiap manusia, maka dengan menggunakan potensi yang ada pada masing-masing individu, maka mereka diharapkan berusaha mengurangi ketergantungan mereka pada orang lain atau pihak lain.

b. Melajunya pertumbuhan penduduk.
Jumlah penduduk semakin meningkat. Dengan adanya kemajuan pengetahuan geniatrik, ternyata dapat meningkatkan sentase jumlah penduduk usia tua. Dilain pihak, meningkatnya kelahiran bayi menjadi faktor utama terhadap laju pertumbuhan penduduk. Disamping itu perbaikan kesejahteraan anak-anak,pemeliharaan medis bagi kaum muda serta banyaknya perkawinan anak muda belia mempercepat laju pertumbuhan penduduk.keadaan diatas masih ditambah lagi dengan ditunjang oleh perbaikan gizi dan standar hidup masyarakat.
Lajunya pertumbuhan jumlah penduduk telah menimbulkan banyak permasalahan.bertambahnya jumlah anggota pada keluarga. Keluarga menambah beban sosial ekonomi masing-masing kelurga itu. Meningkatnya jumlah kelahiran menuntut beban pendidikan kuantitatif bagi keluarga dan masyarakat dimasa mendatang. Dalam usaha memenuhi kebutuhan hidup penduduk usia muda dan usia tua menuntut pelayanan pendidikan kualitatif bagi masing-masing individu sebagai anggota keluarga dan anggoto masyarakat. Pendidikan kualitatif diperlukan untuk melatih potensi individual sehingga setiap orang dapat memecahkan permasalahan hidup pribadi dan keluarga.

c. bertambahnya pola-pola kehidupan manusia.
Perubahan-perubahan kebutuhan hidup, ekonomi,kependudukan dan pekerjaan manusia terwujud didalam pola-pola kehidupan manusia. Pekerjaan yang tadinya terlaksana dirumah-rumah, kemudian berpindah kekantor-kantor. Perusahaan-perusahaan, toko-toko, dan pelayan –pelayan niaga. Mula-mula kelarga senantiasa dapat berkumpul bersama-sama orang tua mempunyai peranan penting dalam mempersiapkan anak-anak menjadi para pekerja untuk dapat bekerja. Selanjutnya para orang tua semakin sibuk mencari pekerjaan dan bekerja diluar rumah. Akibat kesibukan para orang tua tersebut, maka mereka semakin tidak berkesempatan bekerja ataupun berkreasi bersama keluarga masing-masing.
Pertumbuhan ekonomi ternyata diikuti dengan pertumbuhan berbagai kelompok pekerja, kelompok jabatan, baik yang bersifat formal ataupun imformal. Kelompok imformal dalam masyarakat sulit untuk diidentifikasi, minat para anggota masing-masing kelompok lebih bersifat homogen, sedangkan hubungan mereka lebih bersifat pribadi dan kekeluargaan. Mereka inipun mempunyai andil dan peranan penting dalam memajukan masyarakat.
Pertumbuhan penduduk juga membentuk pola-pola kehidupan manusia. Letak geografis penduduk serta kepadatan jumlah penduduk mengubah fungsi dan peranan-peranan manusia. Perubahan peranan manusia tersebut ikut menentukan peranan institusil-institusi sosial, termasuk didalam sekolah dan keluarga-keluarga.

2. Berubahnya Dunia Pekerjaan Manusia.
Pada mulanya dunia pekerajaan menggunakan tenaga kerja manusia pada barbagai jenis dan tingkat pekerjaan. Pada saat itu manusia tidak banyak mengalami kesuliltan didalam usaha mendapatkan pekerjaan. Bahkan lapangan kerja mengalami kesulitan dalam usaha memperoleh tenaga kerja. Dengan adanya berbagai macam kesulitan serta alasan-alasan ekonomis, maka para penguasa lapangan kerja kemudia cendrung berfikir ekonomis. Terdorong oleh pemikiran ekonomis tersebut. Manusia mulai menggunakan tenaga mesin dan perlengkapan modern. Dalam hal ini peranan manusia adalah menjaga dan mengawasi kerja mesin atau perlengkapan modern tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya, manusia menggunakan perlengkapan komputer yang serba elektronis dan otomatis. Hal ini membuka jalan baru bagi prestasi manusia serta kepegawaian.usaha-usaha produksi serta usaha-usaha pemecahan masalah dapat berlangsung secara hemat dan cepat.
Dengan penggunaan tenaga mesin dan peralatan modern diberbagai bidang usaha, maka lapangan kerja semakin menyempit. Lapangan kerja yang menggunakan tenaga manusia semakin hari semakin terbatas pada bidang-bidang jasa dan pelayanan sosial. Lapangan kerja pada bidang-bidang produksi semakin memperkecil kemungkinan penampungan tenaga kerja manusia. Semakin menyempitnya lapangan pekerjaan manusia dibarengi lagi tuntutan-tuntutan baru bagi para pekerja dan pejabat bidang usaha jasa.spesialisasi dalam propesi-propesipun bertambah terus dan manusia semakin membutuhkan persiapan karir untuk memigang jabatan-jabatan.
Keadaan diatas telah mengurangi kesempatan kerja bagi manusia. Kondisi lapangan kerja tersebut berpengaruh besar terhadap kemungkinan bertambahnya jumlah pengangguran. Siapakah yang terus mampu mengatasi pengangguran yang semakin meningkat? Memang masalah ini menjadi beban bagi keluarga-keluarga, masyarakat, sekolah, dan pemerintah. Meskipun demikian,dengan jalan apakah mereka dapat mengatasi dan membendung jumlah para penganggur ini? Salah satu jawaban terhadap masalah ini perlu pemikiran kearah perawujudan peranan yang lebih efektif daripada institusi-institusi tersebut dalam rangka membangun manusia wiraswasta. Mereka hendaknya mencari jalan keluar untuk bukan saja mengatasi pengangguran yang sudah ada dikalangan orang dewasa dan remaja, melainkan yang terlebih penting adalah menghindari atau mencegah bertumbuhnya manusia-manusia pengangguran. Kita hendaknya berusaha setidak-tidaknya memperkecil jumlah pengangguran didalam masyarakat kita pada masa mendatang.
Renungkan apa yang telah diuraikan diatas, lapangan pekerjaan manusia semakin menyempit, sedangkan jumlah manusia yang ingin mengisi lapangan pekerjaan semakin meningkat.
Barangkali kita berfikir lebih baik lapangan pekerjaan saja yang diusahakan yang diperluas. Hal ini memang tidak salah, karena masyarakat membutuhkan pembangunan dengan munculnya berbagai proyek pembangunan. Suatu hal yang tidak boleh kita lupakan adalah, bahwa perluasan lapangan kerja itu perlu dibarengi dengan penyiapan manusia-manusia pengisi lapangan kerja baru, penyiapan manusia-manusia produktif yang dapat menciptakan sendiri lapangan kerja bagi diri sendiri atau orang lain.

3. Tantangan dalam Pertumbuhan Ekonomi.
Perubahan dunia pekerjaan manusia ternyata dibarengi oleh pertumbuhan ekonomi.pendapatan perkapita dan ”gross national product" dari tahun ke tahun cendrung mengalami peningkatan. Dengan adanya penemuan teknologi serta cara kerja baru, maka kapasitas kita untuk memproduksi barang kebutuhan manusia semakin hari semakin meningkat. Untuk keperluan usaha produksi, tenaga kerja di lapangan selalu tersedia dan tercukupi. Standar hidup masyarakat kita terus naik secara berangsur-angsur. Penghasilan para pekerja semakin banyak jika dibandingkan dengan para pekerja pada waktu-waktu sebelumnya.
eknologi modern menunjang pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomipun menunjang pertumbuhan teknologi modern. Teknologi modern membuat kehidupan manusia semakin tertolong mereka hidup semakin mudah dan menyenangkan jika dibandingkan dengan kehidupan manusia pada waktu-waktu sebelumnya. Kondisi semacam ini memungkinkan manusia memperoleh standar hidup yang semakin baik. Tingkat-tingkat pengeluaran manusia membantu pertumbuhan ekonomi.
m eningkatnya standat hidup manusia dapat meningkatkatkan prestasi dan usaha belajar manusia. Perkembangan pribadi dan pribadi banyak tergantung kepada pendidikan serta usaha-usaha belajarnya. Cara belajar yang bagaimana agar manusia dapat mengembangkan segenap potensi pribadinya, hal ini merupakan tantangan baru bagi dunia pendidikan kita type belajar yang diperlukan untuk mengembangkan potensi pribadi manusia, tentunya berbeda dengan type belajar yang diperlukan bagi pengisian dunia pekerjaan.
Di lain pihak, penemuan teknologi modern dan meningkatnya standar hidup manusia dapat meningkatkan kelengahan dalam hidup sehari-sehari. Akibat penghasilan yang cukup, banyak orang tua yang cendrung meningkatkan pemenuhan kebutuhan konsumtif dalam pemenuhan kebutuhan mereka masing-masing. Mereka menjadi lengah, kurang kesadaran akan tantangan kehidupan di hari esok yang semakin menekan. Mereka yang berpendapatan berlebihan cendrung berlomba-lomba memperbanyak pengeluaran-pengeluaran untuk konsumsi. Mereka kurang mempersiapkan diri dan para anggota keluarganya untuk menghadapi masalah hidup hari esok. Para orang tua kurang mempersiapkan para anak-anak mudanya untuk ikut belajar mengatasi masalah hidup keluarganya.
Meningkatkan penghasilan dan standar hidup orang tua dapat menumbuhkan sikap masa bodoh serta kelengahan pada anak-anak muda mereka. Banyak pemuda dari keluarga berada yang merasa setiap kebutuhan mereka dapat terpenuhi oleh keberadaan orang tua menjadi bersifat tergantung dan kurang produktif. Karena orang tua tidak merasa perlu untuk mempersiapkan mental anak-anak dengan berbagai macam latihan di rumah, maka banyak pemuda yang lebih suka menganggur dan bergaya hidup konsumtif. Keadaan ini menunjang kondisi pertumbuhan pengangguran di dalam masyarakat kita.
Satu hal yang lebih gawat yaitu, akibat pergaulan dan perubahan pola interaksi hidup manusia, maka gaya hidup seperti yang dikemukakan diatas ditiru oleh kalangan –kalangan keluarga kurang mampu. Terdorong oleh keinginan untuk dapat hidup seperti orang lain, banyak orang tua dari kalangan kurang mampu memaksakan diri untuk bergaya hidup mewah di luar kemampuannya. Akibatnya keluarga itu semakin hari semakin gelisah. Mereka memaksakan diri untuk bekerja sana-sini di bawah kekuasan orang lain dengan pendapatan yang ralatif kurang memadai. Hal ini masih mendingan, sebab keadaan yang realistis ditempuh melalui usaha-usaha kerja nyata. Setidak-tidaknya dapat kemungkinan, bahwa keluarga seperti itu akan memperoleh pengalaman dan motivasi untuk bekerja dan berusaha lebih keras. Keadaan yang dramatis sering terbentuk bila mana orang-orang berusaha bergaya hidup mewah melalui utang-utang sana-sini yang semakin menumpuk di luar kemampuannya untuk membayarnya. Orang tersebut dapat saja mengurangi atau menjual secara berangsur-angsur apa yang dimilikinya.
Dari sedikit uraian diatas, kita dapat merenungkan keluhan sementara masyarakat mengenai mengapa yang kaya makin kaya sedangkan yang miskin semakin miskin. Itulah konsekuensi dari pada pertumbuhan ekonomi, yang disamping itu juga kurangnya persiapan manusia untuk menumbuhkan perekonomian keluarga. Dengan demikian masalah penganguran menjadi tantangan dalam pertumbuhan ekonomi. Salah satu jawaban atas tantangan diatas yaitu dengan perwujudan manusia-manusia wiraswasta. ,mengenai peujudan manusia wiraswasta itu sendiri merupakan tantangan bagi pendidikan kita.

4. Menipisnya Sumber Ekonomi Masyarakat Pedesaan
masyarakat pedesaan merupakan potensi yang amat penting bagi pertumbuhan ekonomi bangsa pada pada umumnya. Di negeri kita,sebagian penduduknya tinggal di desa-desa. Faktor-faktor ekonomi yang penting terdapat di pendesaan. Faktor-faktor itu antara lain meliputi: tanah, tenaga kerja, flora, dan fauna. Dari keempat faktor yang disebutkan itu merupakan sumber perekonomian masyarakat yang utama adalah tanah dan tenaga kerja, kedua sumber terpakai untuk usaha pertanian atau peternakan. Inilah sumber kehidupan dari sebagian besar masyarakat indonesia. Pada mulanya sumber ekonomi masyarakat cukup memenuhi kebutuhan hidup masyarakat pedesaan bahkan masyarakat perkotaan.
Dengan pesatnya pertambahan jumlah penduduk, majunya perkembangan industri serta statisnya cara berfikir dan cara kerja masyarakat pedesaan pada umumnya, maka sumber-sumber ekonomi masyarakat pedesaan kurang berkembang dan bahkan justru semakin berkurang. Penduduk terus bertambah. Luas tanah garapan masing-masing orang semakin sempit akibat terbaginya areal pekarangan dan pertanian pada generasi muda penduduk yang jumlahnya semakin meningkat. Majunya perkembangan industri juga mengakibatkan menipisnya sumber ekonomi desa. Banyak sekali areal tanah serta tenaga kerja kemudian terserap oleh industrialisasi. Banyak tanah pertanian yang terjual oleh penduduk untuk pendirian pabrik serta perusahaan hal ini mengurangi luas tanah garapan petani negeri ini. Masyarakat pedesaan yang cara berfikirnya statis, sederhana dan kurang terbuka terhadap inovasi semakin terjepit dan mengalami tekanan akibat perubahan sosial ekonomi. Sebagian mereka hanya cendrung menerima keadaan yang semakin menghimpit kehidupan mereka. Dengan daya yang masih ada dalam diri mereka, mereka tetap bertahan dalam kemiskinan. Sebagian penduduk lain berlomba-lomba meninggalkan desa mereka pergi kekota untuk mengadu nasib.
Akibat dari kenyataan di atas bukannya memperbaiki/mengembang sumber ekonomi pedesaan, tetapi justru menguranginya. Sumber ekonomi desa tidak mampu lagi untuk menampung tanaga kerja yang jumlahnya terus bertambah. Tenaga kerja mengalir menuju ke kota-kota untuk memburuh, berdagang kecil-kecilan, menaksi, menarik becak dll. Mereka yang tidak mau menyesuaikan diri dengan kenyataan terpaksa melakukan pekerjaan yang kurang terpuji misalnya mengemis, menipu, menudong dll.sungguh keadaan ini kurang menguntungkan bagi perkembangan sosial ekonomi bangsa. Desa menjadi sunyi ditinggalkan oleh para remaja serta para orang tua yang sebenarnya masih produktif untuk bekerja di pedesaan.kebanyakan mereka yang urbanisasi di kota-kota baru pulang kembali pada musim tanam atau musim panen di desa-desa. Bahkan banyak penduduk desa di kota-kota yang pulang kembali ke desa mereka pada masa lebaran dan tahun baru. Sesungguhnya, keadaan seperti itu hanya merugikan bangsa pada umumnya dan perekonomian masyarakat pedesaan pada khususnya.
Memang, kendatipun demikian banyak orang merasa, bahkan dengan cara hidup seperti itu toh ekonomi orang-orang desa menjadi maju bila dibandingkan ekonomi orang-orang pada puluhan tahun yang lalu. Apakah dugaan ini sepenuhnya benar? Kalau kita perhatikan sepintas lalu, nampaklah bahwa orang-orang desa saat ini banyak yang mempunyai sepeda motor, dapat membangun atau memperbaiki rumah mereka sebagai hasil jerih payah perjuangan hidup mereka di kota-kota. Tetapi kalau kita merenungkan lebih lanjut, apakah kekayaan keluarga pedesaan pada saat ini lebih banyak atau lebih bermutu bila dibandingkan dengan berbagai jenis kekayaan yang pernah dimiliki oleh keluarga pedesaan pada masa puluhan tahun yang silam? Apakah hasil jerih payah penduduk pedesaan yang bekerja di kota-kota masih bisa mempertahankan kualitas kekayaan orang tua mereka pada masa yang telah silam? Hal ini masih merupakan problematik yang memerlukan jawaban dari kita semua.
Pemerintah telah berbuat banyak untuk menjawab permasalahan di atas. Langkah-langkah positif telah diambil, dan hasinya memang cukup positif. Banyak penduduk pedesaan yang telah kehilangan sumber ekonomi di desa mereka telah di trnsmigrasi oleh pemerintah kita. Sayang kemampuan pemerintah dalam menangani transmigrasi terbatas. Pemerintah belum mampu melaksanakan transmigrasi secara lebih besar-besaran. Pemerintah juga mengalami kesulitan dalam usaha transmigrasi penduduk. Pemerintah juga telah melaksanakan pembangunan sosial ekonomi masyarakat pedesaan dan hasil-hasilnya telah dapat dirasakan. Kini para pemimpin bangsa kita telah menghimbau masyarakat untuk mengalihkan perhatian ke arah lautan. Selama ini perhatian segenap masyarakt pedesaan masih tercurah ke daratan. Semua itu merupakan usah untuk menjawab permasalahan hidup masyarakat akibat semakin menipisnya sumber-sumber ekonomi masyarakat pedesaan.
Suatu masalah penting untuk kita perhatikan adalah mengenai kualitas manusia atau tenaga kerja, terutama tenaga kerja yang berasal dari pedesaan. Untuk mensukseskan usaha-usah pemerintah seperti transmigrasi, proyek-proyek bantuan desa, bantuan presiden, padat karya, peningkatan produksi pangan, penggalian kekayaan lautan dan sebagainya, maka kualitas tenaga kerja perlu sekali untuk dipersiapkan.
Dalam hubungan itu perlu kami kemukakan tentang bagaimana kualitas tenaga kerja di pedesaan. Sejauh kenyataan dalam kesempatan kerja yang tersedia bagi orang-orang desa baik di desa sendiri maupun di kota-kota, kebanyakan tenaga kerja tersebut masih mengandalkan potensi otot atau okol dan keringat. Mereka banyak yang bekerja asal bekerja, tampa berusaha memajukan cara berfikir dan berbuat demi prestasi kehidupan tenaga kerja tersebut tidak mengalami peningkatan. Dengan kata lain, posisi sosial ekonomi orang desa tidak jauh berkisar dari kedudukannya sebagai buruh, baik buruh di kota maupun buruh di desa.
Berhubung mayoritas tenaga kerja desa mengandalkan otot dan keringat, maka mereka mamiliki posisi ekonomi yang lemah dalam segenap proses pertumbuhan ekonomi.sebagai contoh, banyak buruh perusahaan kayu/perusahaan penebangan kayu yang beroprasi di hutan-hutan kalimantan tengah, kalimantan timur,sumatra dan lain-lain di negeri kita. Ketika harga keyu dipasaran internasiaonal merosot, maka buruh penebangan kayu yang berasal dari ponorogo,trenggalek,blitar dll. Terpaksa tidak dapat melanjutkan pekerjaannya dan pulang ke kampung halamannya. Ini berarti, bahwa tenaga kerja mereka tidak laku lagi.
Semua peristiwa dan kenyataan di atas lebih banyak diakibatkan oleh keadaan semakin menipisnya sumber ekonomi pedesaan. Sesungguhnya dalam ini faktor manusia juga ikut bebicara. Kenyataan yang memprihatinkan seperti yang dikemukakan di atas sebenarnya takakan terjadi seandainya kualitas pribadi manusia yang di sebut-sebutkan terdahulu lebih tinggi dari apa yang mereka miliki pada saat ini. Kualitas pribadi yang manakah yang dimaksud itu? Untuk mencegah atau mengurangi keprihatinan hidup masyarakat pedesaan atau masyarakat ekonomi lemah perlu mempersiapkan manusia-manusia yang berpengetahuan, berketerampilan serta bersikap mental pengusaha yang produktif dan bukan hanya semata-mata berpengetahuan, berketerampilan dan bersikap mental konsumtif. Sudah waktunya kita mengurangi ataupun mencegah pertumbuhan orang-orang yang bersifat tergantunh dan konsumtif semata.


DAFTAR PUSTAKA

 Dracker, peter f, bagaimana menjadi wiraswasta yang berhasil .bandung

 Wasty soemanto Mpd . pendidikan wiraswasta ,jakarta. PT.bumi aksara, mei, 1984

 Soemanto, westy dan seotopo, hendyat, dasar dan pendidikan dunia, malang ,percetakan ,A, A,I 1982

 FATAH HANANG landasan manajemen pendidikan ,bandung, PT .remaja rosdakarya ,1-juli, 1997

 Karyatmo, soetomo, urayan lengkap metode nerkwork planing, jakarta

 Vroom, victor, h., (1960),some personality determenant of the efect of participation, new jersey: prentice hal,Inc. englewood cliffs.

 Anderson, james E, 1979. public policy making. New york: holt, rinehart and wisston.
 Adam Ibrahim, I., (1983), perilaku organisasi,Bandung: Sinar Baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar