STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Kamis, 20 Oktober 2011

FILSAFAT ILMU

1.      Kebenaran ilmiah
Hakekat kebenaran ilmiah menurut Koesoemadinata (dalam geoBLOGi.htm : 2008) adalah sesuatu yang tergantung pada data-data hasil pengamatan yang ada pada waktu itu. Sebagaimana dikatakan Karl Popper, seorang science philosopher/historian, semua teori ilmiah akan tumbang pada sesuatu waktu dan akan digantikan oleh teori baru, karena ilmu selalu berusaha untuk (mengatasi) apa yang dia namakan sebagai ‘falsification’. Seorang ilmuan harus terus berusaha mecari teori baru untuk menjatuhkan/menyalahkan (falsification) teori yang berlaku.

Ilmu yang dianggap benar adalah teori ataupun ‘fakta’ yang dapat diterima oleh mayoritas masyarakat ilmiah, bukan kebenaran absolut. Suatu kebenaran ilmiah adalah sesuatu yang dapat diterima oleh mayoritas masyarakat ilmiah pada suatu saat. Metode jajak pendapat (voting) di antara para ahli boleh dilakukan untuk mengetahui pendapat yang didukung oleh mayoritas sekelompok pakar yang terkemuka. Dalam hal perdebatan ilmiah tentu saja tidak bisa dialkuan polling terhadap khalayak ramai yang awam akan ilmu yang diperdebatkan, tentu harus terhadap pakar yang mengikutinya.  Sebaliknya, suatu keputusan yang dikeluarkan oleh suatu instansi atau hasil suatu seminar sekelompok pakar yang terpilih/pantia perumus tidak dapat serta merta dinyatakan sebagai kebenaran ilmiah karena suatu teori untuk dapat diterima oleh mayoritas masyarakat ilmiah sering memerlukan waktu yang lama. Sebagai contoh teori plate-tectonics yang sekarang dianggap bukan lagi teori tetapi sebagai fakta ilmiah, yang pembuktian memerlukan waktu 50 tahun.

Menurut Djojosuroto (2007:23) teori kebenaran ada tiga yaitu teori koherensi, teori korespodensi dan teori pragmatisme. Teori koherensi merupakan sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila konsisten dan memiliki kesesuaian dengan hirarki tinggi. Hirarki yang tinggi dapat melalui unsur skema, sistem dan nilai. Teori koherensi menggunakan logika deduktif, artinya metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal umum ke khusus. Teori korespodensi berarti sesuatu dianggap benar apabila materi pengetahuan yang terkandung didalamnya sesuai objek yang dituju. Sesuatu yang dibuktikan adanya kejadian yang sejalan atau berlawanan arah antara fakta dengan fakta ynag diharapkan, antara fakta dengan keyakinan yang diyakini. Teori korespondensi menggunakan logika induktif, artinya metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Dengan kata lain kesimpulan akhir ditarik karena ada fakta-fakta mendukung yang telah diteliti dan dianalisa sebelumnya. Teori pragamtisme merupakan sesuatu dianggap benar apabila memiliki kegunaan/manfaat praktis dan bersifat fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Kebenaran itu adalah yang kongkret, individual, spesifik dan koresponden antara ide dengan fakta yang memiliki kegunaan efektif.
Metode dalam kebenaran ilmiah ada dua yaitu metode deduktif dan metode induktif. Metode deduktif menggunakan pendekatan rasionalisme yang memberikan kerangka berfikir yang koheren dan logis terhadap suatu fakta. Metode induktif menggunakan pendekatan empirisme yang merupakan mengujian untuk memastikan kebenaran.
Pandangan/aliran kebenaran ada lima yaitu positivisme, realisme, fenomenologi, pragmatisme, Islam (Ismaun, 2010:183). Pandangan positivisme menyatakan kebenaran aka nada bila ada korespodensi antara fakta yang satu dengan fakta yang lain. Pokok kebenaran menjadi identik dengan kebanaran factual dengan emiris. Pandangan realisme menyatakan kebenaran pokok identik dengan benar secara objektif, artinya benar sesuai dengan kontrak skema rasional tertentu dan benar terkait pada pendekatan yang digunakan dalam mencari kebenaran. Realisme metafisik Popper mengakui kebenaran bila yang factual dengan kebenaran objektif universal. Pandangan fenomenologi merupakan kebenaran yang dibuktikan berdasarkan ditemukannya yang esensial pilah dari nonesensial dan yang sesuai dengan skema moral tertentu. Russel mngatakan fenomena baru daoat dinyatakan benar setelah diuji korespodensinya dan yang dipercayainya. Pandangan Pragmatisme merupakan kenbenaran yang memiliki kegunaan yang efektif. Pandangan Islam mengakui kebenaran bila yang emprik, actual, koheren dengan kebenaran berupa wahyu Illahi.
2.      Relevansi filsafat ilmu dengan pendidikan dalam kaitanya dengan manusia, masyarakat, ilmu, nilai dan cara hidup untuk mencapai tujuan yang diridhoi Allah.
Hakikat filsafat adalah mencari kebenaran dan kebijakasanaan untuk mendekati kesempurnaan. Filsafat lahir dari pemikiran manusia yang ingin mencari kebenaran. Ilmu merupakan pemikiran manusia dalam menjawab pertanyaan tentang apa yang ingin diketahui (ontology)? bagaimana cara mendapatkannya (epistimologi)? Apa kegunaannya (aksiologi). Secara filosofi, ilmu berbeda dengan pengetahuan karena pengetahuan merupakan semua yang diketahui manusia, tetapi belum teratur. Sedangkan, ilmu merupakan pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dan telah teruji kebenarannya. Filsafat ilmu mengkaji hakikat ilmu secara spesifik. Pendidikan merupakan bagian dari filsafat yang mengkaji tentang hakikat, isi yang ideal dari pendidikan. Manusia dan masyarakat dalam pendidikan merupakan unsur yang akan melaksanakan pendidikan tersebut. Dengan demikian, pemikiran manusia tentang sesuatu hal khususnya berhubungan dengan pendidikan merupakan kegiatan filsafat.

Dalam pendidikan banyak ilmu yang dipelajari oleh manusia. Untuk mengetahui pendidikan, bagaimana cara mendapatkan pendidikan dan manfaat pendidikan, manusia terlebih dahulu mempelajari ilmunya. Nilai yang terdapat dalam filsafat ilmu sebagai relevansi terhadap pendidikan adalah kebergunaan filsafat ilmu untuk melaksanakan kegiatan pendidikan seperti mengembangkan ilmu pengetahuan tertentu, menemukan teori baru atau mematahkan teori lama yang dilakukan dalam dunia pendidikan dalam hal ini adalah penelitian ilmiah dilembaga pendidikan, dan merubah pola pikir masyarakat dari primitif ke yang lebih rasional. Rasioanalitas yang diajarkan di lingkungan pendidikan tetap harus bertumpu pada azas ketuhanan Yang Maha Esa. Ilmu tidak terlepas dari kebenaran rasional dan dibuktikan secara empiris karena kebenaran ilmu yang hakiki hanya pada sang pencipta (Allah SWT). Manusia sebagai mahluk ciptaan tuhan itu berarti alam pikiran manusia terbatas hanya mengkaji hal-hal yang tercerna dalam pikiran di luar itu tidak lagi menjadi bidang kajian ilmu. Sebagai wujud rasa syukur manusia sebagai mahluk ciptaan tuhan seyogianya manusia terus menggali ilmu secara dinamis, memanfaatkan ilmu dengan baik yang semata-mata hanya karena Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar