Dalam pembelajaran, guru melakukan komunikasi dengan siswa. Media yang digunakan beragam, ada yang menggunakan media pandang, ada yang menggunakan media dengar, ada pula yang menggunakan media pandang dengar. Namun, apa pun media yang digunakan, tujuan utama komunikasi adalah tersampaikannya pesan dari komunikator (the message sender) ke komunikan (the message receiver). Dalam pembelajaran istilahnya adalah tersampaikannya pesan pembelajaran dari guru ke siswa.
Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa saling berkomunikasi. Jika komunikasi kedua pihak efektif, maka pembelajaran efektif. Namun jika komunikasi kedua pihak tidak efektif maka pembelajaran pun tidak efektif. Efektivitas pembelajaran dapat diukur dari tercapainya tujuan pembelajaran oleh siswa. Atas dasar pemikiran ini maka komunikasi memiliki pengaruh yang besar dalam pembelajaran. Berhasil atau tidaknya sebuah proses pembelajaran bisa bergantung pada efektif-tidaknya komunikasi antara guru dan siswa.
Sebagai misal, kita ambil contoh seorang guru kelas I SD di sebuah desa yang sedang mengajarkan perkalian kepada siswanya. Metode yang digunakan adalah metode ceramah. Guru tadi menerangkan materi perkalian dengan menggunakan bahasa Indonesia. Pada akhir pelajaran, guru memberikan soal-soal perkalian kepada siswa. Siswa mengerjakan soal-soal tersebut, setelah selesai dan dikoreksi oleh guru, ternyata jawaban siswa banyak yang salah. Dari 10 soal yang diberikan, rata-rata jawaban siswa yang betul kurang dari 5. Apanya yang salah?
Ditilik dari ilustrasi di atas, maka kesalahan guru ada dua. Kesalahan pertama, guru tidak menggunakan media pembelajaran ataupun alat peraga. Kesalahan kedua, komunikasi guru tidak efektif. Untuk kesalahan pertama yakni tidak digunakannya media pembelajaran dan atau alat peraga, hal ini sering dilakukan oleh guru bahkan dengan kesengajaan dengan alasan tidak tersedia media pembelajaran di sekolah. Tetapi untuk kesalahan kedua yakni komunikasi yang tidak efektif, ini yang akan kita bahas.
Ketidakefektifan komunikasi yang dilakukan oleh guru SD di desa adalah sebagian besar murid di desa belum paham dengan bahasa Indonesia. Ini sering tidak disadari oleh guru. Karena bahasa siswa tidak sama dengan bahasa guru, maka siswa tidak bisa menerima pesan dari guru secara tepat. Kita tahu bahwa sebagaian besar masyarakat Indonesia menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Oleh karena itu penjelasan pelajaran seharusnya melibatkan bahasa ibu untuk kelas-kelas rendah, lebih-lebih siswa kelas I SD yang masih baru menginjakkan kakinya di sekolah.
Guru yang sering gagal dalam mengantarkan siswa mencapai tujuan pembelajaran secara optimal ketika mengikuti pembelajaran darinya perlu melakukan introspeksi, jangan-jangan kegagalan itu disebabkan oleh gaya komunikasi yang tidak efektif.
Kegagalan pembelajaran akibat ketidakefektifan komunikasi ini bisa terjadi di kelas mana pun, termasuk kelas-kelas tinggi SD, kelas-kelas di SMP maupun di SMA. Jika ini terjadi di kelas Anda, maka Anda perlu membaca ulang buku-buku tentang komunikasi yang efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar