A. Pendahuluan
Tahun
ajaran baru belum lagi mulai, tetapi sekolah kami sudah membuka
pendaftaran siswa baru. Setiap kali dibuka, respon masyarakat terhadap
sekolah kami kian meningkat. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya
jumlah orang tua yang mendaftarkan putra-putrinya untuk
mengikuti tes ujian masuk yang setiap tahunnya mengalami grafik
kenaikan. Respon yang begitu besar itu membuat kami harus bersyukur dan
merenung, karena sebagai sekolah swasta umum kami harus bersaing dengan
sekolah-sekolah yang ada di sekitarnya yang jumlahnya sudah puluhan. Dari
sekian banyak sekolah yang ada, sekolah kami, SMP Labschool Jakarta
menjadi pilihan favorit dari para orang tua yang ingin menyekolahkan
anaknya. Mengapa sekolah kami yang dipilih dan tidak yang lain? Apa
nilai unggulnya? Dan mengapa mereka begitu antusias, padahal untuk bisa
bersekolah di sekolah kami membutuhkan biaya yang tidak sedikit, bahkan
sampai puluhan juta rupiah? Keunggulan apa yang dimiliki oleh sekolah
kami? Fasilitaskah? Jelas tidak, karena sekolah-sekolah yang ada di
sekitarnya memiliki fasilitas yang jauh lebih lengkap dan canggih.
Prestasi dalam Ujian Nasional? Tidak juga, karena sekolah kami hanya menempati posisi rata-rata saja di Indonesia. Di
DKI Jakarta saja, sekolah kami hanya menempati posisi sepuluh besar
sekolah swasta dalam Ujian Nasional 2007. Lalu apa sih yang unggul dan
menarik dari SMP Labschool Jakarta? Apakah sistem pendidikannya? Ataukah
proses pembelajarannya yang berbeda dengan sekolah lain?
Dari
hasil wawancara dengan para orang tua siswa dan juga para siswa SMP
Labschool Jakarta, ternyata jawabannya selain memiliki budaya organisasi
dan budaya kerja, SMP labschoool Jakarta mempunyai budaya sekolah yang
tetap eksis dan semakin disempurnakan. Mempunyai misi dan visi
yang jelas yaitu sekolah yang mempersiapkan pemimpin masa depan yang
bertakwa, berintegritas tinggi, mempunyai daya juang yang kuat,
mempunyai kepribadian yang utuh, berbudi pekerti luhur, mandiri serta
mempunyai kemampuan intektual yang tinggi.
Salah satu keunikan dan keunggulan yang tidak dimiliki oleh sekolah lainnya adalah budaya sekolah (school culture) yang kokoh, dan tetap eksis. Perpaduan semua unsur baik
siswa, guru, dan orang tua yang bekerjasama dalam menciptakan komunitas
yang lebih baik melalui pendidikan yang berkualitas, serta bertanggung
jawab dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, menjadikan
sekolah kami unggul dan favorit di masyarakat. Keberadaannya sudah
menjadi buah bibir. Para orang tua akan berusaha dengan segala cara
menyekolahkan anaknya ke tempat kami walaupun dalam ujian tes tertulis,
putra-putrinya tidak diterima karena terbatasnya kelas dan tempat yang
ada di sekolah.
B. Menciptakan Budaya Sekolah yang Tetap Eksis
Menurut Deal dan Peterson
(1999), budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku,
tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh
kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat
sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau
watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas. SMP
Labschool Jakarta mempunyai misi menciptakan budaya sekolah yang
menantang dan menyenangkan, adil, kreatif, terintegratif, dan dedikatif
terhadap pencapaian misi, menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi
dalam perkembangan intelektualnya dan mempunyai karakter takwa, jujur,
kreatif, mampu menjadi teladan, bekerja keras, toleran dan cakap dalam
memimpin, serta menjawab tantangan akan kebutuhan pengembangan sumber
daya manusia yang dapat berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan,
dan teknologi. Budaya sekolah yang telah diciptakan dan tetap eksis di SMP Labschool Jakarta selama 15 tahun Labschool berdiri adalah :
budaya salam, dimana setiap kali bertemu (guru, siswa dan orang tua) saling mengucapkan salam dan berjabat tangan,
upacara bendera yang rutin dilaksanakan setiap minggu kedua dan keempat,
Penasehat akademis
atau pertemuan wali kelas dengan para siswanya setiap Senin pagi untuk
berbagi informasi, juga pertemuan antara wali kelas dengan pimpinan
sekolah
Tadarus dan kebaktian setiap Senin dan Kamis pagi sebelum pelajaran dimulai dan dipimpin oleh wali kelas,
Seragam sekolah yang berbeda setiap hari Kamis dan Jum’at,
Sholat berjamaah di masjid sekolah pada saat jam istirahat,
Olah raga Jum’at pagi dengan mengelilingi kampus UNJ,
Lima hari belajar (Senin-Jum’at) dari pukul 06.30 s.d. 15.30,
Majalah sekolah yang dibuat oleh siswa untuk melatih bakat jurnalistiknya,
Dialog interaktif dengan para pakar di bidangnya, mulai dari masalah seks sampai teknologi terbaru, Lintas juang untuk mendidik siswa menjadi calon pengurus OSIS,
Studi Kepemimpinan Siswa untuk melatih kepemimpinan siswa menjalankan organisasi,
Studi Amaliah Ramadhan mendidik siswa dalam kegiatan pesantren ramadhan,
Pelepasan siswa yaitu melepas siswa kelas sembilan yang telah lulus dari sekolah,
Buku tahunan adalah buku yang merekam kegiatan siswa dari mulai masuk sampai lulus sekolah, POMG
(Persatuan Orang tua Murid dan Guru) adalah kegiatan orang tua siswa
yang menunjang kegiatan sekolah dalam meningkatkan mutu pelayanan
pendidikan,
budaya bersih adalah kegiatan kebersihan sekolah dan kebersihan diri sendiri,
Kegiatan praktek ibadah adalah kegiatan keagamaan siswa yang dinilai oleh guru agama masing-masing,
PHBI dan Nasional adalah kegiatan hari besar keagamaan dan nasional,
melakukan Doa
sebelum/sesudah belajar dipimpin oleh kepala sekolah melalui pengeras
suara yang diletakkan di setiap kelas, Doa bersama juga dilakukan
sebelum pelaksanaan UNdan US bersama dengan seluruh orang tua siswa
kelas IX
Labs channel yaitu kegiatan siswa di jam istirahat dengan menjadi penyiar radio sekolah,
Labs TV yaitu kegiatan siswa yang meliput kegiatan sekolah dan merekamnya dalam televisi sekolah, Budaya disiplin dimana siswa tidak diperkenankan masuk kelas bila terlambat dan melakukan pelanggaran tata tertib sekolah,
budaya kerja keras, cerdas dan ikhlas adalah siswa dilatih menyelesaikan tugas-tugasnya dengan cepat, tepat waktu, dan berharap mendapatkan pahala dari Allah,
budaya Kreatif yaitu melatih siswa menciptakan inovasi sesuai bakat dan minatnya, Mandiri & bertanggung jawab
yaitu melatih siswa untuk bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain dan
bertanggung jawab penuh terhadap tugas yang diberikan guru,
Pentas Seni
(Pensi) melatih siswa melaksanakan kegiatan bernuansa seni baik kesenian
tradisonal maupun kesenian modern atau yang sedang ’ngetren’ saat ini,
Kunjungan museum yaitu mengenalkan kepada siswa tentang warisan budaya bangsa yang harus dilestarikan, Kunjungan Industri
yaitu mengenalkan siswa tentang kegiatan-kegiatan yang ada di industri
atau pabrik yang berkaitan dengan mata pelajaran sains dan ekonomi,
SAKSI (Studi dan
Apesiasi Kepemimpinan Siswa Indonesia) yaitu kegiatan kesiswaan yang
mengundang sekolah lain di Indonesia untuk bersama-sama berlatih
kepemimpinan dengan nara sumber dari KOSTRAD TNI AD di Pusat latihan
Perang Sangga Buana Karawang Jawa Barat,
Career Day yaitu
kegiatan yang mengarahkan siswa untuk menggapai cita-citanya dengan
mengundang beberapa tokoh yang sukses dalam meniti karirnya,
Ekstrakurikuler adalah
kegiatan non akademik yang memberi wadah /kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan kreatifitasnya sesuai dengan bakat dan minatnya
masing-masing (ada sekitar 34 jenis ekskul yang terangkum dalam buku
panduan ekskul), dan Sport and Art yaitu kegiatan seni dan olahraga antar kelas untuk unjuk gigi di hari Jum’at.
Dengan motto Iman, Ilmu, Amal, Kreatif dan Berprestasi
SMP Labschool Jakarta menjadi sekolah yang unggul dan berkualitas.
Banyaknya tamu yang datang berkunjung dari lembaga pendidikan di
berbagai daerah di Indonesia ke sekolah kami ( ± 4 lembaga) untuk
melakukan studi banding setiap bulannya, membuat kami agak merasa
tersanjung dan juga banyak belajar dari mereka dengan kunjungan balasan.
SMP Labschool Jakarta
sebagai sekolah favorit di masyarakat harus melaksanakan aktifitasnya
secara profesional dan bertanggung jawab. Profesional memiliki
pengertian bahwa sekolah melaksanakan tugas pokok
menyelenggarakan proses belajar mengajar dan manajemen yang baik.
Bertanggungjawab memiliki pengertian bahwa sekolah melaksanakan
pendidikan secara akuntabilitas kinerja/ dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat dan pemerintah.
Tuntutan sekolah yang
profesional membutuhkan pengelolaan yang tepat melalui pelaksanaan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Sebab dengan MBS, lembaga dapat
menginventarisir kekuatan-kekuatan dan kebutuhan-kebutuhannya, peluang,
hambatan, dan tantangan yang mungkin ada. Pendekatan ini sering disebut
dengan analisa SWOT, dari analisis tersebut akan tampak perbedaan karakteristik sebuah sekolah dengan sekolah lainnya. Karenanya, dalam konteks penerapan MBS, Sergiovanni menyarankan agar para pengambil kebijakan, para penilik, dan kepala sekolah menggunakan pendekatan budaya sekolah atau school culture approach.
Alasannya:
Pertama, pendekatan budaya lebih menitikberatkan faktor manusia di atas
faktor-faktor lainnya. Peran manusia amat sentral dalam suatu proses
perubahan berencana. Sesuai dengan pepatah man behind the gun,
manusia adalah faktor yang menentukan keberhasilan perubahan, bukan
struktur atau peraturan legal. Kedua, pendekatan budaya menekankan
pentingnya peran nilai dan keyakinan dalam diri manusia. Aspek ini
merupakan elemen yang sangat berpengaruh dalam membentuk sikap dan
perilaku. Karenanya, pendekatan budaya menomorsatukan transformasi nilai
dan keyakinan terlebih dahulu sebelum perubahan yang bersifat
legal-formal. Ketiga, pendekatan budaya memberikan penghormatan dan
penerimaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada. Sikap menerima dan
saling hormat akan menciptakan rasa saling percaya dan kebersamaan di
antara anggota organisasi. Rasa kebersamaan akan memunculkan kerja sama,
dan kerja sama akan mewujudkan sikap profesionalisme yang membawa
perubahan sehingga mengubah nilai-nilai lama yang menghambat dengan
nilai baru yang mendukung MBS.
Dengan kurikulum baru KTSP 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) membuat guru lebih aktif, kreatif, kompetitif, berinisiatif, independen
dan inovatif dalam menemukan dan mengembangkan kurikulum baru. Sekolah
diberi kebebasan dalam membuat program kerja oleh pemerintah melalui
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang merupakan salah satu dari delapan
standar nasional pendidikan sebagaimana tertuang dalam Bab II pasal 2
(1) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar
penilaian pendidikan.Sekolah
di Labschool telah memiliki sistem pengembangan budaya sekolah yang
terintegrasi dan terimplementasi dalam proses pembelajaran.
Sekolah juga telah melakukan
inovasi-inovasi kegiatan budaya sekolah dan terinventarisasikannya
budaya sekolah Labschool yang sesuai dengan nilai-nilai lokal, nasional, dan internasional.
Semuanya itu telah menyatu ke
dalam kegiatan akademik dan kegiatan kesiswaan melalui kegiatan yang
bersifat intrakurikuler dan ekstrakurikuler sehingga nantinya SMP
Labschool Jakarta akan menjadi Sekolah Bertarap Internasional (SBI) dengan membuka kelas bilingual yang telah berjalan beberapa tahun belakangan ini.
Pengelola sekolah membangun sebuah sistem yang di dalamnya mengutamakan kerjasama atau team work. Kesuksesan dibangun atas dasar kebersamaan dan bukan kerja satu orang kepala sekolah atau one man show.
Pimpinan sekolah atau kepala sekolah boleh datang silih berganti,
tetapi sistem akan terus berjalan mendampingi siapapun pemimpinnya.
Melalui budaya organisasi,
Labschool terus menata kembali status kelembagaan, struktur organisasi,
komitmen civitas akademika, aturan kepegawaian dan kesejahteraan,
penggunaan teknologi dengan menempatkan hot spot di tiap sudut sekolah
agar siswa dapat online ke internet melalui laptop pribadinya, sistem
pemeliharaan fasilitas yang berbasis ICT, pengembangan program dan
layanan pendidikan, dan sumber keuangan sekolah.
Suatu sekolah harus
dapat menciptakan budaya sekolahnya sendiri sebagai identitas diri, dan
juga sebagai rasa kebanggaan akan sekolahnya. Kegiatan tidak hanya
terfokus pada intrakurikuler, tetapi juga ekstrakurikuler yang dapat
mengembangkan kreativitas, bakat dan minat siswa. Selain itu, dalam
menciptakan budaya sekolah yang kokoh, kita hendaknya juga berpedoman
pada misi dan visi sekolah yang tidak hanya mencerdaskan otak saja, tetapi juga watak siswa
yang selalu disampaikan oleh tokoh pendidikan Indonesia Bapak Arief
Rachman, serta mengacu pada 4 tingkatan kecerdasan yaitu : kecerdasan intektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan rohani (SQ) dan kecerdasan sosial (EC).
Budaya sekolah harus
dapat mencakup akademik, nonakademik, kerohanian, kesenian,
keolahragaan, dan kemasyarakatan. Guru, orang tua, dan siswa harus
menyatu menjadi tree in one yang memiliki tugas dan komitmen
bersama untuk menggali dan menyuburkan budaya sekolah agar tetap eksis
dan mencapai kesempurnaan. Budaya sekolah akan subur bila orang tua
siswa dilibatkan dalam menjunjang kegiatan kesiswaan. Melalui kegiatan Indonesian Parenting Forum,
orang tua diberi kesempatan melakukan kegiatan sekolah. Karena kegiatan
inilah Mendiknas, Bambang Sudibyo mau meluangkan waktunya membuka
Seminar nasional yang diselenggarakan oleh POMG SMP Labschool Jakarta
pada 12 Mei 2007 di Shangrila Hotel Jakarta.
Kegiatan POMG telah menjadi budaya
sekolah yang kental dan didukung penuh oleh pimpinan sekolah. Hasilnya,
POMG dapat mengumrohkan para guru ke tanah suci Mekah, Rekreasi guru
dan keluarga, Studi banding ke sekolah di luar negeri, mengkreditkan
laptop tanpa bunga kepada guru, dan lain-lain yang sangat menunjang
untuk kesejahteraan para guru.
Tanpa peran dari POMG, sekolah
akan terasa seperti sayur tanpa garam. Namun demikian, kegiatan POMG
tetap berjalan dalam koridor tidak ’mengobok-obok’ kurikulum sekolah
yang telah dibuat oleh sekolah dan pengurus yayasan pembina Universitas
Negeri Jakarta.
Keterlibatan
orang tua dalam menunjang kegiatan akademik dan kesiswaan, keteladan
guru, dan prestasi siswa adalah tiga hal yang menyuburkan budaya
sekolah.
Dari mulai masuk di kelas tujuh,
para siswa sudah dibekali dengan kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS).
Portofolio siswa sudah terekam dengan rapi dari mulai masuk hingga pada
saat keluar dan lulus dari sekolah. Siswa terus dibekali dengan kegiatan
Buku Tahunan dan Pelepasan lulusan kelas sembilan yang memotret tentang
portofolionya selama belajar di SMP Labschool Jakarta.
Kegiatan-kegiatan itu telah menjadi budaya sekolah yang tetap eksis dan
menjadi gengsi tersendiri dalam suatu sistem yang utuh (komprehensif)
melalui indikator yang jelas, sehingga karakter atau watak siswa SMP
Labschool Jakarta dapat terpotret secara optimal melalui
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh sekolah. Kegiatan itu telah
menjadi budaya dan berpengaruh dalam perkembangan siswa selama sekolah
di SMP Labschool Jakarta.
Karena budaya sekolah
itulah yang tertanam di hati para siswa. Hampir bisa dikatakan seratus
persen sekolah kami jauh dari narkoba, merokok, minuman keras, tawuran
antar pelajar, dan ’penyakit kenakalan pelajar lainnya. Sekolah kami
menjadi contoh dan teladan bagi sekolah lainnya dalam mengembangkan
budaya sekolahnya. Siswa terbaik akan terukir namanya dalam batu
prasasti yang selalu diperebutkan sampai dengan angkatan kelima belas.
Alumni SMP labschool Jakarta selalu menyebar ke sekolah-sekolah SMA
favorit papan atas.Lingkungan
pendidikan yang harmonis dalam suasana kekeluargaan merupakan faktor
yang mendukung terselenggaranya kegiatan belajar mengajar yang baik.
Sebab dengan lingkungan yang aman dan nyaman serta bersahabat siswa akan
tenang dalam belajar. Salah satu usaha menciptakan keharmonisan
tersebuat adalah dengan budaya salam yang kental tanpa membedakan Suku,
Agama, dan Antar Golongan (SARA) sehingga terbangun tata krama yang
sistematik dan dapat membangun akhlaqul karimah yang dicontohkan oleh
nabi Muhammad SAW. C.
Penutup
Budaya
sekolah yang harus diciptakan selain hal-hal tersebut di atas adalah
budaya unggul dan mampu bersaing di dunia global. Memiliki daya juang
yang tinggi, tanpa kehilangan jati diri suatu bangsa, dan tak mengenal
kata ’putus asa’. Sekolah harus dapat melestarikan budaya lokal dengan
tetap mengikuti tren budaya global yang berkembang, misalnya bahasa
daerah, gamelan, dan tarian tradisional perlu dilestarikan sebagai
warisan budaya bangsa. Tetapi tidak dapat kita pungkiri pula bahwa
penguasaan bahasa asing, band, dan modern dance harus juga dipelajari
sebagai budaya global yang disukai remaja saat ini.Karena
itu, nuansa religius di sekolah dengan pelaksanaan tadarus dan
kebaktian sebelum pembelajaran dilaksanakan harus dijadikan aktivitas
rutin di hari Senin dan Kamis. Membudayakan salam dan saling menegur
dengan bahasa yang ramah harus menjadi fenomena yang biasa.
Budaya keteladanan, kedisiplinan, dan kerja sama, baik orang tua, guru,
dan siswa harus terus dikembangkan dan memiliki tanggung jawab untuk
memajukan sekolah.
Melalui kegiatan Persatuan Orang
Tua Murid dan Guru (POMG) atau komite sekolah, para orang tua telah
diberikan kesempatan untuk berperan membantu program-program yang dibuat
oleh sekolah sehingga dapat membawa nama baik sekolah di masyarakat.
Rendahnya mutu pendidikan kita saat ini disebabkan oleh lemahnya
komitmen warga sekolah dalam mewujudkan budaya sekolah dan kurangnya
pemahaman masyarakat terhadap pendidikan sehingga akan berdampak pada
rendahnya peran serta dan partisipasi masyarakat terhadap pendidikan
baik secara moril maupun materiil.Kredibilitas sekolah di mata masyarakat, akuntabilitas kinerja sekolah, dan sigma
kepuasan orang tua siswa harus sudah terbentuk, sehingga membawa
sekolah memiliki budaya sekolah yang tetap eksis. Bertakwa, kreatif,
disiplin, lima hari belajar, fleksibel, toleransi, kerja keras, mandiri,
dan jujur adalah contoh sebagian budaya sekolah yang telah diciptakan.
Guru, orang tua, dan siswa harus dapat bekerja sama menciptakan budaya
sekolah yang tetap eksis di tengah era derasnya globalisasi dan pesatnya
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.
Budaya
sekolah terbentuk dari eratnya kegiatan akademik dan kesiswaan, seperti
mata uang logam yang tak dapat dipisahkan. Melalui kegiatan
ekstrakurikuler yang beragam dalam bidang keilmuan, keolahragaan, dan
kesenian membuat siswa dapat menyalurkan minat dan bakatnya
masing-masing. Mempunyai integritas, menjunjung kejujuran, dan memiliki
potensi unggul tanpa kehilangan jati diri. Budaya
sekolah dapat dimulai dari hal kecil seperti penataan kelas dan ruang
guru, serta pemasangan hasil karya siswa, foto-foto, dan moto. Penataan
tempat duduk siswa yang berpusat pada guru harus diubah menjadi tempat
duduk yang mendorong interaksi antarsiswa sehingga mereka dapat belajar
dengan aktif, kreatif, dan menyenangkan. Hasil karya siswa yang berupa
gambar, karangan, puisi, dan kerajinan harus dipasang di ruangan kelas
dan tempat-tempat terbuka di sekolah untuk mendorong kebanggaan
berprestasi. Nama-nama siswa berprestasi ditulis diprasasti sekolah.
Foto-foto ilmuwan serta karya-karyanya perlu juga dipajang guna
merangsang motivasi belajar siswa. Sekarang ini, keunggulan suatu sekolah tidak ditentukan oleh besar kecilnya dana yang tersedia, tetapi lebih pada komitmen dan dedikasi para guru juga peran serta orang tua dalam memajukan sekolah dan dapat menciptakan budaya sekolah yang tetap eksis dengan terus membangun kredibilitas dan akuntabilitas kinerja, sehingga melahirkan sigma kepuasan di kalangan masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
DAFTAR ACUAN
- http://www.depdiknas.go.id/
- http://www.kompas.co.id/
- http://www.republika.co.id/
- http://www.mediaindonesia.co.id/
- Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi. 3- cetakan.1. – Jakarta : Balai Pustaka 2001
- Makalah Seminar Nasional, Arief Rachman, 2007, Peran Orang tua dalam Mempersiapkan Remaja Menuju Masa depan Sukses, Jakarta, 12 Mei 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar