PENDAHULUAN
Para
orientalis barat sejak abad pertengahan baik penulis atau sastrawan
telah sepakat dalammemberikan sifat Nabi Muhammad dengan tuduhan dusta
belaka. Tuduhan itu berkisar bahwa Rasulullah adalah mengada-ada wahyu,
pengarang dan pendiri Islam. Bahkan mereka sepakat menisbatkan Islam
kepada beliau dengan menamakannya Muhammadisme.
PEMBAHASAN
Pengertian
orientalis adalah ; faham yang keinginan menyelidiki hal-hal yang
berkaitan dengan bangsa timur dan lainnya, faham ini terfokus ke-dunia
Islam. Dengan demikian para orientalis mempunyai harapan dalam mengkaji
biografi Nabi Muhammad seperti merebetnya tuduhan dusta, dan pernah
mempunyai julukan sebagai ahli sihir, kekerasan, menyiarkan agama dengan
pedang.[1]
Seorang
orientalis barat mengatakan bahwa kehidupan Nabi Muhammad hanya
berkisar tentang menikahi seorang janda kaya raya. Mengidap penyakit
ayan dan belajar dari agama Nasrani. Dengan demikian pendapat orientalis
barat tersebut sukar dipercaya kebenarannya.
Kemudian para pertengahan abad ke lima
belas para nasionaris tidak merasa puas hanya dengan memusuhi dan
mengotori citra Islam. Maka mereka berusaha semaksimal mungkin untuk
memurtadkan kaum muslimin sehingga menjadi penganut nasrani secara
massal, mereka merasa yakin bahwasanya usaha misionaris berjalan
berpuluh-puluh tahun lamanya tidak akan mengobati luka akibat dari
perang salib.[2]
Pada
tahun 1697 M diterbitkan Ensiklopedia di Perancis semacam sejarah
orientalisme yang ia beri nama Bibliografi The Qua Oriental. Buku ini
merupakan buku penting sebagai rujukan bangsa Eropa dalam mengkaji
tentang ketimuran. Bahkan hingga akhir abad 19 merupakan hasil karya
yang sangat berharga dan sangat dibanggakan bangsa Eropa pada umumnya
serta kaum orientalis pada khususnya.
Dalam
buku ini sejarah umat manusia dibagi menjadi dua bagian, pertama
sebagai sejarah suci, terdiri dari sejarah bangsa yunani dan Nasrani,
kemudian bagian kedua sebagai sejarah tidak suci (kotor) hanya berupa
sejarah umat Islam dan perjalanannya.
Lebih
jauh dalam buku ini dikisahkan bahwa Nabi Muhammad mereka menuliskan
inilah pendusta paling masyhur (yakni Muhammad0 dialah pendiri agama
yang dinamakan Muhammadisme.
Sesungguhnya
para ahli tafsir Qur’an dari umumnya para ulama telah berlebihan dalam
memuji pendusta yang mengaku Nabi itu. Mereka telah menambah-nambahi
sifat terpuji kepadanya melebihi fanatik pengikut Masehi Isa al-Masih.
Bahkan dari mereka ada yang memujinya dengan memberikan sifat ketuhanan
padanya.
Fakta
yang lainnya pada abad pertengahan muncul seorang pendeta atau Uskup
Agung dan orientalis masehi yang bernama Tomas Alluinas, yaitu tahun
1226 M sampai dengan tahun 1274 M. Ia mengatakan Islam adalah agama
orang-orang yang murtad dari Nasrani. Ajarannya hanya berisikan syahwati. Mencampur adukkan kebenaran dengan dongeng lama serta ajaran sesat.
Dan
kenabian Muhammad tidak pernah dikuatkan oleh satu mukjizat dan
sahabatnya (sahabat Nabi tidak pernah mempunyai atau mendapat mu’jizat
dari Tuhan) yang mengetahui hakekat teologi atau ketuhanan, bahkan
perilaku mereka itu cenderung ganas dan keras. Muhammad dapat menghimpun
kekuatan yang begitu hanya dengan militer.[3]
Kasus
semacam ini banyak dilakukan oleh para orientalis barat pada abad kedua
belas dan seterusnya apabila ditambah dalam ungkapan dan lagu seperti
diungkapkan oleh Chonson De Rold dalam sebuah lagunya dimana digunakan
bahwasanya umat muslim adalah penyembah berhala yang mentuhankan
Muhammad.[4]
Bahkan
ada orientalis pada abad kedua belas yang bernama George Sabe
mengatakan Muhammad tidak lain dan tidak bukan adalah pengarang Qur’an
(perancangnya0 dibantu orang lain ini adalah masalah yang tidak
diragukan lagi dan telah disepakati semua orang, karena tidak adanya
protes atau usulan dari sahabatnya.
Para
orientalis telah banyak mengambil sikap mendustakan dan mengingkari
kebenaran Islam dengan bentuk beraneka ragam, yang paling menonjol dan
paling diandalkan serta yang paling sering dikumandangkan adalah
kebohongan dan dakwaan tentang sumber datangnya risalah (yakni wahyu)
dan juga pribadi Rasulullah Saw.
Pada
semua prinsipnya tuduhan dan dakwaan itu tertuju pada satu pokok, yaitu
tuduhan bahwasanya al-Qur’an itu bukan wahyu Illahi dan nabi Muhammad
Saw bukan seorang Rasulullah Saw, maksudnya adalah Muhammad adalah
seorang pendusta dan Qur’an tidak lain adalah bikinan dia sendiri. Yang
berarti Qur’an buatan manusia biasa yaitu Rasulullah Muhammad Saw.
Pada
prinsipnya para orientalis mengenai Nabi Muhammad Saw dalam kaitannya
dengan dakwaan ini, banyak sekali penafsiran orang kafir atau orientalis
tentang masalah wahyu. Mereka mengatakan bahwa semua wahyu itu tidak
lain hanyalah angan-angan dan impian dari Muhammad. Dan juga para
orientalis menganggap sebagai mantera dukun, ucapan penyair, kata-kata
syaitan. Menganggapnya sebagai ucapan Muhammad dan seperti ucapan
manusia biasa para orientalis mengatakan wahyu yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad yaitu al-Qur’an al-Karim merupakan dongeng dan cerita
lama, serta mereka mengatakan bahwa wahyu yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad hanyalah omong kosong belaka.[5]
Semua
dakwaan dan penafsiran para orientalis dan kaum kafir telah diungkapkan
dan telah dibeberkan oleh Allah SWT di dalam al-Qur’an surat al-Mubatsir ayat 24-25 kemudian surat al-Ambiyak ayat 5.
Perlu diketahui bahwasanya Salman Rusidi penulis buku “Ayat-ayat Syaitan”
yang telah belajar Islam dari para orientalis, dari Universitas
Lambudge. Ia mengatakan ide ceritanya dari hasil pemahaman terhadap
dakwaan tadi dan begitulah kesamaan dakwaan dan tuduhan yang dilanturkan
kaum orientalis terhadap al-Qur’an al-Karim dan baginda Rasulullah
Muhammad Saw.
Tuduhan
mereka bahwasanya Rasulullah Saw adalah seorang yang berpredikat gila.
Dalam tuduhan ini mereka para orientalis banyak menggunakan cara yang
beraneka ragam. Ada pula yang mengatakan bahwasanya Nabi Muhammad mengidap penyakit ayan. Ada pula yang mengatakan bahwasanya
Nabi Muhammad tertempa hestenia. Bahkan ada yang menyamakan dan
mengidentikkan Rasulullah Saw dengan para tokoh aneh, yang sangat
terkenal masyarakat seperti Napoleon dan Hiller.
Tuduhan
dan dakwaan bahwa Nabi Muhammad telah mempelajari ilmu yang telah
dimilikinya itu dari orang lain. Berdasarkan atas seseorang laki-laki
yang beragamakan Nasrani dari Ajam (non Arab) yang tidak dapat berbicara
dengan bahasa Arab.
Akan
tetapi para kaum orientalis juga selalu berpendapat bahwasanya
al-Qur’an itu bersumber dari referensi-referensi dari agama Yahudi dan
Nasrani. Baik yang dibawa para saudagar dan kafilah Yahudi dan Nasrani.
Ataupun lewat hubungan bertetangga, ketika Nabi berada di Madinah,
bahkan mengambil langsung dari kitab suci Injil dan Taurat.[6]
Dengan
demikian mereka menganggap bahwasanya Rasulullah orang yang pandai
membaca dan menulis, bukan orang yang buta huruf. Al-Qur’an telah
menjelaskan bahwasanya Rasulullah yang dituduh oleh para orientalis
bukanlah merupakan masalah yang baru dalam sepanjang perjalanan untuk
menyebarluaskan risalah Islam.
Semua
tuduhan itu tidak hanya ditujukan atau dituduhkan kepada Nabi Muhammad
saja. Tetapi kepada rasul-rasul yang diutus oleh Allah sebelum Nabi
Muhammad. Orang-orang kafir itulah yang telah mengestafetkan tuduhan
tadi dari generasi kegenerasi berikutnya seolah-olah telah mewariskan
sesuatu yang sangat berharga dan yang harus diterima oleh para cucu dan
keturunannya.
Ada
kesamaan yang sangat nyata dalam tuduhan tersebut tadi pada setiap masa
dalam semua prinsipnya. Sebab memang ada unsur kesamaan jiwa antara
satu generasi kegenerasi dan menolak mengikuti petunjuk Illahi karena
itu para generasi berikutnya terus mengumandangkan apa yang didakwakan
oleh para nenek moyangnya.
Tidaklah
diragukan bahwasanya sikap seperti ini akan terus dikembangkan lebih
jauh lagi dalam gambaran yang baru serta lebih bahaya lagi tentunya dari
segi politik dan ilmu pengetahuan. Sikap memusuhi risalah Islam,
pengingkaran terhadap ajaran-ajaran Islam dan mendustakan Rasulullah.
Dengan
adanya sikap yang sedemikian rupa kaum orientalis bertujuan untuk
menggoyahkan dan menumbuhkan keraguan bagi kaum muslimin dalam mengimani
Islam dan tujuan yang kedua tidak lain adalah untuk menggerogoti agama
Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw., yang lebih cenderung ke
teks-teks yang ada. Dengan demikian perlu diketahui bahwasanya para
orientalis hanya bertujuan merongrong agama Islam tidak mengutamakan
bukti-bukti yang riil, dan tidak mau menyelidiki perubahan yang terjadi.
KESIMPULAN
Dengan
demikian dapat disimpulkan dan diperjelas bahwa kaum orientalis dengan
adanya biografi Nabi Muhammad, mereka menyikapi sampai sedemikian rupa.
Dalam memusuhi Islam pada hakekatnya target mereka yaitu mencegah
sampainya kebaikan (Islam) kepada umat Islam, dan berusaha memurtadkan
mereka dari Islam.
[1] Abdul Hamid, Menyikapi Tabir Orientalisme, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993, hlm. 52
[2] Abdul Hasan, Islam dan Barat, Bandung: Al-Ma’arif, tth, hlm. 74
[3] Taufik Hidayah, Khasanah Intelektual, Bandung: Mizan, 1989, hlm. 36
[4] Abu Hamid, op. cit., hlm. 26
[5] Op. cit., hlm. 31
Tidak ada komentar:
Posting Komentar