I. PENDAHULUAN
Kesehatan
mental merupakan keinginan wajar bagi setiap manusia seutuhnya, tapi
tidaklah mudah mendapatkan kesehatan jiwa seperti itu. Perlu
pembelajaran tingkah laku, pencegahan yang dimulai secara dini untuk
mendapatkan hasil yang dituju oleh manusia.
Untuk
menelusurinya diperlukan keterbukaan psikis manusia ataupun suatu
penelitian secara langsung atau tidak langsung pada manusia yang
menderita gangguan jiwa.
Pada dasarnya untuk mencapai manusia dalam segala hal diperlukan psikis yang sehat.[1] Sehingga dapat berjalan menurut tujuan manusia itu diciptakan secara normal.
II. PERMASALAHAN
Sampai sejauh mana manusia digerogoti gangguan jiwa dan bagaimana manusia itu melakukan proses penanganan.
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan Mental
Istilah “kesehatan mental” diambil dari konsep mental hygiene.
Kata “mental” diambil dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan
psyche dalam bahas latin yang artinya psikis, jiwa atau kejiwaan.[2]
Kesehatan
mental merupakan bagian dari psikologi agama, terus berkembang dengan
pesat. Hal ini tidak terlepas dari kondisi masyarakat yang membutuhkan
jawaban atas berbagai permasalahan yang melingkupinya.
B. Dimensi Psikologis Kesehatan Mental
Aspek
psikis manusia pada dasarnya merupakan satu kesatuan dengan sistem
biologis, sebagai sub sistem dari eksistensi manusia, maka aspek psikis
selalu berinteraksi dengan keseluruhan aspek kemanusiaan. Karena itulah
aspek psikis tidak dapat dipisahkan untuk melihat sis jiwa manusia.[3]
Ada beberapa aspek psikis yang turut berpengaruh terhadap kesehatan mental, antara lain :
1. Pengalaman awal
Pengalaman
awal merupakan segenap pengalaman-pengalaman yang terjadi pada individu
terutama yang terjadi di masa lalunya. Pengalaman awal ini adalah
merupakan bagian penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi
mental individu di kemudian hari.
2. Kebutuhan
Pemenuhan
kebutuhan dapat meningkatkan kesehatan mental seseorang. Orang yang
telah mencapai kebutuhan aktualisasi yaitu orang yang mengeksploitasi
dan segenap kemampuan bakat, ketrampilannya sepenuhnya, akan mencapai
tingkatan apa yang disebut dengan tingkatan pengalaman puncak.
Dalam
berbagai penelitian ditemukan bahwa orang-orang yang mengalami gangguan
mental, disebabkan oleh ketidakmampuan individu memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan yang dimaksud di sini adalah kebutuhan
dasar yang tersusun secara hirarki.[4]
Kebutuhan biologis, kebutuhan rasa aman, meliputi kebutuhan dicintai,
kebutuhan harga diri, pengetahuan, keindahan dan kebutuhan aktualisasi
diri.
C. Gangguan dan Penyakit Jiwa
1. Psikosomatik
Adalah
penderita yang menemukan kelainan-kelainan atau keluhan. Pada tubuhnya
yang disebabkan oleh faktor-faktor emosional melalui syarat yang
menimbulkan perubahan yang tidak mudah pulihnya, misalnya : sulit tidur
jika banyak masalah, hilang nafsu makan, makan berlebihan.
2. Kelainan kepribadian
Penderita sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Misalnya orang suka meledak emosinya.
3. Retardasi mental
Adalah keterbelakangan atau keterlambatan perkembangan jiwa seseorang.
Contoh dalam memahami sesuatu ilmu pengetahuan yang baru di dapat atau kata-kata baru, cara pemahamannya terlalu lama.
4. Rasionalisasi
Dimana
penderita sering memutarbalikkan fakta yang bersangkutan dengan ego
individunya sendiri atau dalam arti lain memutarbalikkan hati nuraninya
sendiri yang mengakibatkan kepercayaan diri hilang.
5. Neurosis
Adalah
gangguan jiwa yang penderitanya masih dalam keadaan sadar, dengan
melalui ketidakberesan tingkah laku, susunan syaraf juga karena sikap
seseorang terhadap orang lain.
Ciri-ciri
neurosis meliputi : sering adanya konflik, reaksi kecemasan, kerusakan
aspek-aspek kepribadian, phobia, gangguan pencernaan.
Seseorang
yang terkena neurosis mengetahui bahwasanya bahwa jiwanya terganggu,
baik disebabkan gangguan jasmani dan jiwanya sendiri.
6. Psikosis
Pada psikosis ini penderita sudah tidak dapat menyadari apa penyakitnya, karena sudah menyerang seluruh keadaan netral jiwanya.
Ciri-cirinya meliputi :
v Disorganisasi proses pemikiran
v Gangguan emosional
v Disorientasi waktu, ruang
v Sering atau terus berhalusinasi
D. Terapi Gangguan Jiwa
Terapi
di sini mengandung arti proses penyembuhan dan pemulihan jiwa yang
benar-benar sehat. Di antaranya terapi-terapi yang digunakan meliputi
beberapa bentuk :
a. Terapi
holistic, yaitu terapi yang tidak hanya menggunakan obat dan ditujukan
kepada gangguan jiwanya saja, dalam arti lain terapi ini mengobati
pasien secara menyeluruh
b. Psikoterapi keagamaan, yaitu terapi yang diberikan dengan kembali mempelajari dan mengamalkan ajaran agama
c. Farmakoterapi,
yaitu terapi dengan menggunakan obat. Terapi ini biasanya diberikan
oleh dokter dengan memberikan resep obat pada pasien.
d. Terapi
perilaku, yaitu terapi yang dimaksudkan agar pasien berubah baik sikap
maupun perilakunya terhadap obyek atau situasi yang menakutkan. Secara
bertahap pasien dibimbing dan dilatih untuk menghadapi berbagai objek
atau situasi yang menimbulkan rasa panik dan takut. Sebelum melakukan
terapi ini diberikan psikoterapi untuk memperkuat kepercayaan diri.
IV. KESIMPULAN
Kesehatan
mental merupakan faktor terpenting untuk menjalankan kehidupan manusia
secara normal. Psikis manusia jika tidak dijaga akan menimbulkan suatu
gangguan jiwa yang lambat laun dibiarkan akan menjadi suatu beban yang
berat bagi penderitanya. Di antara gangguan psikis meliputi
psikosomatik, kelainan kepribadian, retardasi mental, rasionalisasi,
neurosis, dan psikosis, yang dari gangguan jiwa itu disebabkan karena
ada faktor yang mempengaruhinya meliputi pengalaman awal, proses
pembelajaran, dan kebutuhan. Dengan adanya gangguan jiwa karena pengaruh
tersebut dibutuhkan terapi penyembuhan sampai manusia dinyatakan
benar-benar sehat baik jasmani maupun psikisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, Global Pustaka Utama, Yogyakarta, 2001, cet.ke-1.
Moeljono Notosoedirjo, Latipun, Kesehatan Mental, Universitas Muhammadiyah Malang, 2000.
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, PT. Bulan Bintang, Bandung, 1986, cet ke-7.
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, cet. ke-1.
[1] Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, PT. Bulan Bintang, Bandung, 1986, cet ke-7, hal. 75
[2] Moeljono Notosoedirjo, Latipun, Kesehatan Mental, Universitas Muhammadiyah Malang, 2000, hal. 23
[3] Sururin, Ilmu Jiwa Agama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, cet. ke-1, hal. 153
Mirisnya isu kesehatan mental masih melekat stigma negatif bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, jadi bagi yang mengalami penyakit mental merasa minder saat mau menggunakan layanan kesehatan mental. Tapi katanya dengan membaca artikel psikoedukasi secara intensif mampu menurunkan stigma sosial dan pribadi yang disematkan pada pengguna layanan kesehatan mental secara signifikan. Ini penelitiannya.
BalasHapus