A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam
pandangan islam,orang yang paling bertanggung jawab dalam perkembangan
anak adalah orang tua,anak adalah bagian aset orang tua yang terpenting
yang harus dirawat dan dijaga selama-lamanya.agama islam juga memandang
pendidikan memiliki pengaruh yang besar dalam mengembangkan dan mengubah
diri manusia.untuk itu, kewajiban terpenting bagi orang tua terhadap
anaknya adalah pendidikan,hal ini melibatkan beragam usaha dalam
pengertian bahwa seluruh sikap dan tingkah laku orang tua harus
diarahkan untuk memberikan pendidikan kepada anak secara tepat dan
benar.jadi, anak adalah merupakan wujud dari sikap dan prilaku orang
tua,namun bila orang tua tidak ada waktu dalam memberikan pendidikan
kepada anaknya,maka wajiblah orang tua memasrahkan kapada orang lain
untuk mendidik anaknya,dalam hal ini adalah guru.
Dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 3(tiga) komponen yang tidak
dapat dipisahkan diantara pendidikan bagi anak,yaitu Murid, Guru, dan
orang tua. Dikatakan bahwa guru adalah Abu al-ruh atau abu fi ad-din bagi murid. Sedangkan orang tua adalah Abu al jasad
bagi murid itu sendiri. Artinya bila seorang murid hendak mendapatkan
ilmu manfaat derajat kemuliaan diakhirat, maka hendaknya berbakti
sepenuhnya kepada guru,dan bila hendak mendapatkan kelapangan rizki maka
hendaknya berbaktilah sepenuhnya kepada orang tua.[1]
Guru
adalah wakil dari orang tua,yang telah memasrahkan kepadanya dan juga
merupakan faktor terpenting atas berhasil dan tidaknya murid dalam
menekuni pendidikannya,karenanya guru juga ikut bertanggung jawab dalam
mengoptimalkan upaya perkembangan seluruh potensi murid,baik potensi
kognitif,psikomotorik, maupun afektif. Sesuai dengan nilai-nilai islam.
Sehingga selain sebagai pengajar, guru juga sebagai pendidik yang
bertugas sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar
mengajar, sehingga seluruh potensi murid dapat teraktualisasikan secara
baik dan dinamis.[2]
Islam sangat menghormati dan menghargai orang-oramg yang mengemban amanat dalam nasyri ilmi,dalam
hal ini adalah guru, karena guru harus mampu dan berusaha sekuat tenaga
dalam mencapai keberhasilan anak didiknya yang beriman menurut
ukuran-ukuran moral dan etis. Selain guru, murid juga merupakan faktor
penting dalam dunia pendidikan, tanpa murid maka tidak akan terlaksana
proses pendidikan. Banyak terjadi pada masa lalu,alur dari pengembaraan
pencarian ilmu yang tidak dapat dirasakan apalagi diserap dan diamalkan,
hanya karena tidak tahu jalan untuk mendapatkan ilmu tersebut dan salah
satu jalan untuk mendapatkan sebuah ilmu adalah membina hubungan,
terlebih dalam adap dan tata krama antara murid dan guru.
Etika
atau adap maupun tata krama adalah istilah yang sama, untuk dipahami
dan diresapi juga diamalkan oleh murid terhadap gurunya dan guru
terhadap muridnya, apalagi di era globalisasi ilmu pengetahuan dan
tehnologi berkembang sangat cepat dan hal ini juga menimbulkan
perubahan-perubahan yang sangat cepat pula, dimana banyak dampak negatif
terhadap murid, yang dalam hal ini murid sudah berani meninggalkan
etika terhadap gurunya. Satu contoh murid sudah berani menyamakan guru
pada posisi temannya dan banyak murid yang meremehkan gurunya.
Sebaliknya pada masa sekarang tidak sedikit guru yang memberika hukuman
terhadap muridnya, berbuat tidak senonoh dan sebagainya, padahal bila
guru kencing sambil berdiri, maka murid akan kencing sambil berlari dan
yang perlu kita ingat bahwa guru harus dapat digugu dan ditiru.[3]
Untuk
itu seorang guru harus dapat melaksanakan wadzifahnya dengan baik,
selain penguasaan bahan dan materi seorang guru harus dapat dibuat
contoh dan suri tauladan anak didiknya. Atas dasar tersebut banyak ahli
pikir salaf membahas tentang etika murid dan guru dalam mencapai
kesuksesan pembelajaran. Salah satunya Hujjah Al-Islam Imam Ghozali dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin.
Dalam konteks ini, maka mencernati, memahami, dan mengevaluasi
pemikiran al-Ghozali tentang adap murid dan guru adalah menarik untuk
dibahas.
B. PENEGASAN ISTILAH
Agar
dapat dipahami dengan baik dan tidak mengaburkan pembahasan, maka
kiranya penulis berikan batasan dan penegasan istilah yang akan dipakai
dalam skripsi tentang pemikiran Al-Ghozali tentang Adap Murid dan Guru
Dalam Kitab Ihya’ Al-Ulumuddin juz I.
1. Al-Ghozali
Al-Ghozali adalah salah satu ulama’ klasik yang hidup antara tahun 450-505 / 1058 – 1111 M. Beliau mempunyai nama lengkap Al-Imam
Zainuddin Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad Bin Muhammad Al-Ghozali
Ath-Thusi An-Naisaburi Al Faqih Ash-Shufi Asy-Syafi’ Al-Asy’ari.[4]
2. Adap Murid
Dalam kamus bahasa Indonesia terbaru, Adab adalah kesopanan.[5]
Sedangkan yang dimaksud adap murid disini adalah etika atau yang harus
dimiliki oleh seorang murid atau siswa peserta didik yang menimba
ilmu-ilmu agama atau yang belajar di lembaga-lembaga pendidikan islam.
3. Guru
Dalam bahasa indonesia terbaru, guru adalah orang yang kerjanya mengajar.[6] Sdangkan yang dimaksud guru disini adalah orang yang mengajar ilmu-ilmu agama islam di lembaga-lembaga pendidikan islam.
4. Kitab Ihya’ Al-Ulumuddin
Adalah salah satu kitab karya imam Al-Ghozali, yang menjelaskan beberapa hal , antara lain hal ibadah, adab mu’amalat, ilmu, munjiyat, hikmah, pendidiksn dan yang lainya secara lengkap.[7]
Jadi yang penulis maksud dengan judul “konsepsi Al-Ghozali Tentang Adap Murid dan guru dalam kitab ihya’ ulumuddin juz I” adalah etika seorang guru dan murid dalam proses
belajar mengajar.dimana keberhasilan suatu pembelajaran itu tergantung
bagaimana membina hubungan antara guru dan murid, terlebih terhadap adap
dan tata krama diantara keduanya, maka hal ini akan ditemukan gambaran
secara utuh dan komprehensif tentang konsep dan pemikiran Al-Ghozali
berkaitan dengan adap murid dan guru dalam proses belajar mengajar
tersebut dalam kitab karangannya yaitu kitab ihya’ ulumuddin.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
uraian diatas, maka pokok masalah yang mucul adalah sejauh mana
hubungan murid dan guru hingga dapat menghasilkan ilmu yang dapat
dirasakan dan dinikmati baik di dunia maupun di akhirat, juga oleh guru
dalam mentransfer ilmu dapat diterima murid dengan baik ,hingga dapat
mengamalkannya. Menurut Imam Ghozali, untuk mencapai jawaban atas pokok
masalah tersebut, maka pertanyaan dibawah ini perlu diangkat sebagai
sarana untuk menjawab pokok masalah tersebut, yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep adap murid menurutimam Al-Ghozali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin juz 1?
2. Bagaimana konsep adab guru menurut imam Al-Ghozali Ihya’ Ulumuddin Juz 1?
3. Apa
relevansi konsep adap murid dan guru dalam pencapaian belajar mengajar
dewasa ini di indonesia, terutama dalam nilai-nilai adab ?
D. TUJUAN PENELITIAN
Adapun yang menjadi tujuan penelitan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memahami konsep adap murid menrut Al-Ghozali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin juz 1.
2. Untuk memahami konsep adap guru menurut Al-Ghozali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin juz 1.
3. Untuk menemukan relevansi konsep adap murid dan guru menurut al-Ghozali dengan pendiikan adap di indonesia saat ini.
E. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat atau kegunaannya,anatara lain :
1. Secara teoritik, dapat menyumbangkan khazanah intelektual islam khususnya dalam pendidikan islam
2. Secara
praktis, dapat memberi wawasan dan pedoman bagi para peserta didik,
baik murid maupun guru dalam rangka mencari pola hubungan yang ideal
berbasis adab islami.
F. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah :
1. Jenis dan pendekatan penelitian
Jenis penelitian ini merupakan library research
(penelitian pustaka), yaitu suatu uasaha untuk memperoleh data atau
informasi yang diperlukan serta menganalisis suatu permasalahan melalui
sumber-sumber kepustakaan, penulis menggunakan study kepustakaan atau library research
ini dimaksudkan untuk memperoleh dan menela’ah teori-teori yang
berhubungan dengan topik dan sekaligus dijadikan sebagai landasan teori.[8]
Sebagai
penelitian yang bercorak analisis kritis terhadap pemikiran seorang
tokoh, maka penelitian ini menggunakan pendekatan historis atau
pendekatan sejarah, yaitu penyelidikan yang kritis terhadap
keadaan-keadaan, perkembangan-perkembagan, serta pengalaman dimasa
lampau dan menimbang secara cukup teliti dan hati-hati tentang bukti
validitas dari sumber sejarah serta interpretasi dari sumber-sumber
keterangan tersebut,[9] sehingga setting sosial intelektual dimana ia hidup (dalam hal ini pemikiran Al-Ghozali tentang adap murid dan guru ) menjadi faktor penting dalam penelitian ini.
2. Sumber data
Jenis
penelitian ini adalah library research (penelitian pustaka), maka data
yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka adalah berupa sumber data primer
dan sumber data sekunder, yaitu sebagai berikut :
a. Sumber data primer
data
primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian
dengan menggunakan alat pengambilan data langsung pada subjek informasi
yang di cari.[10]
sumber data primer dalam penelitian ini meliputi satu kitab yakni :
kitab ihya’ ulumuddin, juz awal, rubu’ pertama, bafian al-ilm,bab
khomis, tentang adap murid dan guru, hal 43-52, karya Hujjah AL –islam
Abu Hamid Al-Ghozali.
b. Sumber data skunder
data
skunder adalah data yang di peroleh dari pihak lain, tidak langsung
dari subjek penelitiannya, tetapi dapat mendukung atau berkaitan dengan
tema yang diangkat.[11] Dalam penelitian ini data skundernya adalah antara lain :Ta’limul mutallim karya Syeh Az-Zarnuji,Syarah Ta’limul Muta’alim karya Syeh Ibrahim Bin Ismail,Adabul ‘Adim Wal Muta’allim karya Syeh Hasyim Asy’ari,Ad-Durroh Al-Mafakhiroh,Ithaf as-Sadah al –Muttaqin,Ayyuhal Walad al-Mhib karya Al-Ghozali,Tokoh-tokoh pendidikan islam di zaman jaya karya H. Nasruddin Thoha dan yang lainnya.
3. Tehnik pengumpulan data
Pengumpulan
data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data
yang diperlukan, dalam hal ini akan selalu ada hubungan antara tehnik
pengumpulan data dengan masalah penelitian yang ingin di
pecahkan.pengumpulan data tak lain adalah suatu proses pengadaan data
untuk keperluan penelitian.
Adapun
cara pengumpulan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan tehnik
dokumenter,tehnik dokumenter merupakan cara mengumpulkan data melalui
peninggalan tertulis,seperti arsip-arsip,dalil atau hukum-hukum dan
lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian,[12] yakni penulis mengumpulkan buku-buku yang yang ada hubungannya dengan pembahasan penulisan skripsi, dalam hal ini adalah kitab
ihya’ ulumuddin juz I sebagai sumber utama,penelitian kepustakaan
dengan menganalisa terhadapnya dan sumber lain yang berkaitan langsung
maupun tidak langsung dengan pembahasan, yaitu adab murid dan guru
menurut pandangan Al-Ghozali dalam kitab ihya’ uluddin juz I.
4. Tekhnik Analisis Data
Dalam
analisis data, penulis menggunakan metode diskriptif analisis yaitu,
suatu usaha untuk mengumpulkan data dan menyusun data kemudian
diusahakan adanya analisis dan interpretasi atau penafsiran terhadap
data tersebut.[13]
Dalam hal ini dimaksudkan untuk membuka pesan yang terkandung dalam
bahasa teks, terutama kitab ihya’ ulumuddin bagian bab adab al-alim wal
mutaaliim.
Selanjutnya
untuk mengkaji relevansi konsep adap hubungan murid dan guru menurut
Al-Ghozali dengan pendidikan moral dan etika di indonesia saat ini,
dilakukan analisis komparasi atau perbandingan yaitu, membandingkan
terhadap beberapa segi : data lain, situasi lain, dan konsepsi filosofi
lain.[14] Untuk membandingkan antara konsep etika tersebut dengan kondisi pendidikan di indonesia saat ini.
Jepara,07 November 2011
peneliti
[3] Abi Hamid al –Ghozali (2) , Ihya’ Ulumuddin, (Mesir : Maktabah Isa al-Baby), hlm.50
[5] Suharto,Drs, Tata Irianto, Kamus Besar Bahasa Ndonesia Terbaru ,(Surabaya : Indah, 1989), hlm.6
[6] Ibid, hlm.71
[7] Sayyid Muhammad bin Muhammad, Ithaf as-Sadah AL-muttaqin (Bairut : Dar L fikr ), hlm.14
[8] Prof.Sutrisno Hadi,MA, Metodologi research I,(Yogyakarta : Andi Ofset,1997), cet 25,hlm.82
[9] A. Nevins,Master’s Essay in History, Colombia Unis. Press, New York,1993
[12] Drs. Margono, Metodelogi Penelitian Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta : 2004 Hal.181
[13] Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Tehnik ( Bandung : Transito, 1998), hlm. 139
[14] Anton Bekker, Achmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, Kanisius, Yogyakarta, 1990. Hlm. 111
Tidak ada komentar:
Posting Komentar