I. ISLAM DI AFRIKA TIMUR, ASIA TENGGARA, DAN CINA
Pada kesempatan ini, kita akan membicarakan Islam dengan pendekatan studi kawasan. Adapun kawasan yang dipilih pada bagian ini adalah Afrika Timur, Asia Tenggara dan Cina. Negara-negara itu dipilih karena mewakili wilayah Afrika dan Asia.
A. Islam di Afrika Timur
Daerah yang termasuk Afrika Timur pada abad ke-10 sampai ke-19 mencakup Sudan, Ethiopia, dan Somalia. Pada abad ke-20, wilayah ini tidak mengalami banyak perubahan, kecuali adanya wilayah yang memisahkan diri dari Ethiopia setelah bencana kekeringan dan kelaparan, yaitu Eriteria.
Pada kesempatan ini kita akan membicarakan Islam di Afrika Utara, khususnya Sudan. Dalam sejarahnya, Sudan Timur (Negara Sudan Modern) memisahkan diri dari Sudan Tengah. Sudan Timur berhutang kepada fakta bahwa Islam menyebar sampai ke sudan Timur dari Mesir. Arab menguasai Mesir pada tahun 641 H. Gelombang Arab pertama yang mendiami Mesir terjadi pada abad 9 M. Kemudian terjadi perkawinan antara Arab dengan penduduk pribumi. Penetrasi Arab abad 9 M ini diikuti oleh Mamluk. Pada tahun 1317, Gereja Dongola diubah menjadi masjid. Kemudian Islam disebarkan hampir ke seluruh daerah oleh Arab keturunan.
Sementara itu, di Funj terdapat Kerajaan Kristen. Pada tahun 1504 M, Raja Amara Dunqas, yang mendirikan kota Sinar sebagai ibukota Kerajaan Funj, dikalahkan oleh Arab Muslim. Dari kota itu, dilakukan hubungan perdagangan dengan Mesir.
Islam disebarkan di Funj tidak hanya oleh elite politik dan masyarakat pedagang, tetapi juga didukung oleh migrasi sarjana-sarjana Muslim dan orang-orang suci ke berbagai daerah di Funj. Pada abad ke-16, perlindungan di Funj menarik bagi sarjana-sarjana dari Mesir, Afrika Utara, dan Arabia. Mereka adalah orang-orang suci secara local dikenal dengan faqisyang merupakan sarjana di bidang Al-Qur’an, fikih, dan tasawuf. Orang-orang suci ini kemudian mendirikan sekolah-sekolah yang mengajarkan berbagai ilmu agama: tafsir, fikih, dan teologi.
Pada abad ke-18, Kerajaan Funj mengalami disintegrasi. Sistem perkawinan yang berada di bawah naungan kekuasaannya ikut hancur; kerajaan-kerajaan local memperoleh otonomi. Di samping itu, para sultan juga kehilangan kehilangan kekuasaan kontrolnya terhadap perdagangan. Akhirnya pada tahun 1820-1821 Kerajaan Funj berada di bawah Mesir yang kemudian di Funj diperkenalkan administrasi Negara baru dan tendensi keagamaan Islam yang baru pula.
Arabisasi dan Islamisasi Funj selanjutnya mengikuti perluasan Islam dan kerajaan-kerajaan di selatan dan barat. Di Darfur, pada abad ke-16, didirikan kerajaan baru, Keira yang merupakan Negara kecil yang multi etnik. Negara Keira mewarisi konsep Sudan tentang Negara ketuhanan yang kehidupan sehari-harinya diatur dan dibatasi oleh ritual agama penyembah berhala. Antara tahun 1660 dan 1680, Sulaiman menjadikan Islam sebagai agama kerajaan, membangun masjid-masjid, dan menambahkan prinsip-prinsip syariah dalam legitimasi. Bahasa Arab menjadi bahasa kearsipan.
Pada akhir abad ke-18, ‘Abd al-Rahman al-Rasyid menggabungkan Sultan Darfur yang kemudian disebut al-Fashir. Penggabungan Darfur disertai dengan Islamisasi yang didukung oleh para pedagang dan para sufi dari Sudan, Mesir, Arabia, dan Afrika Barat. Di Darfur Timur, orang-orang suci menikah dengan wanita setempat dan membuka tempat pengajaran beserta masjid. Anak laki-laki tinggal bersama faqis untuk belajar; alumninya yang kembali ke tempat asalnya kemudian mengajarkan agama.
Islam di Sudan disebarkan oleh orang-orang suci dari Mesir dan Arab dengan pendekatan kultural dan struktural. Pendekatan kultural diwujudkan dengan menyelenggarakan pendidikan agama di sekolah-sekolah dan masjid; dan melalui pernikahan para faqis dengan wanita setempat. Sedangkan pendekatan structural adalah melalui usaha secara politik. Dukungan struktural berhasil menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa kearsipan, bahkan sultan membentuk administrasi peradilan Islam.
B. Islam di Asia Tenggara
Istilah Asia Tenggara yang dimaksud dalam tulisan-tulisan de Graaf, Roff, dan Benda adalah wilayah-wilayah Islam di Indonesia, Malaysia (Semenanjuang dan Kalimantan Utara), Patani (Thailand), dan Mindanau (Filipina Selatan). Asia Tenggara dalam cakupan wilayah seperti itu, juga disamakan pengertiannyadengan Nusantara (Archipelago) yang mencakup wilayah yang sama pula. Sedangkan istilah dunia melayu adalah Sumatera dan Semenanjung Malaya, sebagaimana digunakan oleh Bousfield.
Marcopolo, dalam perjalanannya dari Cina menuju Persia pada tahun 1292, telah mengunjungi delapan kerajaan di Pulau Sumatera. Dari delapan Negara yang dikunjunginya, hanya satu kerajaan yan dianggapnya telah memeluk Islam, yaitu Perlak. Para pedagang Muslim mengislamkan Perak hanya di sekitar perkotaan; penduduk yang tinggal di pedalaman tetap kafir dan menyembah apa saja.
Kedatangan Islam ke Asia Tenggara terdapat tiga pendapat. Pertama, pendapat yang menyatakan bahwa Islam datang ke Asia Tenggara langsung dari Arab, atau tepatnya Hadramaut. Pendapat ini pertama-tama dikemukakan oleh Crawfurd (1820), Keyzer (1859), Niemann (1861), de Hollander (1861), dan Veth (1878). Hamka mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung dari Arab, bukan melalui India, dan bukan pada abad ke-11, tetapi abad ke-7.
Kedua, pendapat yang menyatakan bahwa Islam datang ke Asia Tenggara berasal dari India. Pendapat ini pertama kali dikemukakan oleh Pijnapel pada tahun 1872. Ia berkesimpilan bahwa yang membawa Islam Asia tenggara adalah orang-orang Arab yang bermazhab Syafi’i dari Gujarat dan Malabar di India. Pendapat ini dikembangkan oleh Snouck Hurgronye. Ia menyatakan bahwa para pedagang kota pelabuhan Dakka di India Selatan adalah pembawa Islam ke Asia Tenggara (Sumatera). Pendapat ini kemudian dikembangkan oleh Morrison pada tahun 1951 dengan menunjuk tempat yang pasti di India, yaitu pantai Koromandel sebagai tempat bertolaknya para pedagang Muslim dalam pelayaran mereka menuju Nusantara.
Ketiga, pendapat yang mengatakan bahwa Islam yang datang ke Asia Tenggara berasal dari Benggali (kini Bangladesh). Fatimi berpendapat bahwa orang-orang terkemuka di kerajaan Pasai adalah orang-orang Benggali dan keturunannya. Pendapat ini dibantah oleh Drewes, menurutnya mazhab yang dianut di Benggali adalah mazhab Hanafi, bukan mazhab Syafi’i yang dianut oleh Muslim di Nusantara.
Islam didakwahkan di Asia Tenggara dengan tiga cara: Pertama, melalui dakwah para pedagang muslim dalam jalur perdagangan yang damai; kedua, melalui dakwah para da’i dan orang-orang suci yang datang dari India atau Arab yang sengaja ingin mengislamkan orang-orang kafir; dan ketiga, melalui peperangan dengan Negara-negara penyembah berhala.
Penetrasi Islam di Asia tenggara secara umum dapat dibagi menjadi tiga tahap: Pertama, penetrasi dimulai dengan kedatangan Islam dan ditandai pula dengan kemerosotan dan kehancuran Kerajaan Majapahit pada abad ke-14 dan ke-15. Penyebaran Islam masih relatif terbatas di kota-kota pelabuhan. Pada tahap pertama ini Islam diwarnai oleh tasawuf. Dimensi tasawuf tetap unggul dalam tahap Islamisasi, setidaknya hingga abad ke-17.
Dalam tahap pertama ini, Islam tidak langsung diterima masyarakat pada umumnya. Di Jawa misalnya, sebagian penduduk masih menganut agama nenek moyang mereka. Keadaan juga sama terjadi dengan Minangkabau yang masih kental dengan penyembahan berhala.
Salah satu tradisi belajar yang dikembangkan ketika itu adalah pengembaraan intelektual. Guru dan murid-muridnya menuntut ilmu dan mengembara dari satu surau ke surau yang lainnya atau dari pesantren ke pesantren lainnya untuk meningkatkan keislamannya. Mereka mengembara bukan hanya di sekitar Asia tenggara, tetapi juga sangat mungkin ke India, Mekah, Madinah, dan Kairo, atau tempat-tempat di Timur Tengah. Salah satu hal yang menarik adalah berkembangnya budaya menulis, salah satunya kitab berbahasa Melayu karya Nuruddin Arraniri (1686) dari Aceh yang diberi nama kitab Shirat al-Mustaqim yang kemudian diterjemahkan ke berbagai bahasa.
Pada abad ke-15 dan ke-16 paling tidak masyarakat Asia Tenggara memiliki tiga pilihan, yaitu: tetap berpegang teguh dengan ramuan kepercayaan Hindu-Budha dan kepercayaan lokal lainnya, masuk Islam, atau masuk Kristen.
Penetrasi Islam kedua dimulai sejak datangnya kekuasaan kolonialis di Asia Tenggara: Belanda berkuasa di Indonesia, Inggris di Semenanjung Malaya, dan Spanyol di Filipina, sampai abad ke-19. Kolonialis diidentifikasikan sebagai penjajah kafir, sehingga Islam tampil sebagai satu-satunya wadah yang mampu memberikan identitas diri dan menjadi faktor pemersatu masyarakat pribumi yang terbelah oleh berbagai faktor social dan cultural dalam menghadapi penjajahan barat.
Penetrasi Islam ketiga bermula pada awal abad ke-20, ditandai dengan “liberalisasi” kebijakan pemerintah colonial, terutama Belanda di Indonesia. Para penjajah tidak tertarik untuk mengkristenkan penduduk Nusantara, mereka semata-mata ingin mengeruk keuntungan semata. Hal ini menyebabkan Kristen tidak berkembang di Nusantara. Sementara Islam berkembang pesat karena kebijakan yang diberikan oleh mereka.
C. Islam di Cina
Cina memiliki sejarah meliputi jangka waktu lebih dari 4000 tahun, sehingga termasuk negara yang berperadaban tertua di dunia di samping India, Mesir, dan Mesopotamia. Dalam jangka waktu 4000 tahun lebih, Cina mempunyai 24 dinasti dan 2 republik, yaitu Republik Nasionalis Cina dan Republik Rakyat Cina.
T’ai tsung naik tahta pada tahun 626 M, empat tahun setelah Nabi Muhammad SAW dan sahabat- sahabatnya meninggalkan Mekkah menuju Madinah. Kira-kira pada waktu yang sama, suku-suku nomad Turki di Asia tengah berkumpul diluar tembok besar Cina untuk serbuan massal. Namun, T’ai tsung dapat mengusir mereka maka muklai muncullah migrasi menuju ke barat. Mereka adalah suku yang anak cucunya merupakan masyarakat muslim yang berbahasa turki di Cina, berbeda dengan orang-orang muslim Hui yang berbahasa Cina dari daerah selatan dan tengah.
Pada waktu T’ai tsung mempertahankan dan mempersatukan Cina, nabi muhammad SAW baru meletakkan dasar-dasar negara Islam. T’ai tsung, pada tahun 638 M, pernah menolak memberikan bantuan kepada Yazdegred yang pada waktu itu memerintah wilayah yang termasuk Iran,afganistan,dan Pakistan yang meminta pertolongan untuk melawan kekuatan baru, yaitu, orang-orang Islam tetapi penerusnya, kao tsung, menerima permintaan yang sama untuk membantu Syah Peroz, anak Yazdegred. Ia memenuhi permintaan itu karena menyadariu ancaman umat islam terhadapnya sangat serius.
Sasani dan Bizantium merupakan kekuatan besar di sebelah barat. Jauh sebelum kebangkitan islam, Sasani dan Bizantium telah datang ke istana Cina melalui jalan yang terkenal dengan jalur sutera, jalan perdagangan besar yang menghubungkan Cina dengan kontantinopel terus roma. Dinasti Cina khawatir jalan sutera yang terkenal itu akan tertutup oleh imperium islam yang semakin luas wilayahnya, setelah berhasil menundukkan Dinasti Sasani Persia. Di samping itu, Cina juga khawatir kekalahan Sasani Persia membuka kesempatan bagi suku-suku Turki yang diusir keluar dari tembok besar oleh T’ai tsung untuk memulai kembali serangannya ke Cina.
Pada tahun 651M, ketika Syah Peroz meminta bantuan kepada Kao Tsung untuk melawan bangsa Arab, Kao Tsung menerima utusan khalifah Usman Bin Affan. Utusan yang membawa hadiah cukup banyak untuk Cina itu, menginformasi bangsa arab telah memerintah selama 34 tahun dan telah mempunyai 3 raja. Setelah itu, Cina banyak memperhatikan perkembangan umat Iislam secara terus menerus. Mereka menyebut orang Arab sebagai Ta-shih dan Muawiyah sebagai mo-ee.
Pada tahun 705, Qutaibah bin Muslim menuju ke timur dari Khurasan ke Asia Tengah. Sepuluh tahun kemudian ia berhasil menundukan Bukahara, Khawarisz, Samarkand, dan sampai ke Fargana, daerah yang termasuk Asia Tengah. Menurut Al Tabari, Qutaibah berhasil melintasi pegunungan langit, benteng kokoh yang melindungi Cina dari barat. Setelah melintas Oxus, Qutaibah berusaha merebut jalur sutera tetapi penaklukan tidak berlangsung lama.
Pada tahun 750 dinasti Ummayah dijatuhkan oleh dinasti bani abbas. Satu tahun kemudian tentara muslim berhadapan dengan tentara Cina untuk pertama kalainya di Talas. Dengan bantuan orang Turki umat Islam berhasil mengalahkan tentara Cina. Sejak peristiwa itu penguasa islam terhadap asia tengah semakin kukuh.
Selama abad ke-19 terdapat pemberontakan di negeri Cina dan pemberontakan di Yunann (1855-1873) oleh penduduk muslim yang akhirnya ditumpas dengan kekejaman yang luar biasa. Setelah revolusi kebudayaan tahun 1966 umat islam yang merupakan minoritas sama sekali tidak menampakan diri. Pada awal revolusi kebudayaan mesjid dirusak, dihancurkan, atau ditutup. Demekianlah perkembangan islam di Cina.
II. ISLAM DI DUNIA DEWASA INI
Pada bagian in kita membicarakan islam kontemporer dalam perspektif studi kawasan, yaitu keadaan dan perkembangan umat islam sekarang ini di berbagai negara. untuk kepentingan analisis, negara yang dibicarakan dibatasi, yaitu Islam di Barat (Amerika Serikat), Islam di Cina, dan Islam di Asia Tenggara.
A. Islam di Amerika Serikat
Sekedar untuk mengetahui bagaimana Islam dapat berkembang di Amerika Serikat yang menurut beberapa media massa ternyata Islam di Amerika Serikat berkembang dengan pesat dan muslim menjadi pemeluk agama kedua terbesar setelah umat Kristiani, kita perlu mengetahui kapan dan bagaimana Islam masuk dan berkembang di Amerika Serikat.
Dalam mengkaji sejarah muslim Amerika Serikat, Ahmad Winters menyarankan untuk meneliti lima sumber informasi yaitu :
• Dokumen-dokumen yang ditinggalkan muslim yang dijual sebagai budak serta para pedagang budak
• Sejarah perkembangan islam di Afrika Barat
• Data statistik tentang kelompok-kelompok etnik yang dijual sebagai budak
• Wilayah-wilayah yang merupakan tempat tinggal tuam-tuan pembeli budak, dan
• Data tentang jumlah budak yang dijual ke wilayah tertentu setiap tahunnya.
Ada anggapan bahwa Muslim Amerika pertama adalah imigran Arab dari kalangan Afro-Amerika dengan cara jual beli budak. Anggapan in dibantah oleh Akbar Muhammad. Ia mencatat bahwa orang Amerika pertama yang tercatat sebagai pemeluk Islam adalah Reverend Norman, seorang misionaris gereja Metodis di Turki yang memeluk Islam pada Tahun 1870. pada decade berikutnya seorang Eropa-Amerika, Muhammad Alexander Webb memeluk islam ketika ia bertugas sebagai Konsul Jendral Amereika Serikat di Philipina pada tahun 1887. ia adalah pelopor utama yang mendirikan Organisasi Islam pertama di Amerika Serikat pada tahun 1893. Ia kemudian berperan sebagai da’i (1893) dan menerbitkan The Moeslim Word sebagai media dakwahnya.
Disamping itu, migrasi orang-orang islam ke Amerika Serikat sejak akhir abad ke-19 hingga paruh kedua abad ke-20, sekurang-kurangnya terjadi lima gelombang yaitu:
a. Pertama
Migrasi terjadi pada pada tahun 1875 hingga 1912. mereka yang bermigrasi pada umumnya adalah para pemuda desa yang tidak terpelajar dan tidak mempunyai keterampilan. Mereka berasal dari syiria, Jordania, Palestina, dan Libanon yang ketika masih berada dibawah Pemeruntahan Utsmani. Mereka bermigrasi karena keadaan ekonomi dinegrinya tidak menguntungkan dan mereka berharap mendapatkan keuntungan financial di Amerika Serikat. Pada umumnya, mereka bekerja di pabrik-pabrik dan took-toko.
b. Kedua
Migrasi terjadi pada tahun 1918 sampai 1922, yaitu setelah terjadi Perang Dunia Pertam. Mereka pada umumnya, orang-orang intelek danterdidik yang berasal dari perkotaan. Mereka umumnya adalah saudara, kawan, atau orang kenalan imigran yang telah ada di Amerika Serikat.
c. Ketiga
Migrasi terjadi tahun 1930 sampai 1938 yang terkondisikan karena kebijakan imigrasi Amerika Serikat yang memberikan prioritas kepada mereka yang keluarganya telah lebih dahulu menetap di Amerika Serikat.
d. Keempat
Migrasi terjadi pada tahun 1947 hingga tahun 1960. para imigran yang datang ke Amerika Serikat pada gelombang ini bukan saja berasal dari Timur Tengah, tapi berasal dari India, Pakistan, Eropa Timur, dan Uni Soviet. Mereka datang untuk mencari kehidupan yang lebih baik, memperoleh pendidikan yang lebih tinggi, atau untuk mendapatkan latihan teknik lanjutan dan memperoleh pekerjaan secara spesialis.
e. Kelima
Migrasi dimulai pada tahun 1967 sampai sekarang. Mereka yang datang ke Amerika Serikat pada gelombang ini, selain karena alasan ekonomi, juga yang utama dikarenakan politik. Dunia arab pada masa-masa itu mengalami penderitaan karena konfrontasi dengan Israel dan konflik-konflik lainnya. Imigran Muslim ke Amerika Serikat yang populer pada gelombang ini, antara lain Fazlur Rahman dari Pakistan yang menjadi Guru Besar Universitas Chicago, Sayyed Hosein Nashr dari Iran yang menjadi Guru Besar Universitas Washington, Ismail Al-faruqi yang menjadi Guru Besar Universitas Harvard, dan lain-lain.
Cara mereka mempertahankan keislamannya telah digambarkan oleh Eric C. Lincoln dalam bukunya The Black Muslim In America. Pada awal bukunya ia menceritakan penilaian sebagian mahasiswanya terhadap ajaran Kristen. Mereka menganggap orang-orang Kristen menganggap dirinya sebagai anak Tuhan adalah orang-orang munafik. Perlakuan mereka terhadap orang-orang negro (Afro-Amerika) tidak adil. Lincoln menjelaskan, mahasiswanya beranggapan bahwa islam adalah satu-satunya agama yang dapat memberi martabat dan harga diri terhadap orang-orang negro. Karena itulah, ajaran Drew Ali dan Maecus Gavey mendapat sambutan yang antusias dari kalangan Afro-Amerika. Diantara ajaran Noble Drew Ali adalah sebagai berikut :
a. Budha, Confusius, Zoroaster, Jesus dan Muhammad adalah nabi.
b. Oarang-orang Afro-Amerika dianggap sebagai bangsa Asia dari keturunan Muhabites dan Cannanites (sekarang jordan).
c. Islam adalah agama yang secara alamiah di peruntukan bagi bangsa Asia, sedangkan kristen adalah agama bangsa Eropa.
d. Orang-orang Afro-Amerika hendaklah menghindarkan kontak yang tak perlu dengan orang-orang Eropa-Amerika.
e. Neraka itu tidak ada, syurga adalah suatu keadaan jiwa.
Gerakan agama tersebut kemudian dilanjutkan oleh Ellijah Muhammad, namanya sebelum menjadi muslim adalah Elijah Poole. Kemudian dia mengklaim dirinya sebagai Rasul ( Messenger of Allah), dan mengklaim bahwa ajarannya berasal dari imam mahdi Fard Muhammad. Ajaran Elijah Muhmmad menggunakan konsep kristen tentang Tuhan dan inkarnasi. Tuhan menampakan diri sebagai manusia untuk mengrekrut para pengikut dan utusannya. Ajaran Elizah Muhammad membangkitkan semangat orang-orang negro dan membangkitkan kesadaran untuk melepaskan diri dari dunia perbudakan dan kehinaan kedunia yang diliputi oleh kebebasan (freedom), keadilan (justice), persamaan (equality), dan persaudaraan (brother hood).
Amerika Serikat kini sedang menghadapi persoalan-persoalan sosial yang serius. Menurut Ahmed Hosen Deedat, persoalan yang dihadapi amerika Serikat itu, seperti para gay, pemabuk, surplus kaum wanita, pemerkosaan dan pembunuhan. Tidak ada orang Amerika yang dapat menjadi walikota di New York, Los Angeles,atau San Fransisco, tanpa dukungan kaum gay di kota-kota tersebut. Amerika kini memiliki 11juta pemabuk (problem drinkers) di tambah lagi 40 juta peminum berat. Orang-0rang amerika sedang mencari jalan keluar dari persoalan-persoalan tersebut, diantaranya dengan terbentuknya sekte-sekte agama, seperti Sun Meong Moons (pria Korea yang mengaku menjadi Kristus kedua), Father Devine (seorang Negro Amerika yang mengaku dirinya tuhan), Ref. Jim Jones (yang mempraktikan cara memuja dengan bunuh diri), Klu Kluks Klan (gerakan hare krisna, kelompok pemuja setan).
Islam dapat memberikan jalan keluar kepada orang-orang Amerika. Akan tetapi siapa yang cocok untuk melakukan Islamisasi di Amerika? Menurutnya, yang cocok untuk melakukan Islamisasi di Indonesia adalah Afro-Amerika. Karena tekanan yang mereka alami selama kurang lebih tiga abad, telah menjadikan mereka komunitas muslim paling militan di dunia.
Usaha lain yang dilakukan oleh masyarakat Muslim dalam memperkenalkan Islam di California adalah dengan mendirikan perpustakaan dengan nama Muslim Public Library. Perpustakaan ini dimaksudkan untuk studi keagamaan, penyesuaian kebudayaan Amerika bagi keluarga Muslim, dan memperkenalkan non-Muslim pada Islam yang sering digambarkan sebagai agama teroris, terlebih setelah tragadi WTC.
Baru-baru ini saja terdapat aksi bakar Al-Qur’an di Amerika Serikat pada tanggal 11 September 2010 yang dilakukan Pendeta Bob Old dan Pendeta Danny Allen. Mereka menganggap kitab suci Al-Quran berisikan kebencian, bukan cinta. Namun hal ini tidak mempengaruhi Islam di Amerika Serikat. Aksi kedua pendeta tersebut pun tidak didukung oleh umat Kristen lainnya yang menghargai keberadaan Islam.
B. Islam Di Cina
Pada bagian sebelumnya kita telah membahas mengenai Islam di Cina dari aspek sejarahnya, yaitu proses Islam datang dan perkembangannya hingga zaman revolusi kebudayaan (1966). Pada bagian ini kita akan membahas mengenai Islam di Cina pasca revolusi kebudayaan.
Di Cina dewasa ini, agama Islam bukan hanya tetap hidup, tetapi juga berangsur-angsur berkembang. Di Lanzkou, di tepi Sungai Kuning, tempat asal kenudayaan Cina, sebuah masjid dan madrasah berdiri berdampingan dengan pagoda-pagoda Budha di tanah lapang pagoda putih, ratusan orang Cina setiap pagi menggerakan badannya untuk melakukan latihan Tai Ji (gerak badan harian) sebagai pemuda-pemudi Muslim mulai belajar dan melaksanakan salat. Di Xian (dulu Chiang-an) terdapat masjid agung, masjid terbesar di Cina yang memamerkan peninggalan-peninggalan nasional Cina.
Statistik pemerintah menunjukkan jumlah Muslim Cina tak kurang dari 14 juta orang, tetapi diperkirakan lebih dari itu. Setelah berakhirnya zaman Revolusi Kebudayaan (1966), masjid mulai dibuka kembali dan diperbaiki. Al-Qur’an yang dulu dihancurkan oleh Pertahanan Sipil Merah yang memimpin revolusi itu, dicetak kembali dan dibagikan secara gratis oleh pemerintah. Begitu pula di Umruqi, tiga dari 20 masjid diperbaiki kembali, dan Al-Qur’an dijual di salah satu pelataran masjid.
Sekitar 500 sampai 600 jamaah mengambil bagian pada salat Jum’at di Niu Ji, Majid terbesar dari 40 Masjid yang dipergunakan muslim di Beijing yang berjumlah 180.000 orang. Di tempat-tempat lain, seperti Kashi (Kashgar), Aksu, Kuga (Kucha), Hami, Turpan, Hotan (Khoton), dan Corridor (Kansu) dapat terdengar suara azan dan orang-orang terlihat melakukan salat berjamaah.
Umat Islam di Cina sekarang ini memperoleh sikap toleransi dari agama-agama lain. Di daerah yang mayoritas muslim, ternak babi dilarang, orang muslim mendapatkan tempat pemakaman tersendiri, orang-orang muslim melakukan pernikahan di muka Imam, buruh-buruh muslim diberikan jatah libur selama hari besar Islam, dan terdapat restoran yang menyediakan makanan halal bagi muslim. Sebagian muslim di Cina bekerja sebagai petani atau penggembala ternak.
Di samping memperoleh kebebasan beragama, umat Islam di Cina sekarang ini juga memperoleh kebebasan berpartisipasi dalam pemerintahan. Undang-undang yang dibuat oleh pemerintah Cina memberikan kebebasan kepada umat Islam untuk mengamalkan agamanya dan mereka dapat berpartisipasi dalam bidang politik, ekonomi, dan kebudayaan.
C. ISLAM DI ASIA TENGGARA
Secara umum, umat Islam di Indonesia dapat dikategorikan menjadi dua. Pertama, umat Islam sebagai warga mayoritas, seperti di Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Kedua, umat islam sebagai warga minoritas, seperti di Singapura, Thailand, dan Filipina. Thailand mayoritas rakyatnya beragama Budha, dan Filipina mayoritas rakyatnya beragama Katolik.
Sosial keagamaan bangsa-bangsa Asia Tenggara memiliki kesamaan: Pertama, dominannya mazhab Syafi’i di bidang fikih. Di Indonesia sendiri, ketergantungan terhadap mazhab Syafi’i dalam hal fikih memberikan pengaruh bagi umat muslim Indonesia. Pemikiran umat muslim menjadi terbatasi, karena ketergantungan terhadap mazhab.
Kedua, perselisihan internal antara apa yang disebut “tradisi kecil” dengan “tradisi besar” walaupun dengan derajat intensitas yang berbeda. Di Malaysia dan Muangthai, tradisi kecil diwakili oleh praktik-praktik sufi. Tradisi-tradisi ini sebagai praktik mistik, ibadah malam di daerah pedalaman, pengasingan diri, dan zikir. Praktik-praktik seperti ini pun menyerupai kebatinan di Indonesia. Di Singapura, tradisi sufi tidak diterima oleh masyarakat. Kehidupan modern membuat mereka berpikir lebih rasional.
Jumlah kaum muslimin di Thailand tidak lebih dari 10% dari total 65 juta penduduk, namun Islam menjadi agama mayoritas kedua setelah Buddha. Penduduk muslim Thailand sebagian besar berdomisili di bagian selatan Thailand, seperti di propinsi Pha Nga, Songkhla, Narathiwat dan sekitarnya yang dalam sejarahnya adalah bagian dari Daulah Islamiyyah Pattani. Pusat dakwah Islam terbesar di Bangkok terletak di Islamic Center Ramkamhaeng. Hampir semua aktivitas keislaman, mulai dari pengajian, layanan pernikahan, sampai dengan pasar makanan halal bisa ditemukan di sini. Islamic Center Ramkamhaeng berjarak sekitar 2 KM dari kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia di jalan Petchburi.
Muslim Patani di Thailand tampak memperlihatkan ketidakpuasannya terhadap sistem politik yang ada. Umat Islam Patani tidak diberi kesempatan untuk terjun ke bidang politik, ekonomi, dan budaya. Bahkan Identitas Melayu patani dilenyapkan. Identitas Melayu yang identik dengan Islam diganti dengan gelar “Bangsa Thai Muslim” .
Di Asia Tenggara terbentuk organisasi keagamaan yang mengatasi kepentingan umat Islam. Kini terbentuk organisasi hokum Islam di Asia Tenggara yang menyebut dirinya East Asian Shari’ah Law Association / SEASA-Perhimpunan Ahli Syariah se-Asia Tenggara) yang didirikan tanggal 11 Agustus 1983 di Manila, Filipina. Selain SEASA, terdapat pula siding menteri agama dan pajabat tinggi agama ASEAN yang membahas tentang makanan umat Islam. Sidang ini disebut MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).
Di Negara-negara minoritas penduduknya Islam, pengadilan agama hanya menangani perkara-perkara hokum kekeluargaan. Di Thaliand, urusan agama dan adat melayu di tangan-tangan orang melayu sendiri, sementara hokum sipil dan pidana berada di bawah yurisdiksi pemerintahan pusat. Di Filipina, kedudukan pengadilan agama cukup baik, karena Mahkamah agung Negara itu telah mengeluarkan peraturan yang khusus mengatur mekanisme yang berlaku bagi Peradilan Agama. Sedangkan pada tahun 1975 di Singapura, dibentuk undang-undang mengenai dana pembangunan masjid.
Pada kesempatan ini, kita akan membicarakan Islam dengan pendekatan studi kawasan. Adapun kawasan yang dipilih pada bagian ini adalah Afrika Timur, Asia Tenggara dan Cina. Negara-negara itu dipilih karena mewakili wilayah Afrika dan Asia.
A. Islam di Afrika Timur
Daerah yang termasuk Afrika Timur pada abad ke-10 sampai ke-19 mencakup Sudan, Ethiopia, dan Somalia. Pada abad ke-20, wilayah ini tidak mengalami banyak perubahan, kecuali adanya wilayah yang memisahkan diri dari Ethiopia setelah bencana kekeringan dan kelaparan, yaitu Eriteria.
Pada kesempatan ini kita akan membicarakan Islam di Afrika Utara, khususnya Sudan. Dalam sejarahnya, Sudan Timur (Negara Sudan Modern) memisahkan diri dari Sudan Tengah. Sudan Timur berhutang kepada fakta bahwa Islam menyebar sampai ke sudan Timur dari Mesir. Arab menguasai Mesir pada tahun 641 H. Gelombang Arab pertama yang mendiami Mesir terjadi pada abad 9 M. Kemudian terjadi perkawinan antara Arab dengan penduduk pribumi. Penetrasi Arab abad 9 M ini diikuti oleh Mamluk. Pada tahun 1317, Gereja Dongola diubah menjadi masjid. Kemudian Islam disebarkan hampir ke seluruh daerah oleh Arab keturunan.
Sementara itu, di Funj terdapat Kerajaan Kristen. Pada tahun 1504 M, Raja Amara Dunqas, yang mendirikan kota Sinar sebagai ibukota Kerajaan Funj, dikalahkan oleh Arab Muslim. Dari kota itu, dilakukan hubungan perdagangan dengan Mesir.
Islam disebarkan di Funj tidak hanya oleh elite politik dan masyarakat pedagang, tetapi juga didukung oleh migrasi sarjana-sarjana Muslim dan orang-orang suci ke berbagai daerah di Funj. Pada abad ke-16, perlindungan di Funj menarik bagi sarjana-sarjana dari Mesir, Afrika Utara, dan Arabia. Mereka adalah orang-orang suci secara local dikenal dengan faqisyang merupakan sarjana di bidang Al-Qur’an, fikih, dan tasawuf. Orang-orang suci ini kemudian mendirikan sekolah-sekolah yang mengajarkan berbagai ilmu agama: tafsir, fikih, dan teologi.
Pada abad ke-18, Kerajaan Funj mengalami disintegrasi. Sistem perkawinan yang berada di bawah naungan kekuasaannya ikut hancur; kerajaan-kerajaan local memperoleh otonomi. Di samping itu, para sultan juga kehilangan kehilangan kekuasaan kontrolnya terhadap perdagangan. Akhirnya pada tahun 1820-1821 Kerajaan Funj berada di bawah Mesir yang kemudian di Funj diperkenalkan administrasi Negara baru dan tendensi keagamaan Islam yang baru pula.
Arabisasi dan Islamisasi Funj selanjutnya mengikuti perluasan Islam dan kerajaan-kerajaan di selatan dan barat. Di Darfur, pada abad ke-16, didirikan kerajaan baru, Keira yang merupakan Negara kecil yang multi etnik. Negara Keira mewarisi konsep Sudan tentang Negara ketuhanan yang kehidupan sehari-harinya diatur dan dibatasi oleh ritual agama penyembah berhala. Antara tahun 1660 dan 1680, Sulaiman menjadikan Islam sebagai agama kerajaan, membangun masjid-masjid, dan menambahkan prinsip-prinsip syariah dalam legitimasi. Bahasa Arab menjadi bahasa kearsipan.
Pada akhir abad ke-18, ‘Abd al-Rahman al-Rasyid menggabungkan Sultan Darfur yang kemudian disebut al-Fashir. Penggabungan Darfur disertai dengan Islamisasi yang didukung oleh para pedagang dan para sufi dari Sudan, Mesir, Arabia, dan Afrika Barat. Di Darfur Timur, orang-orang suci menikah dengan wanita setempat dan membuka tempat pengajaran beserta masjid. Anak laki-laki tinggal bersama faqis untuk belajar; alumninya yang kembali ke tempat asalnya kemudian mengajarkan agama.
Islam di Sudan disebarkan oleh orang-orang suci dari Mesir dan Arab dengan pendekatan kultural dan struktural. Pendekatan kultural diwujudkan dengan menyelenggarakan pendidikan agama di sekolah-sekolah dan masjid; dan melalui pernikahan para faqis dengan wanita setempat. Sedangkan pendekatan structural adalah melalui usaha secara politik. Dukungan struktural berhasil menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa kearsipan, bahkan sultan membentuk administrasi peradilan Islam.
B. Islam di Asia Tenggara
Istilah Asia Tenggara yang dimaksud dalam tulisan-tulisan de Graaf, Roff, dan Benda adalah wilayah-wilayah Islam di Indonesia, Malaysia (Semenanjuang dan Kalimantan Utara), Patani (Thailand), dan Mindanau (Filipina Selatan). Asia Tenggara dalam cakupan wilayah seperti itu, juga disamakan pengertiannyadengan Nusantara (Archipelago) yang mencakup wilayah yang sama pula. Sedangkan istilah dunia melayu adalah Sumatera dan Semenanjung Malaya, sebagaimana digunakan oleh Bousfield.
Marcopolo, dalam perjalanannya dari Cina menuju Persia pada tahun 1292, telah mengunjungi delapan kerajaan di Pulau Sumatera. Dari delapan Negara yang dikunjunginya, hanya satu kerajaan yan dianggapnya telah memeluk Islam, yaitu Perlak. Para pedagang Muslim mengislamkan Perak hanya di sekitar perkotaan; penduduk yang tinggal di pedalaman tetap kafir dan menyembah apa saja.
Kedatangan Islam ke Asia Tenggara terdapat tiga pendapat. Pertama, pendapat yang menyatakan bahwa Islam datang ke Asia Tenggara langsung dari Arab, atau tepatnya Hadramaut. Pendapat ini pertama-tama dikemukakan oleh Crawfurd (1820), Keyzer (1859), Niemann (1861), de Hollander (1861), dan Veth (1878). Hamka mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung dari Arab, bukan melalui India, dan bukan pada abad ke-11, tetapi abad ke-7.
Kedua, pendapat yang menyatakan bahwa Islam datang ke Asia Tenggara berasal dari India. Pendapat ini pertama kali dikemukakan oleh Pijnapel pada tahun 1872. Ia berkesimpilan bahwa yang membawa Islam Asia tenggara adalah orang-orang Arab yang bermazhab Syafi’i dari Gujarat dan Malabar di India. Pendapat ini dikembangkan oleh Snouck Hurgronye. Ia menyatakan bahwa para pedagang kota pelabuhan Dakka di India Selatan adalah pembawa Islam ke Asia Tenggara (Sumatera). Pendapat ini kemudian dikembangkan oleh Morrison pada tahun 1951 dengan menunjuk tempat yang pasti di India, yaitu pantai Koromandel sebagai tempat bertolaknya para pedagang Muslim dalam pelayaran mereka menuju Nusantara.
Ketiga, pendapat yang mengatakan bahwa Islam yang datang ke Asia Tenggara berasal dari Benggali (kini Bangladesh). Fatimi berpendapat bahwa orang-orang terkemuka di kerajaan Pasai adalah orang-orang Benggali dan keturunannya. Pendapat ini dibantah oleh Drewes, menurutnya mazhab yang dianut di Benggali adalah mazhab Hanafi, bukan mazhab Syafi’i yang dianut oleh Muslim di Nusantara.
Islam didakwahkan di Asia Tenggara dengan tiga cara: Pertama, melalui dakwah para pedagang muslim dalam jalur perdagangan yang damai; kedua, melalui dakwah para da’i dan orang-orang suci yang datang dari India atau Arab yang sengaja ingin mengislamkan orang-orang kafir; dan ketiga, melalui peperangan dengan Negara-negara penyembah berhala.
Penetrasi Islam di Asia tenggara secara umum dapat dibagi menjadi tiga tahap: Pertama, penetrasi dimulai dengan kedatangan Islam dan ditandai pula dengan kemerosotan dan kehancuran Kerajaan Majapahit pada abad ke-14 dan ke-15. Penyebaran Islam masih relatif terbatas di kota-kota pelabuhan. Pada tahap pertama ini Islam diwarnai oleh tasawuf. Dimensi tasawuf tetap unggul dalam tahap Islamisasi, setidaknya hingga abad ke-17.
Dalam tahap pertama ini, Islam tidak langsung diterima masyarakat pada umumnya. Di Jawa misalnya, sebagian penduduk masih menganut agama nenek moyang mereka. Keadaan juga sama terjadi dengan Minangkabau yang masih kental dengan penyembahan berhala.
Salah satu tradisi belajar yang dikembangkan ketika itu adalah pengembaraan intelektual. Guru dan murid-muridnya menuntut ilmu dan mengembara dari satu surau ke surau yang lainnya atau dari pesantren ke pesantren lainnya untuk meningkatkan keislamannya. Mereka mengembara bukan hanya di sekitar Asia tenggara, tetapi juga sangat mungkin ke India, Mekah, Madinah, dan Kairo, atau tempat-tempat di Timur Tengah. Salah satu hal yang menarik adalah berkembangnya budaya menulis, salah satunya kitab berbahasa Melayu karya Nuruddin Arraniri (1686) dari Aceh yang diberi nama kitab Shirat al-Mustaqim yang kemudian diterjemahkan ke berbagai bahasa.
Pada abad ke-15 dan ke-16 paling tidak masyarakat Asia Tenggara memiliki tiga pilihan, yaitu: tetap berpegang teguh dengan ramuan kepercayaan Hindu-Budha dan kepercayaan lokal lainnya, masuk Islam, atau masuk Kristen.
Penetrasi Islam kedua dimulai sejak datangnya kekuasaan kolonialis di Asia Tenggara: Belanda berkuasa di Indonesia, Inggris di Semenanjung Malaya, dan Spanyol di Filipina, sampai abad ke-19. Kolonialis diidentifikasikan sebagai penjajah kafir, sehingga Islam tampil sebagai satu-satunya wadah yang mampu memberikan identitas diri dan menjadi faktor pemersatu masyarakat pribumi yang terbelah oleh berbagai faktor social dan cultural dalam menghadapi penjajahan barat.
Penetrasi Islam ketiga bermula pada awal abad ke-20, ditandai dengan “liberalisasi” kebijakan pemerintah colonial, terutama Belanda di Indonesia. Para penjajah tidak tertarik untuk mengkristenkan penduduk Nusantara, mereka semata-mata ingin mengeruk keuntungan semata. Hal ini menyebabkan Kristen tidak berkembang di Nusantara. Sementara Islam berkembang pesat karena kebijakan yang diberikan oleh mereka.
C. Islam di Cina
Cina memiliki sejarah meliputi jangka waktu lebih dari 4000 tahun, sehingga termasuk negara yang berperadaban tertua di dunia di samping India, Mesir, dan Mesopotamia. Dalam jangka waktu 4000 tahun lebih, Cina mempunyai 24 dinasti dan 2 republik, yaitu Republik Nasionalis Cina dan Republik Rakyat Cina.
T’ai tsung naik tahta pada tahun 626 M, empat tahun setelah Nabi Muhammad SAW dan sahabat- sahabatnya meninggalkan Mekkah menuju Madinah. Kira-kira pada waktu yang sama, suku-suku nomad Turki di Asia tengah berkumpul diluar tembok besar Cina untuk serbuan massal. Namun, T’ai tsung dapat mengusir mereka maka muklai muncullah migrasi menuju ke barat. Mereka adalah suku yang anak cucunya merupakan masyarakat muslim yang berbahasa turki di Cina, berbeda dengan orang-orang muslim Hui yang berbahasa Cina dari daerah selatan dan tengah.
Pada waktu T’ai tsung mempertahankan dan mempersatukan Cina, nabi muhammad SAW baru meletakkan dasar-dasar negara Islam. T’ai tsung, pada tahun 638 M, pernah menolak memberikan bantuan kepada Yazdegred yang pada waktu itu memerintah wilayah yang termasuk Iran,afganistan,dan Pakistan yang meminta pertolongan untuk melawan kekuatan baru, yaitu, orang-orang Islam tetapi penerusnya, kao tsung, menerima permintaan yang sama untuk membantu Syah Peroz, anak Yazdegred. Ia memenuhi permintaan itu karena menyadariu ancaman umat islam terhadapnya sangat serius.
Sasani dan Bizantium merupakan kekuatan besar di sebelah barat. Jauh sebelum kebangkitan islam, Sasani dan Bizantium telah datang ke istana Cina melalui jalan yang terkenal dengan jalur sutera, jalan perdagangan besar yang menghubungkan Cina dengan kontantinopel terus roma. Dinasti Cina khawatir jalan sutera yang terkenal itu akan tertutup oleh imperium islam yang semakin luas wilayahnya, setelah berhasil menundukkan Dinasti Sasani Persia. Di samping itu, Cina juga khawatir kekalahan Sasani Persia membuka kesempatan bagi suku-suku Turki yang diusir keluar dari tembok besar oleh T’ai tsung untuk memulai kembali serangannya ke Cina.
Pada tahun 651M, ketika Syah Peroz meminta bantuan kepada Kao Tsung untuk melawan bangsa Arab, Kao Tsung menerima utusan khalifah Usman Bin Affan. Utusan yang membawa hadiah cukup banyak untuk Cina itu, menginformasi bangsa arab telah memerintah selama 34 tahun dan telah mempunyai 3 raja. Setelah itu, Cina banyak memperhatikan perkembangan umat Iislam secara terus menerus. Mereka menyebut orang Arab sebagai Ta-shih dan Muawiyah sebagai mo-ee.
Pada tahun 705, Qutaibah bin Muslim menuju ke timur dari Khurasan ke Asia Tengah. Sepuluh tahun kemudian ia berhasil menundukan Bukahara, Khawarisz, Samarkand, dan sampai ke Fargana, daerah yang termasuk Asia Tengah. Menurut Al Tabari, Qutaibah berhasil melintasi pegunungan langit, benteng kokoh yang melindungi Cina dari barat. Setelah melintas Oxus, Qutaibah berusaha merebut jalur sutera tetapi penaklukan tidak berlangsung lama.
Pada tahun 750 dinasti Ummayah dijatuhkan oleh dinasti bani abbas. Satu tahun kemudian tentara muslim berhadapan dengan tentara Cina untuk pertama kalainya di Talas. Dengan bantuan orang Turki umat Islam berhasil mengalahkan tentara Cina. Sejak peristiwa itu penguasa islam terhadap asia tengah semakin kukuh.
Selama abad ke-19 terdapat pemberontakan di negeri Cina dan pemberontakan di Yunann (1855-1873) oleh penduduk muslim yang akhirnya ditumpas dengan kekejaman yang luar biasa. Setelah revolusi kebudayaan tahun 1966 umat islam yang merupakan minoritas sama sekali tidak menampakan diri. Pada awal revolusi kebudayaan mesjid dirusak, dihancurkan, atau ditutup. Demekianlah perkembangan islam di Cina.
II. ISLAM DI DUNIA DEWASA INI
Pada bagian in kita membicarakan islam kontemporer dalam perspektif studi kawasan, yaitu keadaan dan perkembangan umat islam sekarang ini di berbagai negara. untuk kepentingan analisis, negara yang dibicarakan dibatasi, yaitu Islam di Barat (Amerika Serikat), Islam di Cina, dan Islam di Asia Tenggara.
A. Islam di Amerika Serikat
Sekedar untuk mengetahui bagaimana Islam dapat berkembang di Amerika Serikat yang menurut beberapa media massa ternyata Islam di Amerika Serikat berkembang dengan pesat dan muslim menjadi pemeluk agama kedua terbesar setelah umat Kristiani, kita perlu mengetahui kapan dan bagaimana Islam masuk dan berkembang di Amerika Serikat.
Dalam mengkaji sejarah muslim Amerika Serikat, Ahmad Winters menyarankan untuk meneliti lima sumber informasi yaitu :
• Dokumen-dokumen yang ditinggalkan muslim yang dijual sebagai budak serta para pedagang budak
• Sejarah perkembangan islam di Afrika Barat
• Data statistik tentang kelompok-kelompok etnik yang dijual sebagai budak
• Wilayah-wilayah yang merupakan tempat tinggal tuam-tuan pembeli budak, dan
• Data tentang jumlah budak yang dijual ke wilayah tertentu setiap tahunnya.
Ada anggapan bahwa Muslim Amerika pertama adalah imigran Arab dari kalangan Afro-Amerika dengan cara jual beli budak. Anggapan in dibantah oleh Akbar Muhammad. Ia mencatat bahwa orang Amerika pertama yang tercatat sebagai pemeluk Islam adalah Reverend Norman, seorang misionaris gereja Metodis di Turki yang memeluk Islam pada Tahun 1870. pada decade berikutnya seorang Eropa-Amerika, Muhammad Alexander Webb memeluk islam ketika ia bertugas sebagai Konsul Jendral Amereika Serikat di Philipina pada tahun 1887. ia adalah pelopor utama yang mendirikan Organisasi Islam pertama di Amerika Serikat pada tahun 1893. Ia kemudian berperan sebagai da’i (1893) dan menerbitkan The Moeslim Word sebagai media dakwahnya.
Disamping itu, migrasi orang-orang islam ke Amerika Serikat sejak akhir abad ke-19 hingga paruh kedua abad ke-20, sekurang-kurangnya terjadi lima gelombang yaitu:
a. Pertama
Migrasi terjadi pada pada tahun 1875 hingga 1912. mereka yang bermigrasi pada umumnya adalah para pemuda desa yang tidak terpelajar dan tidak mempunyai keterampilan. Mereka berasal dari syiria, Jordania, Palestina, dan Libanon yang ketika masih berada dibawah Pemeruntahan Utsmani. Mereka bermigrasi karena keadaan ekonomi dinegrinya tidak menguntungkan dan mereka berharap mendapatkan keuntungan financial di Amerika Serikat. Pada umumnya, mereka bekerja di pabrik-pabrik dan took-toko.
b. Kedua
Migrasi terjadi pada tahun 1918 sampai 1922, yaitu setelah terjadi Perang Dunia Pertam. Mereka pada umumnya, orang-orang intelek danterdidik yang berasal dari perkotaan. Mereka umumnya adalah saudara, kawan, atau orang kenalan imigran yang telah ada di Amerika Serikat.
c. Ketiga
Migrasi terjadi tahun 1930 sampai 1938 yang terkondisikan karena kebijakan imigrasi Amerika Serikat yang memberikan prioritas kepada mereka yang keluarganya telah lebih dahulu menetap di Amerika Serikat.
d. Keempat
Migrasi terjadi pada tahun 1947 hingga tahun 1960. para imigran yang datang ke Amerika Serikat pada gelombang ini bukan saja berasal dari Timur Tengah, tapi berasal dari India, Pakistan, Eropa Timur, dan Uni Soviet. Mereka datang untuk mencari kehidupan yang lebih baik, memperoleh pendidikan yang lebih tinggi, atau untuk mendapatkan latihan teknik lanjutan dan memperoleh pekerjaan secara spesialis.
e. Kelima
Migrasi dimulai pada tahun 1967 sampai sekarang. Mereka yang datang ke Amerika Serikat pada gelombang ini, selain karena alasan ekonomi, juga yang utama dikarenakan politik. Dunia arab pada masa-masa itu mengalami penderitaan karena konfrontasi dengan Israel dan konflik-konflik lainnya. Imigran Muslim ke Amerika Serikat yang populer pada gelombang ini, antara lain Fazlur Rahman dari Pakistan yang menjadi Guru Besar Universitas Chicago, Sayyed Hosein Nashr dari Iran yang menjadi Guru Besar Universitas Washington, Ismail Al-faruqi yang menjadi Guru Besar Universitas Harvard, dan lain-lain.
Cara mereka mempertahankan keislamannya telah digambarkan oleh Eric C. Lincoln dalam bukunya The Black Muslim In America. Pada awal bukunya ia menceritakan penilaian sebagian mahasiswanya terhadap ajaran Kristen. Mereka menganggap orang-orang Kristen menganggap dirinya sebagai anak Tuhan adalah orang-orang munafik. Perlakuan mereka terhadap orang-orang negro (Afro-Amerika) tidak adil. Lincoln menjelaskan, mahasiswanya beranggapan bahwa islam adalah satu-satunya agama yang dapat memberi martabat dan harga diri terhadap orang-orang negro. Karena itulah, ajaran Drew Ali dan Maecus Gavey mendapat sambutan yang antusias dari kalangan Afro-Amerika. Diantara ajaran Noble Drew Ali adalah sebagai berikut :
a. Budha, Confusius, Zoroaster, Jesus dan Muhammad adalah nabi.
b. Oarang-orang Afro-Amerika dianggap sebagai bangsa Asia dari keturunan Muhabites dan Cannanites (sekarang jordan).
c. Islam adalah agama yang secara alamiah di peruntukan bagi bangsa Asia, sedangkan kristen adalah agama bangsa Eropa.
d. Orang-orang Afro-Amerika hendaklah menghindarkan kontak yang tak perlu dengan orang-orang Eropa-Amerika.
e. Neraka itu tidak ada, syurga adalah suatu keadaan jiwa.
Gerakan agama tersebut kemudian dilanjutkan oleh Ellijah Muhammad, namanya sebelum menjadi muslim adalah Elijah Poole. Kemudian dia mengklaim dirinya sebagai Rasul ( Messenger of Allah), dan mengklaim bahwa ajarannya berasal dari imam mahdi Fard Muhammad. Ajaran Elijah Muhmmad menggunakan konsep kristen tentang Tuhan dan inkarnasi. Tuhan menampakan diri sebagai manusia untuk mengrekrut para pengikut dan utusannya. Ajaran Elizah Muhammad membangkitkan semangat orang-orang negro dan membangkitkan kesadaran untuk melepaskan diri dari dunia perbudakan dan kehinaan kedunia yang diliputi oleh kebebasan (freedom), keadilan (justice), persamaan (equality), dan persaudaraan (brother hood).
Amerika Serikat kini sedang menghadapi persoalan-persoalan sosial yang serius. Menurut Ahmed Hosen Deedat, persoalan yang dihadapi amerika Serikat itu, seperti para gay, pemabuk, surplus kaum wanita, pemerkosaan dan pembunuhan. Tidak ada orang Amerika yang dapat menjadi walikota di New York, Los Angeles,atau San Fransisco, tanpa dukungan kaum gay di kota-kota tersebut. Amerika kini memiliki 11juta pemabuk (problem drinkers) di tambah lagi 40 juta peminum berat. Orang-0rang amerika sedang mencari jalan keluar dari persoalan-persoalan tersebut, diantaranya dengan terbentuknya sekte-sekte agama, seperti Sun Meong Moons (pria Korea yang mengaku menjadi Kristus kedua), Father Devine (seorang Negro Amerika yang mengaku dirinya tuhan), Ref. Jim Jones (yang mempraktikan cara memuja dengan bunuh diri), Klu Kluks Klan (gerakan hare krisna, kelompok pemuja setan).
Islam dapat memberikan jalan keluar kepada orang-orang Amerika. Akan tetapi siapa yang cocok untuk melakukan Islamisasi di Amerika? Menurutnya, yang cocok untuk melakukan Islamisasi di Indonesia adalah Afro-Amerika. Karena tekanan yang mereka alami selama kurang lebih tiga abad, telah menjadikan mereka komunitas muslim paling militan di dunia.
Usaha lain yang dilakukan oleh masyarakat Muslim dalam memperkenalkan Islam di California adalah dengan mendirikan perpustakaan dengan nama Muslim Public Library. Perpustakaan ini dimaksudkan untuk studi keagamaan, penyesuaian kebudayaan Amerika bagi keluarga Muslim, dan memperkenalkan non-Muslim pada Islam yang sering digambarkan sebagai agama teroris, terlebih setelah tragadi WTC.
Baru-baru ini saja terdapat aksi bakar Al-Qur’an di Amerika Serikat pada tanggal 11 September 2010 yang dilakukan Pendeta Bob Old dan Pendeta Danny Allen. Mereka menganggap kitab suci Al-Quran berisikan kebencian, bukan cinta. Namun hal ini tidak mempengaruhi Islam di Amerika Serikat. Aksi kedua pendeta tersebut pun tidak didukung oleh umat Kristen lainnya yang menghargai keberadaan Islam.
B. Islam Di Cina
Pada bagian sebelumnya kita telah membahas mengenai Islam di Cina dari aspek sejarahnya, yaitu proses Islam datang dan perkembangannya hingga zaman revolusi kebudayaan (1966). Pada bagian ini kita akan membahas mengenai Islam di Cina pasca revolusi kebudayaan.
Di Cina dewasa ini, agama Islam bukan hanya tetap hidup, tetapi juga berangsur-angsur berkembang. Di Lanzkou, di tepi Sungai Kuning, tempat asal kenudayaan Cina, sebuah masjid dan madrasah berdiri berdampingan dengan pagoda-pagoda Budha di tanah lapang pagoda putih, ratusan orang Cina setiap pagi menggerakan badannya untuk melakukan latihan Tai Ji (gerak badan harian) sebagai pemuda-pemudi Muslim mulai belajar dan melaksanakan salat. Di Xian (dulu Chiang-an) terdapat masjid agung, masjid terbesar di Cina yang memamerkan peninggalan-peninggalan nasional Cina.
Statistik pemerintah menunjukkan jumlah Muslim Cina tak kurang dari 14 juta orang, tetapi diperkirakan lebih dari itu. Setelah berakhirnya zaman Revolusi Kebudayaan (1966), masjid mulai dibuka kembali dan diperbaiki. Al-Qur’an yang dulu dihancurkan oleh Pertahanan Sipil Merah yang memimpin revolusi itu, dicetak kembali dan dibagikan secara gratis oleh pemerintah. Begitu pula di Umruqi, tiga dari 20 masjid diperbaiki kembali, dan Al-Qur’an dijual di salah satu pelataran masjid.
Sekitar 500 sampai 600 jamaah mengambil bagian pada salat Jum’at di Niu Ji, Majid terbesar dari 40 Masjid yang dipergunakan muslim di Beijing yang berjumlah 180.000 orang. Di tempat-tempat lain, seperti Kashi (Kashgar), Aksu, Kuga (Kucha), Hami, Turpan, Hotan (Khoton), dan Corridor (Kansu) dapat terdengar suara azan dan orang-orang terlihat melakukan salat berjamaah.
Umat Islam di Cina sekarang ini memperoleh sikap toleransi dari agama-agama lain. Di daerah yang mayoritas muslim, ternak babi dilarang, orang muslim mendapatkan tempat pemakaman tersendiri, orang-orang muslim melakukan pernikahan di muka Imam, buruh-buruh muslim diberikan jatah libur selama hari besar Islam, dan terdapat restoran yang menyediakan makanan halal bagi muslim. Sebagian muslim di Cina bekerja sebagai petani atau penggembala ternak.
Di samping memperoleh kebebasan beragama, umat Islam di Cina sekarang ini juga memperoleh kebebasan berpartisipasi dalam pemerintahan. Undang-undang yang dibuat oleh pemerintah Cina memberikan kebebasan kepada umat Islam untuk mengamalkan agamanya dan mereka dapat berpartisipasi dalam bidang politik, ekonomi, dan kebudayaan.
C. ISLAM DI ASIA TENGGARA
Secara umum, umat Islam di Indonesia dapat dikategorikan menjadi dua. Pertama, umat Islam sebagai warga mayoritas, seperti di Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Kedua, umat islam sebagai warga minoritas, seperti di Singapura, Thailand, dan Filipina. Thailand mayoritas rakyatnya beragama Budha, dan Filipina mayoritas rakyatnya beragama Katolik.
Sosial keagamaan bangsa-bangsa Asia Tenggara memiliki kesamaan: Pertama, dominannya mazhab Syafi’i di bidang fikih. Di Indonesia sendiri, ketergantungan terhadap mazhab Syafi’i dalam hal fikih memberikan pengaruh bagi umat muslim Indonesia. Pemikiran umat muslim menjadi terbatasi, karena ketergantungan terhadap mazhab.
Kedua, perselisihan internal antara apa yang disebut “tradisi kecil” dengan “tradisi besar” walaupun dengan derajat intensitas yang berbeda. Di Malaysia dan Muangthai, tradisi kecil diwakili oleh praktik-praktik sufi. Tradisi-tradisi ini sebagai praktik mistik, ibadah malam di daerah pedalaman, pengasingan diri, dan zikir. Praktik-praktik seperti ini pun menyerupai kebatinan di Indonesia. Di Singapura, tradisi sufi tidak diterima oleh masyarakat. Kehidupan modern membuat mereka berpikir lebih rasional.
Jumlah kaum muslimin di Thailand tidak lebih dari 10% dari total 65 juta penduduk, namun Islam menjadi agama mayoritas kedua setelah Buddha. Penduduk muslim Thailand sebagian besar berdomisili di bagian selatan Thailand, seperti di propinsi Pha Nga, Songkhla, Narathiwat dan sekitarnya yang dalam sejarahnya adalah bagian dari Daulah Islamiyyah Pattani. Pusat dakwah Islam terbesar di Bangkok terletak di Islamic Center Ramkamhaeng. Hampir semua aktivitas keislaman, mulai dari pengajian, layanan pernikahan, sampai dengan pasar makanan halal bisa ditemukan di sini. Islamic Center Ramkamhaeng berjarak sekitar 2 KM dari kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia di jalan Petchburi.
Muslim Patani di Thailand tampak memperlihatkan ketidakpuasannya terhadap sistem politik yang ada. Umat Islam Patani tidak diberi kesempatan untuk terjun ke bidang politik, ekonomi, dan budaya. Bahkan Identitas Melayu patani dilenyapkan. Identitas Melayu yang identik dengan Islam diganti dengan gelar “Bangsa Thai Muslim” .
Di Asia Tenggara terbentuk organisasi keagamaan yang mengatasi kepentingan umat Islam. Kini terbentuk organisasi hokum Islam di Asia Tenggara yang menyebut dirinya East Asian Shari’ah Law Association / SEASA-Perhimpunan Ahli Syariah se-Asia Tenggara) yang didirikan tanggal 11 Agustus 1983 di Manila, Filipina. Selain SEASA, terdapat pula siding menteri agama dan pajabat tinggi agama ASEAN yang membahas tentang makanan umat Islam. Sidang ini disebut MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).
Di Negara-negara minoritas penduduknya Islam, pengadilan agama hanya menangani perkara-perkara hokum kekeluargaan. Di Thaliand, urusan agama dan adat melayu di tangan-tangan orang melayu sendiri, sementara hokum sipil dan pidana berada di bawah yurisdiksi pemerintahan pusat. Di Filipina, kedudukan pengadilan agama cukup baik, karena Mahkamah agung Negara itu telah mengeluarkan peraturan yang khusus mengatur mekanisme yang berlaku bagi Peradilan Agama. Sedangkan pada tahun 1975 di Singapura, dibentuk undang-undang mengenai dana pembangunan masjid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar