Oleh: Yuri Alamsyah, M.Pd.I
Latar Belakang
Masalah
Secara psikologi semua orang selalu ingin mencapai cita-cita yang
diinginkannya. Ia akan berusaha dengan sekuat tenaga demi keberhasilan
tersebut. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk bekerja secara
optimal adalah motivasi, baik itu motivasi intrinsik ataupun motivasi
ekstrinsik. Karena fungsi dari motivasi itu sendiri adalah sebagai pendorong
seseorang untuk berbuat atau bertindak dan menentukan arah perbuatan kearah
yang hendak dicapai. Jadi, dengan adanya motivasi, seseorang tergerak untuk
melakukan segala tugas demi suatu tujuan atau cita-cita.
Di dalam setiap
lembaga pendidikan, hal terpenting yang diinginkan adalah prestasi yang baik
dari anak didik. Untuk mencapai prestasi yang baik, anak didik tersebut harus
belajar. Sebagaimana pamaparan Muhibbin Syah, “Belajar adalah key
‘term’“ (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan,
sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan”.
Suatu kegiatan
belajar dapat dikatakan maksimal jika prestasi yang diinginkan tercapai dengan
hasil yang memuaskan dan efisien (hemat waktu, biaya dan tenaga). Adapun salah
satu cara untuk mengetahui hasil proses belajar tersebut adalah dari nilai yang
diberikan oleh pendidik. Dengan nilai tersebut, maka anak didik akan merasa
punya pegangan, pedoman dan hidup dalam kepastian bathin. Disamping itu, anak
didik butuh mengetahui statusnya diantara teman-temannya. Misalnya, apakah ia tergolong
anak pilihan, yang pandai, yang sedang dan sebagainya; juga kadang ia butuh
membandingkan dirinya dengan teman-temannya demi kemajuannya di masa yang akan
datang .
Pengertian Prestasi Belajar
Kemampuan
intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh
prestasi, untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu
dilakukan evaluasi, tujuanya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa
setelah proses belajar mengajar berlangsung. Menurut Baharuddin dan Esa Nur
Wahyuni prestasi merupakan hasil belajar yang berasal dari infomasi yang telah
diperoleh pada tahap proses belajar sebelumnya.
Menurut
Asep Jihat belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.[1]
Sedangkan menurut Sardiman belajar merupakan tingkah laku atau penampilan
dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan,
meniru dan sebagainya.[2] Prestasi
belajar yang sering disebut juga hasil belajar yang artinya apa yang telah
dicapai oleh suatu siswa setelah melakukan kegiatan balajar yang mencakup
aspek kongnitif, afektif dan psikomotor.[3]
Prestasi
siswa dapat diartikan hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang
telah dilakukan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan
dari kegiatan belajar karena kegiatan belajar merupakan proses sedangkan
prestasi merupakan hasil dari proses belajar mengajar. Prestasi belajar adalah
tingkatan keberhasilan dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang
dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes.[4]
Menurut
Oemar Hamalik untuk mengetahui sejauh mana prestasi belajar siswa maka perlu
diadakan pengukuran secara :
1.
Assessment adalah
serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur prestasi belajar
(achievement) siswa sebagai hasil dari suatu program intruksional
2.
Pengukuran
(measurement) berkenaan dengan pengumpulan data deskriptif tentang
produk siswa dan atau tingkah laku siswa, dan hubungannya dengan standar
prestasi atau norma.[5]
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat dijelaskan bahwa
prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki oleh siswa dalam
menerima, menolak dan menilai informasi – informasi sesuai dengan tingkat
keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran, yang dinyatakan dalam
bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar
mengajar. Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dapat diketahui
setelah diadakan penilaian hasil belajar.
Menurut
Slameto mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor
interen dan faktor eksteren. Secara rinci faktor tersebut adalah sebagai
berikut [6]
:
1. Faktor interen meliputi :
1. Faktor jasmani yang terdiri atas faktor
kesehatan dan cacat tubuh
2. Faktor psikologi yang terdiri atas
intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelemahan
3. Faktor eksteren meliputi :
1. Faktor keluarga terdiri atas cara orang tua
mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan
ekonomi keluarga
2. Faktor sekolah terdiri atas metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin, keadaan gedung, metode mengajar,
dan tugas belajar
3. Faktor masyarakat terdiri atas kegiatan siswa
dalam masyarakat, media masa, temen bergaul, bentuk kehidupan masyarakat
Prestasi
belajar atau hasil belajar siswa perlu diketahui oleh siswa yang bersangkutan
guna mengetahui seberapa besar kemajuan yang telah dicapai oleh siswa serta
seberapa baik kualitas dari proses pembelajaran itu sendiri. Prestasi belajar
siswa dapat ketahui melalui proses evaluasi pembelajaran.
Tujuan
evaluasi adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui tingkat kemajuan yang telah diketahui siswa dalam kurun waktu proses
belajar tertentu. Sehingga guru dapat mengetahui kemajuan perubahan
tingkah laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran.
2.
untuk
mengetahui posisi atau kedudukan siswa dalam kelompok kelasnya. posisi yang
dimaksud adalah mutu kemampuan yang dimiliki siswa di kelas jika dibandingkan
dengan teman – temen lainnya
3.
Untuk
mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar. Maka dengan
evaluasi guru dapat mengetahui usaha yang dilakukan siswa apakah efisien atau
tidak dalam usaha mencapai prestasi
4.
Untuk
mengetahui sejauh mana siswa telah mendayagunakan kemampuan dan kecerdasan yang
dimiliki untuk keperluan belajar dalam usaha mencapai prestasi belajar.
5.
Untuk
mengetahui keefektifan metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses
belajar mengajar.[7]
Indikator
Prestasi Belajar
Menurut Muhibbin Syah “Pengungkapan
hasil belajar meliputi segala ranah psikologis yang berubah sebagai akibat
pengalaman dan proses belajar siswa”. Namun demikian pengungkapan perubahan
tingkah laku seluruh ranah, khususnya ranah afektif sangat sulit. Hal ini
disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tidak dapat diraba). Kunci pokok untuk
memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah garis-garis besar
indikator dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.
Di bawah ini adalah tabel yang menunjukan jenis, indikator dan cara evaluasi
belajar:[8]
Tabel 1 : Jenis, Indikator dan Cara Evaluasi
Prestasi
Ranah/Jenis Prestasi
|
Indikator
|
Cara Evaluasi
|
A. Ranah Kognitif
|
|
|
1. Pengamatan
|
1. dapat menunjukkan
2. dapat membandingkan
3. dapat menghubungkan
|
1. tes lisan
2. tes tertulis
3. observasi
|
2. Ingatan
|
1. dapat menyebutkan
2. dapat menunjukan kembali
|
1. tes lisan
2. tes tertulis
3. observasi
|
3. Pemahaman
|
6. dapat
menjelaskan
7. dapat
mendefinisikan dengan lisan sendiri
|
1. tes lisan
2. tes tertulis
|
Ranah/Jenis Prestasi
|
Indikator
|
Cara Evaluasi
|
3. Pemahaman
4. Penerapan
5. Analisis (pemeriksaan
dan
pemilahan secara teliti)
6. Sintesis (membuat panduan
baru dan utuh)
|
1. dapat menjelaskan
2. dapat mendefinisikan
dengan lisan sendiri
1. dapat memberikan
contoh
2. dapat menggunakan
secara tepat
1. dapat menguraikan
2. dapat mengklasifikasikan
1. dapat menghubungkan
2. dapat menyimpulkan
3. dapat
menggeneralisasi
|
1. tes lisan
2. tes tertulis
1. tes tertulis
2. pemberian
tugas
3. observasi
1. tes tertulis
2. pemberian tugas
1. tes tertulis
2. pemberian tugas
|
B. Ranah Rasa/Afektif
|
|
|
1. Penerimaan
|
1. menunjukan sikap menerima
2. menujukan sikap menolak
|
1. tes tertulis
2. tes
skala sikap
3. observasi
|
2. Sambutan
|
1. kesediaan berpartisipasi/
Terlibat
2.
kesediaan memanfaatkan
|
1. tes tertulis
2. tes skala sikap
3. observasi
|
3. Apresiasi (sikap menghargai)
4. Internalisasi (pendalaman)
5.Karakteristik
(penghayatan)
|
1. menganggap
penting dan
bermanfaat
2. menganggap indah dan
harmonis
3. mengagumi
1. mengakui dan
meyakini
2. mengingkari
1. melembagakan atau
meniadakan
2. menjelmakan dalam
pribadi dan perilaku
sehari-hari
|
1. tes skala
penilaian/sikap
2. pemberian tugas
3. observasi
1. tes skala sikap
2. pemberian tugas
ekspresif (yang
menyatakan sikap)
dan proyektif (yang
menyatakan
perkiraan ramalan)
3. observasi
1. pemberian tugas
ekspresif dan proyektif
2. observasi
|
Ranah/Jenis Prestasi
|
Indikator
|
Cara Evaluasi
|
C. Ranah Karsa/Psikomotor
|
|
|
1. Keterampilan
bergerak dan bertindak
|
1. mengkoordinasikan
gerak mata, tangan, kaki
dan anggota tubuh
lainnya
|
1. observasi
2. tes tindakan
|
2. Kecakapan ekspresi
verbal dan nonverbal
|
1. mengucapkan
2. membuat mimik dan
gerakan jasmani
|
1. tes lisan
2. observasi
3. tes tindakan
|
Batas Minimal
Prestasi Belajar
Setelah
mengetahui indikator prestasi belajar di atas, guru perlu pula mengetahui
bagaimana kiat menetapkan batas minimal keberhasilan belajar para siswanya.
Keberhasilan dalam arti luas berarti keberhasilan yang meliputi ranah cipta,
rasa, dan karsa siswa. Keberhasilan tidak hanya terikat oleh kiat penilaian
yang bersifat kognitif, tetapi juga memperhatikan kiat penilaian afektif dan
psikomotor siswa.
Menetapkan
batas minimum keberhasilan belajar siswa selalu berkaitan dengan upaya
pengungkapan hasil belajar. Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat
keberhasilan siswa setelah mengikuti proses mengajar-belajar. Di antara
norma-norma pengukuran tersebut ialah :
1.
Norma skala angka dari 0 sampai 10.
Kesimpulan
Untuk mengungkap hasil belajar atau prestasi belajar pada ketiga ranah
(afektif, kognitif dan psikomotor) diperlukan patokan-patokan atau
indikator-indikator sebagai penunjuk bahwa seseorang telah berhasil meraih
prestasi pada tingkat tertentu, karena pengetahuan dan pemahaman yang mendalam
mengenai indikatorindikator prestasi belajar sangat diperlukan ketika seseorang
perlu untuk menggunakan alat dan kiat evaluasi.
Tujuan dari
pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai jenis-jenis prestasi belajar
dan indikator-indikatornya adalah agar pemilihan dan pengunaan alat evaluasi
akan menjadi lebih tepat, reliabel dan valid. Kunci pokok untuk memperoleh
ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah
mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu)
dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.
Setelah
mengetahui indikator dan memperoleh skor hasil evaluasi prestasi belajar, maka
langkah selanjutnya adalah menetapkan batas minimal keberhasilan belajar
peserta didik tersebut. Menetapkan batas mnimum keberhasilan belajar selalu
berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar.
Terdapat
beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah
mengikuti proses belajar mengajar, beberapa norma tersebut antara lain yaitu
norma skala angka dari 0 sampai 10, norma skala angka dari 10 sampai 100 dan
norma prestasi belajar dengan menggunakan simbol huruf A, B, C, D, dan
E.
DAFTAR
PUSTAKA
Asep Jihad dan Abdul Haris. 2009. Evaluasi
Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Pressindo
Hadari Nawawi. 1998. Administrasi
sekolah. Jakarta : Galio Indonesia
Muhibin Syah.2006.Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan
Baru. Bandung: PT.Remaja Rosda karya.
Oemar Hamalik. 1995. Metode Belajar
Dan Kesulitan - Kesulitan Belajar. Bandung : Tarsito
Sardiman.1996. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grafindo.
Slameto. 1998. Belajar dan factor-faktor
yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta
Tohirin 2005. Psikologi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar