Oleh: Yuri Alamsyah, M.Pd.I
Latar Belakang Masalah
Sejarah
menjadi salah satu dalil atau petunjuk dalam dunia pendidikan, secara umum
sejarah mengandung kegunaan yang sangat besar bagi kehidupan umat manusia.
Karena sejarah menyimpan atau mengandung kekuatan yang dapat menimbulkan
dinamisme dan melahirkan nilai-nilai baru bagi pertumbuhan serta perkembangan
kehidupan umat manusia khususnya dalam
dunia pendidikan Islam.
Berkaitan dengan sejarah pendidikan
al-Azhar. Al-Azhar merupakan lembaga pendidikan Islam yang telah dikenal
sebagai universitas kedua tertua di dunia setelah Universiti Al-Qarawiyindi Fes, Maghribi.[1]
Oleh karena itu,Al-Azhar telah
mengajarkan berbagai disiplin ilmupengetahuan, baik ilmu agama, seperti fiqih,
al-Qur’an, hadis, tasawuf, bahasa Arab, nahwu ,sharaf dan lain-lain. Sedangkan
ilmu-ilmu umum, yang diajarkan meliputi ilmu kedokteran, matematika, logika,
sejarah dan lain-lain.
Al-Azhar
sejak berdirinya mengalami pasang surut karena pengaruh kepentingan penguasa
saat itu hal ini karena posisi al-Azhar yang tidak independen.
Sebagaimana telah kita maklumi bahwa,
sejarah pendidikan Islam merupakan hal yang terpenting bagi umat manusia agar
dapat meneladani proses pendidikan dan dapat menjadikan perbendaharaan dalam
ilmu pengetahuan, termasuk mengetahui dan mempelajari sejarah panjang al-Azhar.
Karena dalam pembahasan ini sangat luas dan
terbatasnya sumber refrensi,maka dalam makalah ini, penulis membatasi
pembahasan pada masalah sejarah berdirinya al-azhar, madrasah tingkat tinggi,
kurikulum dan metode pengajaran, keberadaan al-Azhar saat berada dibawah
naungan penguasa, peran al-Azhar dalam mencetak ulama dan perkembangan al-Azhar
pada zaman modern.
Sejarah Berdirinya Universitas Al-Azhar
Universitas al-Azhar (جامعة الأزهر ) atau juga (الأزهر الشر) al-Azhar al-Shareef,
"Azhar yang Mulia" adalah sebuah institusi pendidikan tinggi ulung di
Mesir, dan
terkenal di dunia sebagai pusat kesarjanaan dan pendidikan. Mulai dibina pada969, Al-Azhar merupakan universitas
yang kedua tertua ditubuhkan yang masih beroperasi selepas Universiti al-Qarawiyin di Fes, Maghribi.
Universitas
al-Azhar yang paling terkenal di dunia
Islam, berada di Cairo Mesir. Universitas ini di dirikan oleh Jendral Jauhar,
setelah pendirian kota Cairo tahun 358 H/ 969 M. Sedangkan menurut sumber yang
di kutip Van Houve pada dalam Ensiklopedia Islam menyebutkan bahwa al-Azhar
berdiri pada tahun 395 H/970 M. Mahmud Yunus dalam bukunya,Sejarah Pendidikan
Islam, mengutip berdirinya al-Azhar pada tahun 358 H.[2]
Semula
ia merupakan lembaga Fatimiyah sebagai pusat latihan kader penyebar ideologi
Syi’ah mengancam otoritas Abbasiyah Sunni.Maka
Dinasti Saljuk Abbasiyah mendirikan lembaga-lembaga pendidikan teologi ortodoks
sebagai upaya mengimbangi al-Azhar.Demikianlah Nizamul Mulk (wafat 485 H/1092
M) mendirikan beberapa Madrasah Nizhamiyah di Irak dan Syiria.Sementara itu
Sultan Shalahuddin dan beberapa Sultan di Syiria lainnya mendirikan sejumlah
madrasah di Syiria dan Palestina.Dengan demikian al-Azhar memiliki peran
penting dalam mendorong pendidikan tinggi di dalam Islam.
Pada
masa Dinasti Fatimiyah ,Jauhar menginstruksikan untuk tidak menyebut-nyebut
Bani Abbas dalam setiap khotbah Jum’at dan juga mengharamkan pemakaian jubah
hitam serta atribut Bani Abbas lainnya. Dalam adzan hayya ‘ala al-shalah di
ganti dengan hayya ‘ala al-khair al-‘amal. Dalam khutbah Jum’at
disebutkan “Ya ,Allah, ucapkan shalawat atas Nabi Muhammad, manusia yang
terpilih, kepada Ali, manusia yang di ridhai, kepada Fatimah dan kepada Hasan
dan Husein, cucu Rasulullah. Mereka itu disingkirkan Allah dari kekotoran dan
disucikan.Shalawat atas diri imam-imam yang suci dari atas diri
‘amirulmukminin, al-Mu’izz Liidinillah”.
Al-Azhar juga mempunyai peran penting dalam
perkembangan pendidikan di eropa.Pemakaian seragam sekolah, pengembangan
tradisi pembantahan, penjurusan dua buah fakultas. Fakultas graduate dan undergraduate,
berasal dari tradisi al-Azhar, dan menunjukan pengaruh kuat lembaga Azhar.
Setelah al-Ayyub menaklukan Mesir tahun 1171.[3] Selama
hampir satu abad dari tahun 1171-1267 Al-Azhar dikosongkanpada abad kekosongan
itu shalat Jum’at di Masjid al-Azhar pun di larang dan pindah ke Masjid
al-Hakim, karena mereka berpemahaman tidak boleh ada dua khutbah didalam satu
kota. Semenjak itulah Dinasti Fatimiyah berakhir sehingga al-azhar berubah
menjadi universitas Sunni.Ia telah mencapai prestasi yang gemilang dan reputasi
sebagai otoritas bidang keagamaan yang sampai sekarang tetap di perlukan.[4]
Komponen Pendidikan Islam Universitas Al-Azhar
NO
|
KOMPONEN
|
DINASTI FATHIMIYAH
970 – 975 M
|
DINASTI AYYUBIAH
1193
– 1198 M
|
DINASTI MAMLUK
1250-1517 M
|
MASA KINI
1961 - sekarang
|
1
|
Tujuan
|
- Penghormatan kepada Fathimah sebagai nenek moyang ahlul bait.
- Penyebaran madzhab Syi’ah
- Mencetak ulama syi’ah
|
-
Penyebaran
Madzhab Sunni
|
Mencetak ulama kaum muslimin
|
-
Universitas
pencetak ulama yang berpegang teguh pada Qur’an dan Hadits.
-
Mencetak
ulama dunia dan akhirat.
|
2
|
Pendidik
|
Abu Hasan An Nu’man: dipandang
sebagai ahli dalam fikih ahlulbait, ahli sastra dan penyair. Saudaranya
Muhammad bin Nu’man juga anaknya Husein bin Nu’man yang pada kelanjutannya
menjadi khalifah dinasti Fathimiyah 996-1021 M.
|
Abdul
Latif al Bagdadi,
Syamsudin
Khallikan, Abu Abdullah al Qudha’i seorang ahli hadits dan sejarah, al Hufi
seorang ahli bahasa, abu Abdullah Muhammad bin Barakat seorang ahli nahu, dan
Hasan bin Khatir al Farisi ahli fikih mazhab Hanafi dan ahli tafsir
|
Ibnu Khaldun, Izzudin Aismur al Hilli
|
syekh Mahmoud
Syaltout, Mohammad Abduh
|
3
|
Peserta Didik
|
Mahasiswa
lokal
|
Mahasiswa luar daerah
|
Mahasiswa luar daerah
|
Mahasiswa luar negeri
|
4
|
Kurikulum/ materi
|
mempelajari Al Qur’an dan
penafsirannya, hadits, ilmu nahwu, ilmu sharaf, sastra, sejarah,
prinsip-prinsip fikih Syi’ah, Maulid
Nabi, hari asysyura.
|
Tafsir,
Hadits, nahwu,ilmu bayan, ilmu mantik, fikih
mazhab Hanafi,sejarah, hadits, ilmu nahwu, ilmu sharaf, sastra, sejarah,
|
Tafsir, Hadits, nahwu,ilmu
bayan, ilmu mantik, fikih mazhab Hanafi,sejarah,
hadits, ilmu nahwu, ilmu sharaf, sastra, sejarah,
|
Interpretasi syari’at dengan kebutuhan dunia
modern,
|
5
|
Metode
|
Halaqoh,
ceramah, diskusi.
|
Halaqoh, ceramah, diskusi
|
Halaqah, Hafalan,
Taqrir, Ikhtisar
|
Ceramah, diskusi, Hafalan, dll.
|
6
|
Media
|
- search
|
search
|
Kitab-kitab
|
Kitab –kitab, elektronik projektor, komputer, nootbook.
|
7
|
Manajemen
|
-
search
|
search
|
Azhar tidak ada prosedur izin formal, jenjang, silabus mata pelajaran atau ujian tulis
|
Fakultas bahasa
arab, Ushuluddin, Syari’ah, Fakultas kedokteran,
Pertanian, Tehnik.
Majelis Tinggi al
Azhar, Lembaga Riset Islam, Biro Kebudayaan dan Misi Islam, Universitas al
Azhar
|
7
|
Sarana
|
- Mesjid, perpustakaan Daarul Hikmah
|
Mesjid
|
Ruang kelas, bangku, buku,
|
Ruang kelas, bangku,
buku,
|
8
|
Evaluasi
|
-
search
|
search
|
Ujian tulis
|
Ujian tulis dan lisan
|
Peran
Universitas Al-Azhar dalam Mencetak
Ulama pada Zaman Modern
Perubahan mulai terlihat lebih jelas ketika al
Azhar dipimpin oleh Syaikh Muhammad Abbasi al Mahdi al Hanafi, rektor ke 21
yang pertama bermazhab Hanafi. Pada bulan Februari 1872 Ia memasukkan sistem
ujian untuk mendapatkan ijazah al Azhar. Calon ‘alim harus berhadapan dengan
suatu tim beranggotakan 7 atau 6 orang syaikh yang ditunjuk oleh syaikh al
Azhar untuk menguji fikih, ushul fikih, tauhid, tafsir, hadits, nahu, sharaf,
bayan, mantiq dan bayaan. Kandidat yang berhasil lulus berhak mendapatkan asy
syahadah ‘alimiyah atau ijazah kesarjanaan
Pada tahun 1879 M didirikan perpustakaan untuk
membantu memenuhi kebutuhan mahasiswa terhadap buku.Maret 1885 keluar
undang-undang mengenai peraturan tenaga pengajar di al Azhar. Seseorang dapat
hak mengajar apabila ia telah mengarang buku-buku induk untuk ke dua belas
bidang studi diatas.
Usaha pembaruan selanjutnya dilakukan
oleh Syekh Mohammad Abduh .Abduh mengajar di al Azhar dan juga di perguruan
tinggi Daar Ulum, yang mengembangkan kurikulum modern guna mempersiapkan para
fungsionaris untuk birokrasi Negara. Proyek modernismenya bertujuan membebaskan
pemikiran religius dari belenggu peniruan buta (taklid) dan membuka jalan bagi
reformasi yang akan mengungkapkan kekuatan spiritual Islam secara tepat bagi
dunia modern. Abduh melegitimasi program reformasi ini dengan menarik perbedaan
seksama antara pesan spiritual esensial Islam dan elaborasinya dalam ketentuan
dan hokum sosial.Ia menjelaskan bahwa doktrin fundamental iman kepada Allah,
wahyu melalui nabi-nabi yang berakhir dengan Nabi Muhammad, dan tanggung jawab
moral dilesarikan oleh para leluhur shaleh (salafus shalih) dan bahwa prinsip
ini dapat diabadikan oleh komunitas muslim. Tentu saja, secara ilmiah jika
keadaan berubah, formula seperti itu pun dapat diadaptasi dan dimodifikasi
untuk kebutuhan baru.Abduh mengarahkan perhatian pada modernisasi kurikulum dan
reformasi pengadilan agama.Ia mengeluarkan fatwa progresif tentang membolehkan
busana barat, bunga bank dan masalah perceraian.
Maksud kompromi Abduh dengan kekuatan
kolonial, dan lebih mendasar dengan proyek westernisasi adalah menegaskan
identitas Mesir dan pembebasan melalui reformasi Islam akan tetapi penetrasi
barat menenggalamkan usahanya. Ketika Syaikh Muhammad Abduh datang ke al Azhar
pertama kali untuk belajar al Azhar berada dalam kondisi kejumudan yang
demikian parah.Sangat konservatif, sehingga saking konservatifnya Fazlur
Rahmanpun tidak mau melanjutlkan studi ke al Azhar sebaliknya pergi ke Oxford.
Fazlur Rahman sangat mengkhawatirkan ketidakkritisan dunia pendidikan al Azhar,
sehingga ia mengatakan bahwa al Azhar itu mewakili sosok akhir pemikiran Islam
abad pertengahan dengan beberapa modifikasi kecil-kecilan sementara posisi
intelektual spiritualnya tetap statis .Pada mulanya usaha ini ditentang oleh
ulama konservatif namun akhirnya berhasil dijalankan ketika kepemimpinan al
Azhar berada di tangan Syekh an Nawawi yang juga teman dekat Abduh. Berangsur
angsur mulai diadakan pengaturan libur yang lebih pendek daripada masa
belajar.Uraian pelajaran yang bertele-tele seperti syarah al hawaisy berusaha
untuk dihilangkan.Abduh juga memasukkan kurikulum modern seperti fisika, ilmu
pasti, filsafat, sosiologi dan sejarah ke al Azhar.Abduh sendiri menjadi orang
pertama yang mengajarkan etika dan politik di al Azhar Di samping masjid
didirikan dewan administrasi al Azhar (idarah al azhar) dan diangkat beberapa
orang sekretaris untuk membantu kelancaran tugas syekh al Azhar.
Bersamaan dengan ini dibangun pula riwaq
sebagai sarana tempat tinggal para pelajar dari luar Kairo juga para
dosennya.Pembangunan riwaq ini juga didanai oleh wakaf.Dalam setiap riwaq ada
syaikh dan tunjangan makan, di riwaq yang besar terdapat perpustakaan.Kamar
kecil dan kamar tidur.Pada sekitar 1900 terdapat tiga riwaq untuk pelajar di
Mesir Bawah, Fayyum, Mesir Atas dan Mesir Tengah.Ada juga riwaq untuk kaum
kurdi, Berber, Jawa, India, Afghanistan, Sudan, Suriah, Yaman, Somalia dan
Hijaz.
Sesuai dengan UU No. 1 tahun 1908, jenjang
pendidijkan al Azhar dibagi menjadi tiga: pendidikan dasar, pendidikan menengah
dan pendidikan tinggi dengan masa belajar lima tahun masing-masing jenjang.
Dibentuk pula Majlis Tinggi al Azhar, organisasi ulama-ulama terkemuka, badan
administrasi untuk setiap tingkat pendidikan rendah dan menengah, dana
pengaturan kepegawaian.
Selanjutnya melalui UU No 49 tahun 1930, studi
di Al Azhar disempurnakan lagi menjadi empat jenjang pendidikan: pendidikan
rendah selama 4 tahun, pendidikan menengah selama 5 tahun, pendidikan tinggi
selama 4 tahun, dan pendidikan tinggi kejuruan selama 5 tahun. Pendidikan
tinggi kejuruan terbagi dua bagian, yaitu pertama kejuruan karier dimana
alumninya bergerak di bidang da’wah seprti khatib, imam dan muballig.Sedangkan
yang kedua yaitu kejuruan peradilan dimana alumninya bergerak dalam bidang
peradilan. Menurut Dodge sebagaimana yang dikutip Mona Abaza bahwa sejak
ditetapkannya UU 1930 oleh raja Fuad membentuk al Azhar sebagai universitas
sesungguhnya .Fakultas yang ada saat itu adalah fakultas bahasa arab,
ushuluddin dan syari’ah. Dari masa ini kata universitas mulai dikenakan kepada
al Azhar.Sehingga mulai biasa disebut Jami’ah al Azhar.
Pada masa kepemimpinan syekh Mahmoud Syaltout
sebagai rektor al Azhar ke 41 diangkat pada 21 oktober 1958.sebagai rektor
universitas Al Azhar ia memiliki peluang besar untuk merealisasi cita-cita dan
pemikirannya selama ini tentang al Azhar. Ia memindahkan institut pembacaan al
Qur'an ke dalam masjid Al Azhar dengan susunan rencana pelajaran tertentu dalam
masalah keislaman. Ini mengembalikan fungsi al Azhar pada posisi sebagai pusat
kajian al Qur'an bagi seluruh umat Islam secara bebas tanpa terikat jam dan
ujian. Ia juga mendirikan kompleks Universitas al Azhar di samping masjid
sebagai tempat tinggal pelajar dilengkapi dengan perpustakaan dan ruang
belajar.
Selanjutnya ia mengeluarkan UU pembaruan yang
disebut UU Revolusi Mesir tahun 1961 yang mengatur tentang organisasi al Azhar.
Juga ditetapkan adanya fakultas-fakultas baru seperti fakultas kedokteran,
pertanian, tehnik disamping fakultas keagamaan yang sudah lebih dulu ada.
Menurut Syaltut, peraturan baru ini bagi universitas Al Azhar adalah
pelaksanaan prinsip-prinsip ulama Islam mengenai kemanusiaan dan penciptaan
lapangan kerja bagi anak-anak universitas al Azhar dalam berbagai bidang untuk
mewujudkan cita-cita kaum muslimin di seluruh dunia terhadap institut mereka
yang kuno itu. Senada dengan Abaza, Rifyal Ka’bah berpendapat bahwa UU ini
memberi peluang besar terjadinya perpaduan kembali pendidikan agama dengan
pendidikan umum sebagaimana dilalui dalam realitas sejarah pendidikan Islam
zaman keemasan . Lembaga-lembaga al Azhar juga telah ditetapkan yang terdiri
dari Majelis Tinggi al Azhar, Lembaga Riset Islam, Biro Kebudayaan dan Misi
Islam, Universitas al Azhar dan Lembaga Pendidikan Dasar dan Menengah.
Selain itu juga ditetapkan tujuan
universitas yaitu: 1 Mengemukakan kebenaran dan pengaruh turas Islam terhadap
kemajuan umat manusia dan jaminannya terhadap kebahagiaan dunia dan akhirat. 2
Memberikan perhatian penuh terhadap turas ilmu, pemikiran dan kerohanian bangsa
Arab Islam.3 Menyuplai dunia Islam dan negara-negara Arab dengan ulama-ulama
aktif yang beriman, percaya diri, mempunyai keteguhan mental dan ilmu dalam
bidang aqidah, syariat dan bahasa al Qur’an. 4 Mencetak ilmuwan agama yang
aktif dalam semau bentuk kegiatan, karya, kepemimpinan dan menjadi contoh yang
baik, serta mencetak ilmuwan dari berbagai ilmu pengetahuan yang sanggup aktif
dalam hikmat kebijaksanaan dan pelajaran yang baik di dalam maupun di luar
Republik Arab Mesir, 5 Meningkatkan hubungan kebudayaan dan ilmiah dengan
universitas dan lembaga ilmiah Islam di luar negeri.Undang-undang ini juga
dianggap sebagai batas pemisah antara al Azhar masa periode khalifah al Muizz
Lidinillah dengan al Azhar periode Gamal Abdel Naser.
Pada tahun 1962 al Azhar membuka pintu
bagi mahasiswi dengan mendirikan al Azhar Woman’s College yang ditempatkan di
gedung-gedung baru dengan jumlah mahasiswi sekitar tiga ribu berdatangan dari
berbagai negara Islam. Pada tahun ini perpustakaan al Azhar telah memiliki
7.700 jilid buku sedangkan pada permulaan abad ini sudah mencapai 36.642 jilid
buku.10.932 diantaranya adalah tulisan tangan.
Akan halnya kurikulum, secara
substansial kurikulum yang dipelajari sebelum modernisme Islam hampir sama
dengan kurikulum di Nizhamiyah dan Haramain. Bahkan menurut Azyumardi Azra pada
kurun waktu itu para guru memiliki kecendrungan intelektual yang sama yaitu
bertitik tolak pada Islam tradisional . Baru ketika ketertinggalan masyarakat
Mesir akan ilmu pengetahuan tersadarkan oleh hadirnya Napoleon dengan kemajuan
ilmu pengetahuannya, kurikulum pendidikan mulai bergeser orientasinya.
Pergeseran orientasi kurikulum pendidikan ini
dimulai dengan semangat Hellenisme yang dihembuskan Jamaluddin al Afghani
.Pembaharuan bisa dikatakan berawal dari sini. Ketika para cendekiawan muslim
menyerap semangat hellenisme yang memberikan porsi besar kepada penggunaan
akal, mengutamakan sikap rasional dan cenderung kepada ilmu-ilmu sekuler ke
dalam jiwa mereka dan mulai meletakkan tonggak bagi perkembangan ilmu-ilmu
umum. Mereka antara lain adalah al Kindi, al Farabi dan Ibnu Sina dan Ibnu
Rusyd .Namun awalnya ide hellenis ini ditolak keras oleh kaum semitis, yaitu
para ulama konservatif.
Jamaluddin al Afghani yang menurut Ernest
Renan seorang kritikus agama dari Perancis merupakan perpaduan antara Ibnu Sina
dan Ibnu Rusyd , yang juga merupakan guru dari Mohammad Abduh merupakan pejuang
modernisme yang gigih. Al Afghani datang ke Kairo beberapa tahun menjelang
meninggalnya al Thahthawi dan menyerukan hal yang sama. Baginya tidak ada
seorangpun yang berhak menutup pintu ijtihad.Pendidikan bersifat
universal.Wanita bukan hanya boleh mendapat pendidikan seperti pria tetapi juga
boleh bekerja di luar rumah asalkan situasinya cocok untuk itu.Semangat
hellenisme itu diturunkan Jamaluddin kepada muridnya yaitu Mohammad
Abduh.
Abduh adalah seorang yang bertanggung jawab
besar.Ini terlihat dalam upayanya merestorasi al Azhar.Ia berusaha keras
sepenuh kemampuannya untuk merubah cara fikir dan stagnasi dunia pendidikan yang
jelas-jelas dirasakannya di al Azhar ketika ia belajar di sana. Namun sesuai
dengan keyakinan Abduh bahwa “perubahan tak akan disukai” usahanya justru
dihalangi oleh penguasa saat itu yaitu Khedive ‘Abbas Hilmi. Pada akhirnya
Abduh diangkat menjadi mufti Mesir agar ia tidak bisa menjadi syaikh al Azhar.
Kendati begitu apa yang telah dilakukannya ketika mengajar di al Azhar telah
memberikan angin segar dan telah mulai merubah siatuasi pendidikan yang semula
stagnan. Usahanya tidak terbatas dalam perubahan kurikulum tetapi juga
pengaturan administrasi dan sistim pendidikan, yang semuanya itu dilakukan
karena Abduh merasa memiliki al Azhar sehingga berkewajiban memajukan al
Azhar.Usaha pembaharuan yang dilancarkan Abduh boleh dikatakan berhasil
walaupun tidak bisa mengubah al Azhar setaraf universitas Eropa, tetapi Abduh
berhasil membuat jumlah mahasiswa yang maju untuk diuji bertambah.
Al Azhar dalam perspektif kontemporer.Banyak
yang beralih dari sistem al Azhar ke sekolah negeri pada abad kedua puluh. Pada
1970-1971 hanya 1% siswa sekolah dasar, 2% siswa sekolah menengah, dan 5%
mahasiswa al Azhar yang menuntut ilmu di sekolah-sekolah keagamaan. Seksi
da’wah dan bimbingan al Azhar mengirimkan da’i dan penceramah ke seluruh
Mesir.Al Azhar mempunyai pers sendiri. Majallah al Azhar berdiri pada 1930
dengan nama asalnya nur al Islam., program Radio Suara al Azhar pada 1959 dan
para da’i Azhar kian meramaikan gelombang udara radio dan televisi Mesir.
Sementara di luar Mesir al Azhar dipandang
sebagai pejuang Islam Sunni dan bahasa arab. Pelajar lulusan al Azhar dan guru
besar al Azhar yang bertugas di luar negeri dibutuhkan untuk membantu
mendirikan dan mengembangkan lembaga-lembaga pendidikan di tempat mereka
berasal.
Walaupun begitu al Azhar tetap saja konservatif.
Al Azhar menjauhi para aktivis Islam, mulai dari al Afghani, sampai Sayyid
Quthb dan Hasan al Banna .Kedua pemikir Islam ini adalah alumni Dar el Ulum
bukanlah lulusan al Azhar.Dewasa ini pemimpin kelompok-kelompok Islam bukanlah
dari komunitas al Azhar.Syaikh-syaikh al Azhar menyebut Islamis radikal sebagai
orang Islam yang berpengetahuan dangkal.Dan banyak Islamis radikal menyebut
orang-orang al Azhar sebagai ulama resmi, yaitu ulama yang tunduk kepada negara
yang membayar mereka.
Azyumardi mengutip Von der Mehden bahwa
semenjak penghujung abad ke 20, pengaruh tamatan al Azhar jauh berkurang dari
masa-masa sebelumnya. Di mana generasi tamatan al Azhar zaman dulu menempati
posisi penting sebagai teknokrat yang ikut serta dalam wacana Islam di dalam negara
dan kebanyakan tamatan al Azhar sejak tahun 80an hanya aktif di berbagai
pesantren atau sebagai muballigh .Namun begitu setidaknya al Azhar telah
berusaha merubah haluan pemikiran pendidikannya.Pada abad ke 20 ini al Azhar
sudah mulai memperhatikan hasil-hasil yang telah dicapai oleh sarjana-sarjana
ketimuran dalam bidang studi keislaman dan kearaban.Al Azhar mulai memandang
perlu mempelajari sistem penelitian yng dilakukan universitas-universitas
Barat.Juga mulai mengirim alumninya yang dipandang berkualitas untuk belajar ke
Eropa dan Amerika.Tujuannya adalah untuk mengikuti perkembangan ilmiah di
tingkat internasional.
Sesuatu yang juga tidak boleh dilupakan adalah
jasa al Azhar yang secara tidak langsung telah membangun dan menyemarakkan
dunia pendidikan Indonesia melalui putra daerah yang belajar di al Azhar dan
menerapkan hasil studinya sekembalinya dari al Azhar.Mengutip pendapat Abaza
bahwa alumni al Azhar banyak berperan dalam dunia pendidikan
Indonesia.Kemunculan sejumlah lembaga pendidikan modernis di beberapa tempat
diprakarsai dan dikelola oleh alumni al Azhar.Lembaga pendidikan ini pulalah
yang mendorong terjadinya perubahan sistim pendidikan di lembaga-lembaga
pendidikan Islam tradisional.Berikut ini sekilas tentang para azhari yang
menyemarakkan dunia penddikan Indonesia.
Hamka, singkatan dari Haji Abdul Malik
Karim Amrullah adalah seorang ulama dan penulis Islam Indonesia modern paling
produktif.Lahis di Desa Sungai Batang Padang Sumatra Barat pada 17 Februari
1908.tahun 1960 terpilih menjadi imam besar masjid Al Azhar tetapi tahun 1964
ditahan dengan tuduhan terlibat percobaan pembunuhan presiden Soekarno. Ditahan
selama 20 bulan di bawah tanah, tetapi selama itu pula beliau berhasil menyusun
tafsir Al Azhar sebanyak 30 jilid.Setelah Soekarno turun, Hamka kembali menjadi
imam masjid Al Azhar dan menerima gelar kehormatan dari Al Azhar Kairo tahun
1958.selanjutnya menerima elar kehormatan juga dari Universitas Kuala Lumpur
tahun 1974. Hamka meninggal tahun 1981.
Raden Fathurrahman adalah orang Jawa
yang belajar di Kairo kemudian mendirikan penerbitan berkala Seruan Azhar.Ia
menjadi berpengaruh dalam partai Masyumi setelah perang dunia II dan kemudian
menjadi menteri agama. Mahmud Junus, seorang mahasiswa Al Azhar lainnya,
menjadi Kepala Bagian Agama setelah kemerdekaan dan selanjutnya menjadi Kepala
Bagian Pendidikan Islam. Para lulusan timur tengah lainnya pada umumnya
memainkan peranan sampai perang dunia II.
Djanan Thaib adalah mahasiswa Indonesia
pertama yang mendapat gelar Alamiyya dari Al Azhar pada tahun 1924 dan kemudian
menjadi Redaktur Kepala Seruan Azhar serta pengikut aktif Djami'ah Al
chairiah.Ia terpilih menjadi utusan dalam Konferensi Islam pertama di Makkah
pada tahun 1926, pada waktu pemerintahan Raja Abdul Aziz Ibn Saud. Djanan
meninggalkan Kairo ta.hun 1926, pergi ke Makkah ditunjuk sebagai 'alim untuk
mengajar di Masjidil Haram. Di sana ia membangun Sekolah Indonesia, Madrassa
Indonesia Al Makkiah yang bertahan selama 40 tahun. Ia menjadi ketua Majlis
Syura Indonesia di Makkah.
Mohammad Rasyidi, dilahirkan pada tahun
1915 di Kotagede.Yogyakarta.Tahun 1931 masuk ke Kairo. Pada 1946 ia menjadi
menteri agama yang pertama. Anthony John menggolongkan Rasyidi sebagai kelompok
intelektual Muslim yang mapan dengan kecendrungan konservatif.
Kahar Muzakkir, dilahirkan tahun 1903 di
Kotagede, Yogyakarta.Ia belajar ke Kairo tahun 1925 dan tinggal selama 12
tahun. Ia adalah pemimpin persatuan Internasional Pemuda Muslim dan ikut serta
dalam seruan Azhar. Setelah kemerdekaan ia memainkan pernan penting dalam
membangun pendidikan tinggi di Indonesia dan merupakan salah seorang pendiri
Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga di Yogyakarta.
Harun Nasution, baginya kairo merupakan
pusat kegiatan politik. Ia anggota aktif persatuan mahasiswa Indonesia. Harun
Nasutionlah yang membawa model pendidikan Al Azhar untuk dikembangkan di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta , Fuad Fachruddin, dilahirkan 18 agustus 1918 di
Bukittinggi. Ia masuk ke Nizhamiyah Al Azhar pada usia 12 tahun. Fachrudin
lebih konservatif daripada Harun Nasution.Ia memiliki kecurigaan yang besar
terhadap ilmu-ilmu Barat. Walaupun ia dan Harun Nasution berasal dari generasi
yang sama, tetapi mereka berlainan dalam pandangan ini mungkin dikarenakan
Harun Nasution lebih banyak mendapat sentuhan pendidikan Barat.
Jusuf Saad,dilahirkan pada tahun 1919 di
Padang,. Datang ke Kairo tahun 1938 pada usia 19 tahun. Awalnya Ia mendaftar di
Al Azhar tetapi pada tahun 1940 ia mendaftar di Universitas Kairo karena
menurutnya Universitas Kairo lebih modern dan terorganisasi secara lebih baik
.Abdurrahman Wahid, dilahirkan pada tahun
1940.sejak 1964 telah beberapa kali Ia terpilih sebagai ketua Nahdhatul 'Ulama.
Pada tahun 1964 dikirim ke Kairo dengan beasiswa pemerintah dan tinggal di sana
hingga 1966. Lalu berlanjut belajat ke Baghdad dan Irak sampai tahun 1970.
Walaupun Ia tidak pernah selesai studinya di Al Azhar tetapi Ia sangat fasih
berbahasa Arab dan mengetahui secara luas kehidupan dan perkembangan pendidikan
di Kairo.
Nama-nama di atas tentu hanya sebagian
dari begitu banyaknya mahasiswa Indonesia yang belajar di al Azhar. Masih
banyak nama-nama lain yang juga memiliki andil dalam mengembangkan dunia
pendidikan di Indonesia, hanya saja karena mereka hanya berscope kecil sehingga
tidak begitu tercatat dalam sejarah. Banyak lulusan al Azhar itu yang pulang ke
Indonesia dan membangun pesantren dan sebagian besar sistem pengajarannya
mengadopsi siem pelajaran almamater mereka yaitu al Azhar.
KESIMPULAN
Al Azhar telah berhasil menjadi universitas
yang memberikan kontribusi demikian besar terhadap dunia pendidikan
Islam.Walaupun dalam realitas sejarah perjalanannya banyak diwarnai pasang
surut terkadang bersinar terkadang kelam, namun sampai hari ini al Azhar masih
bisa mempertahankan eksistensinya sebagai universitas yang sangat mengutamakan
pendidikan ilmu-ilmu agama.
Apabila saat ini al Azhar mulai melirik
perkembangan pendidikan dunia barat, itu adalah salah satu strategi agar
ilmuwan al Azhar tidak menjadi ilmuwan yang terbelakang dalam hal ilmu-ilmu
pengetahuan umum.Memasukkan ilmu-ilmu pengetahuan umum dalam kurikulum adalah
bukti kepedulian al Azhar terhadap perkembangan pendidikan dan untuk
membuktikan bahwa sesungguhnya tidak ada dikotomi ilmu dalam Islam.
Di sisi lain, al Azhar dikecam tidak lagi
menghasilkan scolar yang fasih menguasai bahasa Arab dan mahir membaca serta
memahami kitab Alfiyah Ibnu Malik, tuduhan ini dilontarkan oleh kalangan pers .
Hal ini disebabkan karena al Azhar menerima mahasiswa yang "cacat" tanpa
dirinci apa kecacatan yang disebutkan. Namun di sisi lain tetap saja Al Azhar
dianggap sebagai pusat studi Islam yang kualitasnya masih dapat diperhitungkan
secara skala internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, 2004.
Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Dewan Redaksi
Ensiklopedi Islam,
Ensiklopedi Islam. (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994),
Cet.
Ke 2.
Hanun Asrahah,1999.
Sejarah
Pendidikan Islam .Ciputat: PT Logos Wacana Ilmu.
Mona
Abaza, 1999.
Pendidikan Islam dan Pergeseran
Orientasi; Studi Kasus
Alumni al Azhar. Terj.(Jakarta: Pustaka)
[2]Nama
Masjid al-Azhar merupakan nama yang dinisbatkan kepada puteri Nabi Muhammad
saw, Fatimah al-Zahra. Sebelumnya nama masjid tersebut adalah al-Qahirah yag
berarti sama dengan kota, yaitu Cairo, dan dikaitkan dengan kata-kata
al-Qahirah al-Zahirah yang berarti kota cemerlang. Menurut M. Atiyah al-Abrasyi
sebagaimana dikutip Abuddin Nata; Baru setelah 26 bulan al-Azhar dibuka untuk
umum, tepatnya pada bulan Ramadhan 361 H dengan di awali kuliah agama perdana
oleh al-Qodli Abu Hasan al-Qoirowani pada masa pemerintahan Malik al-Nasir. Lihat:
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,2004,hlm.89.
[3]Hanun
Asrahah, Sejarah Pendidikan Islam .Ciputat: PT Logos Wacana
Ilmu,1999,hlm.61
[4] Abuddin Nata, op.cit.,,hlm.188-190.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar