Oleh: Yuri Alamsyah
Latar belakang
Dalam sejarah pendidikan Islam, seperti juga dibagian dunia
Islam lainnya berjalan menurut rentak gerakan Islam pada umumnya, dalam
politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan lain-lain. Pada permulaan abad
ke-20 terjadi beberapa perubahan dalam Islam yang dalam garis besarnya dapat
digambarkan sebagai kebangkitan, pembaharuan bahkan pencerahan. Lembaga-lembaga
pendidikan sanggup menghasilkan elite yang tahu akan momentum-momentum ini dan
sekaligus dapat menempatkan diri dalam pemimpin histori ini, maka ia sebenarnya
telah melaksanakan fungsinya membawa Indonesia menyongsong terbitnya fajar
Islam sebagai pertanda akan terbitnya sang surya yang akan menyinari alam.
Pengertian Pembaharuan Pendidikan Islam.
Lahirnya modernisasi atau pembaharuan di sebuah tempat akan
selalu beriringan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berkembang saat itu. Modernisasi atau pembaharuan bisa diartikan apa saja yang
belum di pahami, di terima, atau dilaksanakan oleh penerima pembaharuan
sesungguhnya lebih merupakan upaya atau usaha perbaikan keadaan baik dari segi
cara, konsep, dan serangkaian metode yang biasa diterapkan dalam rangka
menghantarkan keadaan yang lebih baik.[1]
Pembaharuan identik dengan kata
modern, modernisasi, dan modernisme, seperti yang terdapat umpanya dalam
aliran-aliran modern dalam islam dan modernisasi. Modern dalam masyarakat barat
mengandung arti fikiran, gerakan dan usaha untuk merubah faham-faham, adat-istiadat,
instilusi-inslutusi lama dan sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru
yang ditimbulkan oleh kamajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.[2]
Dengan demikian, kalau kita kaitkan dengan pembaharuan
pendidikan Islam akan memberi pengertian bagi kita, sebagai suatu upaya
melakukan proses perunahan kurikulum, cara, metodologi, situasi dan pendidikan
Islam dari yang tradisional (ortodox) kearah yang lebih rasional, dan
professional sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat
itu.
Pendidikan Islam sebagai sebuah sistem,
terdiri atas beberapa komponen pokok diantaranya, dasar, tujuan, pendidikan,
peserta didik, kurikulum, metode pembelajaran, manajemen, evaluasi dan proses
pembelajaran.Adanya pembaharuan pendidikan tentu saja menyangkut dengan
sebagian atau keseluruahan dari semua komponen-komponen semua sistem pendidikan
Islam.
Berdasarkan pendapat di atas suatu
pembahauan dapat dilihat dari tiga aktifitas.
1. Pembaharuan
akan selalu menuju kepada upaya perbaikan secara simultan .
2. Dalam upaya
melakuakan suatu pembaharuan disana akan meniscahyakan pengaruh yang kuat
adanya ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Upaya
pembaharuan biasanya juga dilakukan secara dinamis, inovatif, dan progresif
sejalan dengan perubahan cara berfikir seseorang.[3]
Hal–hal Yang Melatar Belakangi Pembaharuan Pendidikan Islam.
Terpuruknya nilai–nilai pendidikan
dilatar belakangi oleh kondisi internal Islam yang tidak lagi menganggap ilmu
pengetahuan umum sebagai satu kesatuan ilmu yang harus diperhatikan. Selanjutnya,
ilmu pengetahuan lebih banyak diadopsi bahkan dimanfaatkan secara komprehensif
oleh barat yang pada waktu itu tidak pernah mengenal ilmu pengetahuan.
Secara garis besar ada beberapa faktor yang mendorong
terjadinya proses pembaharuan pendidikan Islam.
- Pertama faktor internal yaitu, faktor kebutuhan pragmatis umat Islam yang sangat memerlukan satu system pendidikan Islam yang betul – betul bisa dijadikan rujukan dalam rangka mencetak manusia – manusia muslim yang berkualitas, bertaqwa, dan beriman kepada Allah.
- Kedua faktor eksternal adanya kontak Islam dengan barat juga merupakan faktor terpenting yang bisa kita lihat. Adanya kontak ini paling tidak telah menggugah dan membawa perubahan phragmatik umat islam untuk belajar secara terus menerus kepada barat, sehingga ketertinggalan yang selama ini dirasakan akan bisa terminimalisir.
Masa Pembaharuan Pendidikan Islam
Kebangkitan intelektual di Eropa telah memberikan kontribusi
yang besar sekali bagi kemajuan Eropa. Semangat rasionalisme membuat
negara-negara Eropa menjadi kuat baik militer, ekonomi maupun ilmu pengetahuan
dan teknologi. Kini keadaan menjadi berbalik, jika sebelumnya Islam memiliki
kekuatan yang besar baik politik, ekonomi maupun ilmu pengetahuan sehingga
dapat mengalahkan dan menguasai beberapa wilayah Barat, seperti Spanyol,
Sialia, Asia kecil dan Balkan, maka sekarang Barat yang maju sedangkan Islam tidak
lagi memiliki kekuatan yang dapat dibanggakan.
Menurut
sebagian tokoh-tokoh pembaharu Islam, salah satu penyebab kemunduran umat Islam
adalah melemah dan merosotnya kualitas pendidikan Islam. Untuk mengembalikan
kekuatan pendidikan Islam yang sempat hilang maka bermuncullah gagasan-gagasan
tentang pembaharu pendidikan Islam.
Pembaharu pendidikan Islam pertama kali dimulai di kerajaan
Utsmani. Faktor yang melatarbelakangi gerakan pembaharu pendidikan bermula dari
kekalahan-kekalahan kerajaan Utsmani dalam peperangan dengan Eropa. Kekalahan
tentara Turki pada pertempuran di dekat Wina memaksa Turki menandatangani
perjanjian Carlowite pada 1699 M yang berisi penyerahan daerah Hiongaria kepada
Australia, daerah Podolia kepada Polandia dan daerah Azov kepada Rusia.
Kekalahan demi kekalahan yang dialami
kerajaan Utsmani menyebabkan Sultan Ahmad III (1703-1713 M) amat prihatin,
kemudian ia menyelidiki sebab-sebab kekalahan mereka dan rahasia keunggulan
yang dimiliki Barat, Sultan Ahmad III lalu mengambil tindakan dengan
mengirimkan duta-duta besar untuk mempelajari kemajuan Eropa, terutama di
bidang militer dan kemajuan ilmu pengetahuan.[4]
Selain di bidang militer, Turki juga membangun di bidang
lain seperti ekonomi dan pemerintahan dan Turki juga mengembangkan kemajuan
ilmu pengetahuan yang selama ini telah dilupakannya. Untuk pertama kalinya di
dalam dunia Islam dibukalah suatu percetakan di Istanbul pada 1727 M guna
mencetak berbagai macam buku ilmu pengetahuan yang diterjemahkan dari buku-buku
ilmu pengetahuan Barat.[5]
Selain itu pada 1717 M didirikannya
lembaga terjemah yang bertugas menerjemahkan buku-buku dalam berbagai bidang
ilmu pengetahuan ke dalam bahasa Turki.[6] Hal ini merupakan fenomena baru dan
sangat bermanfaat bagi kemajuan pendidikan dan intelektual Islam di Turki.
Hal-hal tersebut merupakan langkah awal bagi perubahan sistem pendidikan Islam
di Turki.
Upaya pembaharuan pendidikan dimana Sultan Ahmad III yang
baru berjalan dilanjutkan oleh Sultan Mahmud II (1807-1839 M). Pada zaman
tersebut madrasah merupakan satu-satunya lembaga pendidikan umum yang ada di
kerajaan Utsmani. Sultan Mahmud II sadar bahwa pendidikan di madrasah tidak
sesuai lagi dengan tuntutan zaman, dikarenakan di madrasah hanya mengajarkan
peserta didiknya mengetahui pengetahuan agama sedangkan pengetahuan umum tidak
diajarkan.
Beliau juga menyadari bahwa pendidikan, ilmu pengetahuan dan
teknologi modern mempunyai peran yang dominan dalam mencapai kemajuan. Oleh
sebab itu beliau berusaha untuk membenahi kurikulum di madrasah-madrasah dengan
memasukkan ilmu pengetahuan umum.
Pada perkembangan selanjutnya, Sultan Mahmud II membangun
sekolah-sekolah model Barat. Pada tahun 1827 M ia mendirikan sekolah kedokteran
(Tilahane-i Amire) dan sekolah teknik (Muhendisane) dan pada
tahun 1834 M dibuka sekolah Akademi Militer. Pada tahun 1838 M sekolah
kedokteran dan sekolah pembedahan digabungkan menjadi satu dengan nama Dar-al
Ulum Hikemiye ve Mekteb-i Tibbiye-i Sahane.[7] Seperti
di Turki, pembaharuan pendidikan Islam di Mesir juga di awali oleh penguasa
pembaharuan Islam setelah adanya kontak dengan peradaban modern Barat. Invasi
Napoleon yang membawa kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan Barat telah
membuka mata rakyat Mesir bahwa umat Islam telah tertinggal oleh kemajuan
Barat. Yang menjadi perhatian penting dari kedatangan Napoleon dan lahirnya
gerakan kesadaran umat Islam dari keterbelakangan mereka selama ini adalah
untuk melihat pengaruh dari kedatangan tentara Napoleon dan berbagai rangsangan
yang ditimbulkannya sebagai akibat dari berbagai kegiatan yang dilakukan
Napoleon dan rombongannya di Mesir.[8]
Di antara pengaruh ekspedisi Napoleon yang berkaitan erat dengan misi
keilmuan dan kebudayaan yang dijalankan Napoleon beserta rombongannya di Mesir
adalah:[9]
- Timbulnya benih-benih rasa kebangsaan dari orang Mesir.
- Napoleon berusaha menggeser sistem pemerintahan yang dipraktekkan di Mesir yang sebelumnya berpola feodal menjadi lebih demokratis.
- Sebagai hasil dari pendekatan Napoleon yang berpijak pada semangat revolusi Perancis maka muncullah pemikiran dari orang-orang Mesir yang mengusulkan agar bentuk pemerintahan yang diktator diubah menjadi pemerintahan demokratis, karena hal inilah yang membawa Perancis kepada suasana kehidupan kenegaraan yang baru.
- Mulai terbukanya cakrawala berfikir dikalangan umat Islam sebagai akibat dari persentuhan dengan pemikiran para ilmuwan yang ikut dalam rombongan Napoleon.
Selain itu juga yang mendorong umat Islam untuk mengadakan
modernisasi yang dipelopori oleh Muhammad Ali.[10]
Muhammad Ali adalah seorang yang berasal dari luar Mesir, karena kecakapannya
dalam bidang militer ia berhasil menjadi kepala pemerintahan di Mesir. Pada
awalnya ia hanyalah seorang prajurit tentara biasa di Turki Utsmani.[11]
Setelah Muhammad Ali naik tahta menjadi penguasa Mesir, ia
memberikan perhatian yang lebih pada bidang militer dan ekonomi. Menurutnya
militer akan memberikan dukungan untuk mempertahankan dalam memperbesar
kekuasaannya. Sedangkan ekonomi sangat diperlukan untuk membiayai militer.
Untuk memajukan keduanya dibutuhkan ilmu-ilmu modern. Dengan demikian Muhammad
Ali mencurahkan perhatiannya bagi pendidikan. Pada tahun 1815 M ia mendirikan
sekolah militer, sekolah kedokteran pada tahun 1827 M, seolah Apoteker pada
tahun 1829 M, sekolah pertambangan pada tahun 1839 M, sekolah pertanian pada
tahun 1836 dan sekolah penerjemah pada tahun 1836 M.
Tidak hanya corak dan model pendidikan
Barat yang diterapkan oleh Muhammad Ali di Mesir, ia juga mempercayakan
pengawasan sekolah kepada orang Barat, bahkan guru-gurunya juga didatangkan
dari Barat (Eropa). Selain
mendatangkan tenaga ahli dari Eropa, Muhammad Ali juga mengirim siswa untuk
belajar ke Italia, Perancis, Inggris dan Austria.
Upaya pemahaman dan modernisasi yang dipelopori Muhammad Ali
di Mesir ini, besar sekali kontribusinya bagi Mesir menjadi negara modern.
Gerakan pembaharuannya telah memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi
Barat kepada umat Islam hingga lahirlah intelegensia Muslim yang berpengetahuan
agama yang luas, berwibawa modern dan tidak berpandangan sempit. Mereka itu
seperti Rifa’ah Badawi Rafi’ al-Tahtawi, Muhammad Abduh, Rasyid Ridho, dan
Hasan al-Banna.[12]
Pola-pola Pendidikan Islam
Dengan memperhatikan berbagi macam
sebab kelemahan dan kemunduran umat Islam sebagaimana nampak pada masa
sebelumnya dan dengan memperhatikan sebab-sebab kemajuan dan kekuatan yang
dialami oleh bangsa Eropa, maka ada tiga pemikiran pembaharuan Islam
diantaranya:
- Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi kepada pola pendidikan modern di Eropa.
Pola pendidikan modern di Barat pada dasarnya berpandangan
bahwa sumber kekuatan dan kesejahteraan hidup yang dialami oleh Barat adalah
sebagai hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Dimana
semua itu merupakan pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang
berkembang di dunia Islam. Atas dasar demikian, maka untuk mengembalikan
kekuatan dan kejayaan umat Islam, sumber kekuatan dan kesejahteraan tersebut
harus dikuasai kembali.
Dan penguasaan ini harus dicapai melalui proses pendidikan
yang meniru pola pendidikan yang dikembangkan oleh dunia Barat, sebagaimana
dulu dunia Barat pernah meniru dan mengembangkan sistem pendidikan dunia Islam.
Dalam hal ini, usaha pembaharuan pendidikan Islam adalah dengan jalan
mendirikan sekolah-sekolah dengan sekolah Barat baik sistem maupun isi
pendidikannya.
Pembaharuan pendidikan dengan pola
Barat ini, mulanya timbul di Turki Utsmani pada akhir abad ke-11 H/ 17 setelah
mengalami kalah perang dengan berbagai negara Eropa timur, yang merupakan benih
bagi timbulnya usaha sekularisasi Turki dan membentuk Turki modern. Tokoh pelopor pembaharuan pendidikan
di Turki ini adalah Sultan Mahmud II (yang memerintah di Turki Utsmani
1807-1809 M). Pola pembaharuan pendidikan yang berorientasi ke Barat ini, juga
nampak dalam usaha Muhammad Ali Pasha di Mesir yang berkuasa tahun 1805-1848 M.[13]
2. Pola
pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada sumber ajaran Islam yang
murni.
Pola ini berpandangan bahwa sesungguhnya Islam sendiri
merupakan sumber bagi kemajuan dan perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan
modern. Dimana Islam sendiri sudah penuh dengan ajaran-ajaran yang pada
hakikatnya mengandung potensi untuk membawa kemajuan dan kesejahteraan serta
kekuatan umat Islam.
Menurut pola ini, diantara sebab-sebab kelemahan umat Islam
adalah karena mereka tidak lagi melaksanakan ajaran Islam secara semestinya.
Ajaran-ajaran Islam yang menjadi sumber kemajuan dan kekuatan ditinggalkan dan
menerima ajaran-ajaran Islam yang tidak murni lagi. Pola pembaharuan ini dirintis
oleh Muhammad bin Abdul Wahab, kemudian dicanangkan kembali oleh Jamaluddin
al-Afghani dan Muhammad Abduh (akhir abad 19 M).[14]
3. Pola
pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada nasionalisme.
Rasa nasionalisme timbul bersamaan dengan berkembangnya pola
kehidupan modern dan mulai dari Barat. Bangsa-bangsa Barat mengalami kemajuan
rasa nasionalisme yang kemudian keadaan tersebut mendorong pada umumnya
bangsa-bangsa Timur untuk mengembangkan nasionalisme masing-masing.
Umat Islam mendapati kenyataan bahwa mereka terdiri dari
berbagi bangsa yang berbeda latar belakang dan sejarah perkembangan
kebudayaannya. Mereka pun hidup bersama dengan orang-orang yang beragama lain
tapi sebangsa. Inilah yang mendorong perkembangan rasa nasionalisme di dunia
Islam.
Ide pembaharuan yang berorientasi pada
nasionalisme ini bersesuaian dengan ajaran Islam karena adanya keyakinan
dikalangan pemikir-pemikir pembaharuan dikalangan umat Islam, bahwa pada
hakikatnya ajaran Islam bisa diterapkan dan disesuaikan dengan segala zaman.
Golongan nasionalis ini berusaha untuk memperbaiki kehidupan
umat Islam dengan memperhatikan situasi dan kondisi obyektif umat Islam yang
bersangkutan. Dan ide nasionalisme inilah yang pada perkembangan berikutnya
mendorong timbulnya usaha-usaha untuk merebut kemerdekaan dan mendirikan
pemerintahan sendiri dikalangan bangsa-bangsa umat Islam.[15]
Tokoh dan Sasaran Pembaharuan Pendidikan Islam.
Tokoh pembaharuan pendidikan Islam bercorak modernis.
Sejalan dengan pembahruan pendidikan Islam penuh dilakukan pada 3 wilayah
kerajaan besar yaitu kerajaan Usmani, Mesir, India.
- Wilayah Turki
Pembaharuan pendidikan didunia Islam dimulai dikerajaan
Turki Usmani. Faktor yang melatar belakangi gerakan pembaharuan bermula dari
kekalahan-kekalahan kerajaan Usmani dalam peperangan dengan Eropa. Adapun tokoh
yang mencoba melakukan upaya tersebut ialah :
- Sultan Ahmad III. Adanya kekalahan yang dialami kerajaan Turki Usmani menyebabkan Sultan Ahmad III prihatin dan melakukan intropeksi, dengan melakukan pengiriman duta ke Eropa untuk mengamati perkembangan barat. Dengan mendirikan sekolah teknik militer, mendirikan percetakan untuk mempermudah Access buku pengetahuan. Upaya ini dilakukan sampai beliau wafat dan kemudian digantikan oleh Sultan Mahmud II.
- Sultan Mahmud II. Sultan Mahmud II merupakan kelanjutan dari Sultan Ahmad III. Pembaharuan yang dilakukan dengan memperbaiki system pendidikan madrasah dengan memasukkan ilmu pengetahuan umum. Kemudian mendirikan model disekolah barat.
2.Wilayah Mesir
Tokoh yang melakukan upaya pembaharuan khususnya pendidikan
adalah Muhammad Ali Pasya dan Muhammad Abduh
- M. Ali Pasya. Ia mendirikan kementrian pendidikan dan lembaga pendidikan, membuka sekolah teknik , kedokteran, pertambangan, mengirin siswa untuk belajar kenegri barat. Gerakan pembaharuan memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi barat kepada umat Islam.
- M. Abduh. Melakukan pembaharuan pendidikan di Al-Azhar dengan memasukkan ilmu modern. Mendirikan komite perbaikan administrasi Al-Azhar tahun 1895, melaksanakan pembaharuan administratif yang bermanfaat.
3.Wilayah India.
Pembaharuan pendidikan Islam di India bertujuan
menghilangkan diskriminasi pendidikan Islam tradisionalis dengan pendidikan
sekuler. Adapun yang menjadi tokoh pembaharuan di India. Sayyid Akhmad Khan (1817 – 1898 M).
Ia berpendapat bahwa peninggkatan kedudukan umat Islam di India dapat
diwujudkan dengan bekerjasama dengan Inggris. Kemudian mendirikan lembaga
pendidikan, sekolah Inggris mudarabbah 1864. kemudian mendirkan pula Scientific
Society, mendirikan lembaga pendidikan yang didalamnya ilmu pengetahuan umum.
Itulah beberapa orang tokoh pembaharuan yang banyak mengadopsi tata cara dan
pengetahuan yang datang dari barat.[16]
Dualisme Sistem Pendidikan Islam
Sebagai akibat dari usaha-usaha
pembaharuan pendidikan Islam yang dilaksanakan dalam rangka untuk mengejar
kekurangan dan ketinggalan dari dunia Barat dalam segala aspek kehidupan, maka
terdapat kecenderungan adanya dualisme dalam sistem pendidikan dunia Islam. Pola pembaharuan pendidikan yang sebagaimana
telah diuraikan, membentuk suatu sistem atau pola pendidikan modern yang
mengambil pola sistem pendidikan Barat dengan penyesuaian-penyesuaian dengan
Islam dan kepentingan nasional, serta di lain pihak tetap mempertahankan sistem
pendidikan tradisional yang telah ada dikalangan umat Islam.
Sistem pendidikan modern pada umumnya dilaksanakan oleh
pemerintah yang pada mulanya adalah dalam rangka memenuhi tenaga ahli untuk
kepentingan pemerintah. Sedangkan sistem pendidikan tradisional yang telah ada
dikalangan masyarakat pada umumnya tetap mempertahankan kurikulum tradisional
yang hanya memberikan pendidikan dan pengajaran keagamaan. Dualisme sistem dan
pola pendidikan inilah yang selanjutnya mewarnai pendidikan Islam di semua
negara dan masyarakat Islam di zaman modern.
Dengan adanya dualisme sistem pendidikan Islam ini
diharapkan sistem pendidikan tradisional akan berkembang secara
berangsur-angsur mengarah ke sistem pendidikan modern. Dan inilah yang
dikehendaki oleh para pembaharu pendidikan Islam yang berorientasi pada ajaran
Islam yang murni.[17]
KESIMPULAN
Dari kesimpulan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa
pembaharuan pendidikan Islam akan memberi pengertian bagi kita, sebagai suatu
upaya melakukan proses perunahan kurikulum, cara, metodologi, situasi dan
pendidikan Islam dari yang tradisional (ortodox) kearah yang lebih rasional,
dan professional sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
saat itu.
Secara garis besar ada beberapa faktor yang mendorong
terjadinya proses pembaharuan pendidikan Islam.yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Pembaharuan pendidikan Islam di mulai pada kerajaan Turki Utsmani.
Dimana pembaharuan pendidikan Islam ini terjadi bermula dari
kekalahan-kekalahan Utsmani dalam peperangannya dengan Eropa.
Dengan memperhatikan berbagai macam
sebab kelemahan dan kemunduran umat Islam sebagaimana nampak pada masa
sebelumnya dan dengan memperhatikan sebab-sebab kemajuan dan kekuatan yang
dialami oleh bangsa-bangsa Eropa, maka ada tiga pola pemikiran pembaharuan pendidikan
Islam, diantaranya:
1. Pola
pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi kepada pola pendidikan modern di
Eropa.
2.
Pola pembaharuan pendidikan Islam
yang berorientasi pada sumber ajaran Islam yang murni.
3. Pola
pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada nasionalisme.
Tokoh dan sasaran pembaharuan pendidikan islam di lakukan
pada tiga wilayah kerajaan besar yaitu wilayah turki dengan tokoh sultan Ahmad
II dan sultan Mahmud II, kemudian wilayah mesir tokohnya M ali pahsa dan
Muhammad abduh yang terakhir wilayah india dengan tokoh sayid akhmad khan
DAFTAR PUSTAKA
Abud, Abd al-Gani. Fi al-
Tarbiyah al-Islamiyah, Mesir: Dar al-Fikr al-fikr al-Arabi, 1977. Al
Amrullah, Ahmad. Kerangka Dasar
Masalah Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1998.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis. PT. Bima Karya: Jakarta, 1989.
Asrohah, Harun, Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999.
Faruqi, Ismail R, Islamisasi
Pengetahuan (terj). Balai Pustaka: Bandung,1984
Lubis, Ridhwan, Perspektif
Pembaharuan Pemikiran Islam, Medan: Pustaka Widyasarana, 1994.
Nasution, Harun, Pembaharuan
dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1982.
Ramayulis, Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia,2011.
Syalabi, Ahmad, MausuahAl-Tarikh
Al-IslamiwaAl-HadaratAl-Islamiyah,Juz Individu, Kairo:
Maktabah Al-Nahdat
Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan
Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
[1] Harun Nasution dalam
–CeCe-Wijaya, et al, Upaya Pembharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran, (
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,1992),hlm.6
[2] Harun
Nasution, Pembahasan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta : Bulan Bintang, 1992),hlm.11
[3] Azyumardi Azra, Pendidikan Islam:Tradisi
dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,( Jakarta: Logos,2000),cet.ke-2,hlm.31
[8] Harum Nasution, Pembahasan
dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta : Bulan Bintang,
1992),11.
9.Widda Djuhan, Sejarah
Pendidikan Islam Klasik ( Ponorogo : LPPI STAIN, 2010), 68.
[10] Harum Nasution, Pembahasan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan
Gerakan, Jakarta : Bulan Bintang, 1992),11.
[11] Harum Nasution, Pembahasan
dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta : Bulan Bintang,
1992),11.
[12] Harum Nasution, Pembahasan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan
Gerakan, Jakarta : Bulan Bintang, 1992),11.
[13] Harum Nasution, Pembahasan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan
Gerakan, Jakarta : Bulan Bintang, 1992),11.
[14] Harum Nasution, Pembahasan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan
Gerakan, Jakarta : Bulan Bintang, 1992),11.
[15] Widda Djuhan, Sejarah Pendidikan Islam Klasik ( Ponorogo :
LPPI STAIN, 2010), 68
[16].Toto Suharto, Rekontruksi
dan Modernisasi Lembaga Pendidikan Islam ( Yogyakarta : Global Pustaka utama STAIN, 2010), 6.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar