1.1 Pengertian Statistik.
Kata Statistik dapat diberi arti atau pengertian yang bermacam-macam:
A. Dari segi etimologi (secara harfiyah)
Secara etimologis kata Statistik berasal dari kata Status (Bahasa Latin), yang mempunyai persamaan arti dengan kata State (Bahasa Inggris) dan kata Staat (Bahasa Belanda), yang dalam Bahasa Indonesia kata tersebut berarti Negara. Dalam hubungan ini, memang Statistik dikenal pada mula pertama kehadirannya sebagai “Bahan-bahan keterangan (data) yang mempunyai arti sangat penting dan mengandung kegunaan yang sangat besar bagi suatu negara (dalam hal ini Pemerintah). Bahan-bahan keterangan itu misalnya adalah bahan-bahan keterangan mengenai banyaknya penduduk, kelahiran, perkawinan, perceraian, kamatian, pertanian, perdagangan, perpajakan, kesehatan, kemiliteran, pendidikan dan lain sebagainya, yang tidak dapat dikesampingkan, sebab bahan-bahan keterangan itu akan dapat dijamdikan dasar, pegangan atau pedoman di dalam pengambilan keputusan atau kebijaksanaan yang dianggap perlu oleh negara (pemerintah).
Sementara itu, dalam bahasa Inggris dikenal adanya dua buah kata “Statistik” yang masing-masing mempunyai arti yang berbeda-beda, yaitu (1) “Statistics” (dengan huruf S di akhir suku katanya), dan (2) “Statistic” (tanpa huruf S diakhir suku katanya). Kata Statistics berarti: Ilmu Statistik; sedang kata Statistic berarti ukuran, yaitu ukuran yang diperoleh dari sampel (bukan dari populasi).
B. Dari segi terminologi (secara lafdhiyah):
Secara terminologi kata Statistik dapat diberi pengertian yang bermacam-macam, masing-masing tergantung pada pemakaian atau penggunaan kata tersebut; antara lain:
a. Kata Statistik dengan pengertian sebagai Data Statistik.
Data Statistik ialah bahan-bahan keterangan yang berupa angka atau bilangan dengan persyaratan-persyaratan tertentu.
Contoh: apabila kita menyebut Statistik NTCR maka kata Statistik dalam ungkapan kata-kata itu mengandung pengertian: bahan-bahan keterangan mengenai (yang berhubungan dengan) peristiwa-peristiwa Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk, yang tertuang dalam bentuk angka-angka tau bilangan-bilangan.
b. Kata Statistik dengan pengertian sebagai Daftar (Tabel) atau keadaan
Contoh: Di halaman-halaman surat kabar misalnya, sering dijumpai kata-kata Statistik 9 Bahan Pokok Kebutuhan Hidup Sehari-hari (Beras, gula pasir, garam, minyak tanah, minyak goreng, kain blaco dan lain sebagainya). Kata Statistik di sini mengandung pengertian: sebuah daftar atau tabel yang I dalamnya dilukiskan atau disajikan bahan-bahan keterangan mengenai keadaan harga-harga sembilan macam bahan pokok kebutuhan sehari-hari.
c. Kata Statistik dengan pengertian sebagai Kegiatan Perstatistikan atau Kegiatan Penstatistikan.
Contoh: Biro Pusat Statistik, adalah sebuah biro (Unit Kerja) pada suatu instansi yang bidang kegiatannya atau tugas pokoknya adalah menangani kegiatan-kegiatan perstatistikan atau penstatistikan.
d. Kata Statistik dengan pengertian sebagai Metode Statistik.
Tidak jarang pula kata Statistik diberi pengertian sebagai Metode Statistik. Yang dimaksud dengan Metoe Statistik ialah Cara-cara mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menganalisa data angka dengan secara teratur, ringkas dan jelas, dengan tujuan agar dapat memberikan deskripsi (pelukisan atau penggambaran) tentang keadaan data dimaksud.
Contoh: Seorang Dosen memberikan petunjuk atau bimbingan kepada salah seorang mahasiswa yang sedang menyusun Skripsi Sarjana, agar analisa datanya dilakukan secara Statistik. Ini mengandung pengertian bahwa mahasiswa tersebut diminta oleh Dosen Pembimbingnya untuk mempergunakan Metode Statistik dalam rangka penganalisaan datanya.
e. Kata Statistik dengan pengertian Ilmu Statistik.
Dimaksud dengan Ilmu Statistik ialah Ilmu pengetahuan yang membahas atau mempelajari tentang cara-cara pengumpulan data, pengolahan, penyajian, penganalisaan dan penarikan kesimpulan-kesimpulan terhadap data yang berwujud angka (bilangan), serta menyusun ramalan-ramalan secara ilmiah (prediction) atas dasar angka tersebut.
1.1 Pegolahan Statistik.
Statistik sebagai ilmu pengetahuan dapat dibedakan dalam dua golongan, yaitu Statistik Deskriptif (Description Statistics) dan Statistik Inferensial (Inferencial Statistics).
A. Statistik Deskriptif.
Dimaksud dengan Statistik Deskriptif adalah Statistik yang membahas atau mempelajari tentang cara-cara mengumpulkan, mengolah (mengatur), menyajikan dan menganalisa data angka dengan cara yang teratur, ringkas dan sederhana, sehingga mudah dimengerti dan menarik perhatian.
Istilah lain untuk Statistik Deskriptif adalah Statistik Deduktif. Statistik jenis ini sifatnya hanya menggambarkan data seringkas mungkin, seteratur mungkin dan sejelas mungkin, sehingga pembaca data mudah memperoleh pengertian dari padanya. Termasuk dalam kegiatan ini misalnya pembuatan tabel-tabel (daftar-daftar), grafik-grafik (diagram-diagram atau bagan-bagan), curve-curve, dan lain sebagainya.
B. Statistik Inferensial.
Adapun yang dimaksud dengan Statistik Inferensial adalah Statistik yang bertujuan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan, pengontrol keadaan, serta menyusun ramalan-ramalan secara ilmiah atas dasar data angka.
Istilah lain untuk Statistik Inferensial ialah Statistik Induktif. Statistik jenis ini berusaha untuk mencoba untuk dapat menarik kesimpulan-kesimpulan yang khas dimana dikehendaki suatu penilaian atau keputusan. Dengan demikian, maka Statistik Inferensial atau Statistik Induktif ini tarafnya lebih dalam dan lanjut dari pada Statistik Deskriptif atau Statistik Deduktif yang telah disebutkan di atas.
1.2 Bahan Mentah Statistik.
Bahan mentah bagi Statistik tiada lain adalah data (jama dari kata datum), yaitu data yang berwujud angka-angka (bilangan-bilangan), atau lebih dikenal dengan istilah Data Kwantitatif, dan Data Kwantitatif inilah yang dikenal dengan istilah Data Statistik.
Mengenai data angka ini dalam Statistik dapat mempunyai kedudukan (status) yang berbeda-beda. Kadang-kadang ia berkedudukan sebagai lambang dari variabel atau lambang dari gejala yang diselidiki, yang sifatnya kwalitatif, akan tetapi dilambangkan dengan angka; misalnya usia (kwalitatif) dilambangkan dengan 25 (maksudnya 25 tahun), dan sebagainya. Kadang-kadang ia berkedudukan sebagai frekwensi, yaitu lambang dari angka-angka yang menunjukkan seberapa kali gejala berulang dalam suatu distribusi data, dan kadang-kadang pula ia berkedudukan atau melembangkan jumlah (hasil penjumlahan).
Dalam Statistik kita juga mengenal istilah angka-angka Eksak dan Angka-angka Aproksimatip.
Angka-angka Eksak (angka-angka yang pasti) ialah angka-angka yang diperoleh dari proses penjumlahan dan dapat dinyatakan sampai dengan unit yang terakhir. Contoh: Dalam tahun 1979 pada 15 buah kecamatan di suatu Kabupaten, tercatat sebanyak 375 peristiwa Pernikahan.
Adapun Angka-angka Aproksimatip (angka-angka perkiraan) adalah angka-angka yang diperoleh dari hasil pengukuran yang biasanya bersifat perkiraan. Contoh: Jika kita mengukur panjang sebuah meja tulis, misalnya 1,5 Meter, maka angka 1,5 itu sebenarnya bersifat Aproksimatip saja atau perkiraan belaka. Sebab jika dipergunakan alat pengukur lain yang lebih peka/lebih teliti, mungkin panjang meja tulis itu adalah 1,51 meter atau mungkin juga 1,49 meter.
Meskipun demikian, tidaklah semua angka-angka perkiraan itu adalah merupakan hasil dari pengukuran, sebab angka-angka yang diperoleh dari proses penjumlahan pun dapat dinyatakan dalam jumlah kira-kira. Misalnya, jika disebut bahwa penduduk Kotamdya Yogyakarta 2 juta orang, maka 2 juta itu sebenarnya relatih dan bersifat perkiraan. Sebab dalam kenyataannya mungkin jumlah yang sebenarnya adalah 2.681.106 orang.
1.3 Ciri Khas Statistik.
Pada dasarnya Statistik memiliki tiga ciri khas, yaitu:
A. Statistik selalu bekerja dengan angka (bilangan).
Ini mengandung pengertian bahwa tanpa data angka mak Statistik tidak akan mampu melaksanakan tugasnya sebagai ilmu pengetahun.
Meskipun demikian bukanlah berarti bahwa data yang bukan angka (data kwalitatip) tidak mungkin digarap secara Statistik. Data kwalitatif pun sebenarnya dapat diolah secara Statistik, asalkan terlebih dahulu diubah menjadi data angka (data kwantitatip) dengan kata lain data kwalitatip itu di kwantifikasikan lebih dahulu (proses kwantifikasi). Contoh: “Pandai”, “cukup”, “kurang” adalah data kwalitatip. Data demikian dapat saja diolah dengan Statistik, caranya: (1) Harus diketahui berapa orang (dituangkan dalam bentuk angka) yang tergolong pandai, cukup dan kurang itu; (2) Yang disebut pandai, cukup, dan kurang itu nilainya berapa (dituangkan dalam bentuk angka, misalnya “Pandai” nilainya= 80 – 100; “cukup” nilainya= 60 – 79; “Kurang” nilainy= 0 – 59 dan sebagainya.
B. Statistik bersifat obyektif.
Ini mengandung pengertian bahwa Statistik bekerja menurut obyeknya; dengan kata lain Statistik bekerja menurut apa adanya. Kesimpulan-kesimpulan atau ramalan-ramalan yang dihasilkan oleh Statistik adalah semata-mata didasarkan atas angka-angka yang dihadapi dan diolah dan bukan didasarkan atas subyektifitas atau pengaruh-pengaruh luar lainnya. Itulah sebabnya mengapa Statistik sering dikatakan sebagai “Alan penilai kenyataan”.
C. Statistik bersifat universal.
Ini mengandung pengertian bahwa ruang lingkup atau ruang gerak dan bidang garapan Statistik tidaklah sempit. Statistik dapat dipergunakan atau diterapkan dalam hampir semua cabang kegiatan hidup manusia. Dapat disaksikan misalnya: Statistik harga, Statistik moneter, Statistik Eksport dan Import, Statistik Penduduk, Statistik Kelahiran, Statistik Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk, Statistik Pertanian, Statistik Perdagangan, Statistik Kriminalitas, Statistik Psikologi dan Pendidikan, Statistik Kesehatan, Statistik Lalu Lintas….. dan lains sebagainya, dan sudah barang tentu termasuk pula di dalamnya Statistik Keagamaan. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa Statistik bersifat menyeluruh atau bersifat universal.
1.1. Pokok-pokok Persoalan Statistik.
Pada dasarnya pokok-pokok persoalan yang dibahas dalam ilmu Statistik ada tiga, yaitu: (1) Persoalan tentang rata-rata (Average); (2) Persoalan tentang pemencaran atau penyebaran data (variability=dispersion); (3) Persoalan tentang hubungan/saling hubungan (correlation/association).
A. Persoalan tentang rata-rata
Persoalan mengenai rata-rata sebenarnya sering kali kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. Seorang tenaga pengajar perlu sekali memperoleh gambaran tentang berhasil atau tidaknya ialah mengajar di hadapan anak didiknya. Untui itu maka evaluasi mutlak sangat diperlukan. Salah satu caranya ialah dengan jalan mengetahui berapakah rata-rata nilai yang berhasil dicapai oleh anak didiknya dalam mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Seorang pejabat Peradilan Agama akan dapat mengetahui pasang surutnya N-T-C-R dalam beberapa tahun terakhir (misalnya selama PELITA II). Untuk keperluan tersebut ialah perlu mengetahui berapa kali rata-rata terjadi N-T-C-R tiap-tiap tahun di lingkungan wilayah yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya. Seorang Kepala Kantor wajib mengetahui antara lain berapakah rata-rata keperluan kertas dan karbon untuk keperluan administrasi perkantoran dalam tiap-tiap tahunnya, agar mudah di dalam mengajukan DUK (Daftar Ususlan Kegiatan). Agar dapat ditentukan dengan tepat berapa buah bola lampu yang harus diproduksi setiap tahun, maka seorang Pengusaha Pabrik Bola Lampu Pijar akan disibukkan dengan perhitungan rata-rata kekuatan (daya tahan) lampu-lampu pijar yang diproduksi pabriknya. Demikian seterusnya.
Dengan contoh-contoh seperti dikemukakan di atas jelas menunjukkan bahwa pada dasarnya idea-idea Statistik (Statistical Ideas) dengan sadar atau tidak sadar sebenarnya telah banyak dan acap kali kita praktekkan dalam hidup kita sehari-hari. Persoalan rata-rata ini sangat penting, sebab dengan mengetahui suatu buah angka rata-rata saja, akan tergambar atau tercermin keadaan umum secara menyeluruh. Dan inilah persoalan pertama yang dibahas dalam Statistik.
B. Persoalan tentang pemencaran atau penyebaran data.
Persoalan kedua yang dibahas dalam Statistik adalah apa yang dikenal dengan istilah Dispersi atau Variabilita (penyebaran atau pemencaran data).
Tentang hal ini kiranya akan dapat dipahami melalui keterangan atau contoh berikut ini:
Seorang Dekan Fakultas mengalami kesulitan dalam menetapkan 1 (satu) orang Sarjana Teladan disebabkan karena terdapat 3 orang Sarjana yang memiliki nilai rata-rata yang sama (dalam contoh ini semuanya memiliki nilai rata-rata sebesar 7), padahal predikat Sarjana Teladan itu hanya mungkin diberikan pada satu orang saja. Adapun data tentang nilai-nilai yang dicapai oleh ketiga orang sarjana itu adalah sebagai berikut:
Nilai-nilai Sarjana “A” = 62-69-78-66-71-74-64-76; Nilai rata-rata = 560: 8 Vak = 70;
Nilai-nilai Sarjana “B” = 70-70-70-70-70-70-70-70; Nilai Rata-rata = 560: 8 Vak = 70;
Nilai-nilai Sarjana “C” = 60-77-60-75-65-79-61-80; Nilai Rata-rata = 560: 8 Vak = 70.
Apabila data tersebut diukur penyebaran atau pemencaran angka-angkanya, maka secara Statistik dapat ditentukan bahwa sarjana “B” lah yang berhak diberi predikat sebagai sarjana teladan, sebab data yang dimiliki oleh “B” sifatnya homogin (dalam arti tingkat pengetahuannya serasi dan seimbang untuk keseluruhan vak), sedangkan data yang dimiliki “A” dan “C” terlalu banyak mempunyai variasi.
C. Persoalan tentang hubungan/saling hubungan
Masalah korelasi atau asosiasi inipun merupakan persoalan yang fundamental dalam ilmu Statistik, sehingga sementara sarjana dan para ahli mengatakan bahwa “Jiwanya ilmu Statistik adalah terletak pada persoalannya tentang korelasi”. Tidak jauh berbeda dengan dua persoalan yang telah diuraikan di atas, persoalan tentang saling hubungan atau korelasi inipun sebenarnya acap kali kita jumpai dan bukan merupakan persoalan yang asing lagi.
Kurangnya gizi anak akan mempengaruhi atau ada hubungannya dengan rendahnya nilai-nilai hasil belajar yang dicapai oleh seorang murid; naiknya produktivitas bahan pangan ada korelasinya dengan menurunnya angka-angka kematian; meningkatnya harga bahan bakar minyak berhubungan searah dengan naiknya ongkos angkutan dan aniknya harga kebutuhan pokok hidup sehari-hari lainnya; tinggi-rendahnya tingkat pendidikan mungkin ada hubungannya banyak sedikitnya angka-angka perceraian, dan seterusnya.
Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa antara satu gejala (atau lebih) dengan gejala yang lain mempunyai hubungan satu sama lain, atau mempunyai korelasi.
Persoalan tentang korelasi ini menjadi sangat penting, sebab dengan mengetahui ada-tidaknya hubungan antara gejala yang satu dengan gejala lainnya kita akan dapat melakukan suatu langkah atau tindakan yang dianggap perlu. Jika berdasarkan hasil penelitian secara Statistik ternyata bahwa memang benar banyaknya pemutaran film-film avonturir (film-film sex, gangster, blue film, dan sebagainya) ada hubungannya dengan merosotnya moral para remaja, maka sudah barang tentu tanpa ragu-ragu akan dapat diambil tindakan konkrit berupa: dilarangnya import-import film sejenis itu yang sangat merugikan kehidupan dunia remaja kita.
Teknik korelasi dalam Statistik bukan hanya dapat mengetahui ada-tidaknya hubungan antara gejala yang satu dengan gejala yang lain, melainkan dapat pula mengukur seberapa besar kuat hubungan itu dan hubungan bersifat searah ataukah berlawanan arah, serta menyatakan apakah hubungan itu meyakinkan ataukah tidak.
1.2. Statistik, Fungsi dan Kegunaannya.
A. Fungsi Statistik.
Secara singkat dapat dikemukakan bahwa Statistik sebagai ilmu pengetahuan pada dasarnya berfungsi sebagai ALAT BANTU. Misalnya: (a) Sebagai alat bantu untuk meringkas laporan, baik laporan administratip maupun laporan hasil penelitian ilmiah, yang berupa atau terdiri dari angka-angka atau bilangan-bilangan; (b) Sebagai alat bantu di dalam menyusun perencanaan, terutama perencanaan yang memerlukan bahan-bahan keterangan yang berupa angka-angka; (c) Sebagai alat bantu di dalam mengadakan evaluasi atau penilaian terhadap suatu gejala, peristiwa atau keadaan, dan lain sebagainya.
B. Kegunaan Statistik.
Di antara kegunaan Statistik sebagai ilmu pengetahuan adalah: (a) Untuk menggambarkan keadaan, baik secara umum amupun secara khusus; (b) Untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan (pasang-surut) dari waktu ke waktu; (c) Untuk mengetahui permandingan (membandingkan) antara gejala yang satu dengan gejala yang lain; (dalam) Untuk menilai keadaan dengan jalan menguji perbedaan antara gejala yang satu dengan gejala yang lain; (e) Untuk menilai keadaan dengan jalan mencari hubungan antara gejala yang satu dengan gejala yang lain; (f) Untuk menjadi dasar atau pedoman, baik di dalam menarik kesimpulan, mengambil keputusan, serta memperkirakan terjadinya sesuatu hal atas dasar bahan-bahan keterangan (data) yang telah berhasil dihimpun, dan lain sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar