Allah
telah menganugerahkan kepada manusia berbagai keistimewaan dan
kelebihan, serta memberinya kekuatan pikiran cemerlang, yang dapat
menembus segala medan untuk menundukkan unsur-unsur kekuatan alam tersebut dan menjadikannya sebagai pelayan bagi kepentingan kemanusiaan.
Allah
sama sekali tidak menelantarkan manusia, tanpa memberi kepadanya
sebersit wahyu dari waktu ke waktu, yang membimbingnya ke jalan
petunjuk, sehingga mereka dapat menempuh liku-liku hidup dan kehidupan
ini atas dasar keterangan dan pengetahuan. Namun mengingat akal manusia
pada awal fase perkembangannya tidak melihat sesuatu yang lebih dapat
menarik hati selain mukjizat-mukjizat alamiah yang hissi (indrawi), karena akal mereka belum mencapai puncak ketinggian dalam bidang pengetahuan dan pemikiran.
Allah
telah menentukan keabadian mukjizat Islam, sehingga kemampuan manusia
menjadi tak berdaya menandinginya, pembicaraan tentang kemukjizatan
al-Qur’an juga merupakan satu macam mukjizat tersendiri, dengan demikian
marilah kita belajar mengenai i’jazul Qur’an berikut ini.
A. Pengertian I’jazul Qur’an
I’jaz
(kemukjizatan) adalah penetapan kelemahan. Kelemahan menurut pengertian
umum adalah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari kemampuan.
Apabila kemukjizatan telah terbukti, maka nampaklah kemampuan mu’jiz
(sesuatu yang melemahkan), yang dimaksud dengan i’jaz ialah menampakkan
kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul dengan
menampakkan kelemahan orang Arab untuk menghadapi mukjizatnya yang
abadi, yaitu al-Qur’an, dan kelemahan generasi-generasi sesudah mereka.
Rasulullah telah meminta orang Arab menandingi Qur’an dalam tiga
tahapan:
1) Menantang
mereka dengan seluruh Qur’an dalam uslub umum yang meliputi orang Arab
sendiri dan orang lain, manusia mereka secara padu melalui Firman Allah :
è% ÈûÈõ©9 ÏMyèyJtGô_$# ߧRM}$# `Éfø9$#ur #’n?tã br& (#qè?ù'tƒ È@÷VÏJÎ/ #x‹»yd Èb#uäöà)ø9$# Ÿw tbqè?ù'tƒ ¾Ï&Î#÷WÏJÎ/ öqs9ur šc%x. öNåkÝÕ÷èt/ <Ù÷èt7Ï9 #ZŽÎgsß ÇÑÑÈ
Katakanlah:
"Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa
Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan
Dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang
lain". (QS. Al-Isra’ : 88)
2) Menantang mereka dengan sepuluh surah saja dari Qur’an dalam firman Allah :
÷Pr& šcqä9qà)tƒ çm1uŽtIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù ÎŽô³yèÎ/ 9‘uqß™ ¾Ï&Î#÷VÏiB ;M»tƒuŽtIøÿãB (#qãã÷Š$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó™$# `ÏiB Èbrߊ «!$# bÎ) óOçFZä. tûüÏ%ω»|¹ ÇÊÌÈ óO©9Î*sù (#qç7ŠÉftFó¡o„ öNä3s9 (#þqßJn=÷æ$$sù !$yJ¯Rr& tAÌ“Ré& ÄNù=ÏèÎ/ «!$# br&ur Hw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ( ö@ygsù OçFRr& šcqßJÎ=ó¡•B ÇÊÍÈ
Bahkan
mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu",
Katakanlah: "(kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat
yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu
sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang
benar". Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu
(ajakanmu) itu Maka Ketahuilah, Sesungguhnya Al Quran itu diturunkan
dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, Maka
maukah kamu berserah diri (kepada Allah)? (QS. Hud: 13-14)
3) Menantang mereka dengan satu surah saja dari Qur’an dalam firman Allah:
÷Pr& tbqä9qà)tƒ çm1uŽtIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù ;ou‘qÝ¡Î/ ¾Ï&Î#÷VÏiB (#qãã÷Š$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó™$# `ÏiB Èbrߊ «!$# bÎ) ÷LäêYä. tûüÏ%ω»|¹ ÇÌÑÈ
Atau
(patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah:
"(kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat
seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk
membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar." (QS. Yunus : 38)
Kelemahan
orang Arab untuk menandingi Qur’an padahal mereka memiliki
faktor-faktor dan potensi untuk itu, merupakan bukti tersendiri bagi
kelemahan bahasa Arab di masa bahasa ini berada pada puncak keremajaan
dan kejayaannya.
Kemukjizatan
Qur’an bagi bangsa-bangsa lain tetap berlaku di sepanjang zaman dan
akan selalu ada dalam posisi tantangan yang tegar. Misteri-misteri alam
yang disingkap oleh ilmu pengetahuan modern hanyalah sebagian dari
fenomena hakikat-hakikat tinggi yang terkandung dalam misteri alam wujud
yang merupakan bukti bagi eksistensi pencipta dan perencanaannya.
B. Macam-macam I’jazul Qur’an
Dalam
menjelaskan macam-macam I’jazil Qur’an para ulama berbeda pendapat. Hal
ini disebabkan karena perbedaan tinjauan masing-masing, di antaranya
yaitu :
1. Dr. Abd. Rozzaq Naufal, dalam kitab Al-I’jazu al-Adadi Lil Qur’anil Karim menerangkan bahwa i’jazil Qur’an itu ada 4 macam, adalah sebagai berikut :
1) Al-I’jazul Balaghi yaitu kemukjizatan segi sastra balaghahnya, yang muncul ada pada masa peningkatan mutu sastra Arab.
2) Al-I’jazut Tasyri’i yaitu kemukjizatan segi pensyariatan hukum-hukum ajarannya yang muncul pada masa penetapan hukum-hukum syari’at Islam.
3) Al-I’jazul Ilmu yaitu kemukjizatan segi ilmu pengetahuan, yang muncul pada masa kebangkitan ilmu dan sains di kalangan umat Islam.
4) Al-I’jazul Adadi, yaitu kemukjizatan segi quantity / matematis, statistik yang muncul pada abad ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang.
2. Imam
al-Khotthoby (wafat 388 H) dalam buku al-Bayan fi I’jazil Qur’an
mengatakan bahwa kemukjizatan al-Qur’an itu terfokus pada bidang
kebalaghahan saja.
3. Imam al-Jahidh (w. 255 H) di dalam kitab Nudzumul Qur’an dan Hujajun Nabawiyah serta al-Bayan wa at-Tabyin
menegaskan bahwa kemukjizatan al-Qur’an itu terfokus pada bidang
susunan lafal-lafalnya saja, maksudnya, i’jazul Qur’an itu hanya satu
macam saja, yaitu kemukjizatan susunannya dengan semboyan :
اِنَّ الاِعْجَازَ اِنَّمَا هُوَ فِى النَّطْمِ
4. Moh.
Ismail Ibrahim dalam buku yang berjudul Al-Qur’an wa I’jazihi al-Ilmi
mengatakan, orang yang mengamati al-Qur’an dengan cermat, mereka akan
mengetahui bahwa kitab itu merupakan gudang berbagai disiplin ilmu dan
pengetahuan, baik ilmu-ilmu lama maupun ilmu-ilmu baru.
C. Kadar kemukjizatan
1. Golongan
Mu’tazilah berpendapat bahwa kemukjizatan itu berkaitan dengan
keseluruhan Qur’an, bukan dengan sebagiannya atau dengan setiap surahnya
secara lengkap.
2. Sebagian
ulama berpendapat sebagian kecil atau sebagian besar dari Qur’an, tanpa
harus satu surah penuh, juga merupakan mukjizat berdasarkan firman
Allah :
(#qè?ù'u‹ù=sù ;]ƒÏ‰pt¿2 ÿ¾Ï&Î#÷WÏiB bÎ) (#qçR%x. šúüÏ%ω»|¹ ÇÌÍÈ
Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu jika mereka orang-orang yang benar. (QS. At-Thur : 34)
3. Ulama
yang lain berpendapat, kemukjizatan itu cukup hanya dengan satu surah
lengkap sekalipun pendek, atau dengan ukuran satu surah, baik satu ayat
atau beberapa ayat.
D. Tujuan I’jazul Qur’an
Dari pengertian yang telah diuraikan di atas, dapatlah diketahui bahwa tujuan i’jazul Qur’an itu banyak, di antaranya yaitu :
1) Membuktikan
bahwa Nabi Muhammad saw yang membawa mukjizat kitab Al-Qur’an itu
adalah benar-benar seorang Nabi dan Rasul Allah. Beliau diutus untuk
menyampaikan ajaran-ajaran Allah SWT kepada umat manusia dan untuk
mencanangkan tantangan supaya menandingi al-Qur’an kepada mereka yang
ingkar.
2) Membuktikan
bahwa kitab al-Qur’an itu adalah benar-benar wahyu Allah SWT, bukan
buatan malaikat Jibril dan bukan tulisan Nabi Muhammad saw. Sebab pada
kenyataannya mereka tidak bisa membuat tandingan seperti al-Qur’an
sehingga jelaslah bahwa al-Qur’an itu bukan buatan manusia.
3) Menunjukkan
kelemahan mutu sastra dan balaghahnya bahasa manusia, karena terbukti
pakar-pakar pujangga sastra dan seni bahasa Arab tidak ada yang mampu
mendatangkan kitab tandingan yang sama seperti al-Qur’an, yang telah
ditantangkan kepada mereka dalam berbagai tingkat dan bagian al-Qur’an.
4) Menunjukkan
kelemahan daya upaya dan rekayasa umat manusia yang tidak sebanding
dengan keangkuhan dan kesombongannya. Mereka ingkar tidak mau beriman
dan sombong tidak mau menerima kitab suci itu.
KESIMPULAN
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa i’jazul Qur’an merupakan bagian
terpenting dari Ulumul Qur’an, karena i’jazul Qur’an berfungsi sebagai
pembawa kebenaran, bahwa al-Qur’an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad
saw adalah murni dari Allah SWT dan tidak ada unsur-unsur apapun yang
bisa menandingi arti dan makna yang terkandung dalam al-Qur’an walau
satu ayat, sekalipun dia seorang pakar pujangga sastra dan ahli dalam
seni bahasa Arab, dan kita wajib mengimani dan tidak boleh mengingkari
kemurnian al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, cet. 2, 2000.
Al-Khattan, Manna Khalil, Studi Ulumul Qur’an, Bogor: PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 2001.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar