1. Islam di Spanyol
Spanyol
diduduki umat Islam pada zaman khalifah al-Walid (705-715 M) salah
seorang khalifah dari bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Ada
tiga tokoh dalam penaklukan Spanyol di antaranya : Tharif ibn Malik,
Thariq ibn Ziyad dan Musa ibn Nushain. Untuk pertama kalinya Thariq ibn
Ziyad beserta pasukannya menyeberangi Selat kemudian mendarat dan
menyiapkan pasukannya di Jabal Thariq (Gibraltar). Dengan ini, Raja Roderick dapat dikalahkan hingga akhirnya kota-kota penting dapat ditaklukkan seperti Cordova, Garnada, dan Toledo. (Dr. Badri Yatim, MA., Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 87-89)
Pergantian
amir tidak mempengaruhi operasi perluasan daerah, pada tahun 717-718 M.
Operasi dilanjutkan dengan pemimpin al-Hurr bin Abdul Rahman
al-Tsaqafi, gerakan menuju Spanyol Utara setelah menaklukkan Saragosa.
Perluasan daerah itu terjadi pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz
(717-720 M). Perluasan ke Spanyol masih diteruskan oleh setiap khalifah
yang berkuasa di Damaskus. (Prof. Dr. Abu Su’ud, Islamologi Ajaran dan Peranannya dalam Peradaban Umat Manusia, Jakarta, Rineka Cipta, 2003, hlm. 70)
Masuknya Islam di Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana,
Islam mengalami enam periode dengan berbagai peradaban pada saat itu.
Konflik Islam dengan Kristen, tidak adanya ideologi pemersatu, kesulitan
ekonomi, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan merupakan
faktor-faktor yang mendukung hancurnya Islam di Spanyol, tapi meskipun
demikian Islam berpengaruh besar terhadap peradaban di Eropa. (Dr. Badri
Yatim, MA., Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 110)
Spanyol
atau dahulu lebih dikenal dengan Andalusia yang terletak di benua Eropa
yang letak geografinya sangat dekat sekali dengan Afrika Utara yang
pada waktu itu merupakan daerah perluasan Islam pada masa khalifah
al-Walid sehingga memungkinkan bagi Islam untuk melakukan ekspansi ke
daerah itu. Kira-kira selama 7 abad Islam mengibarkan benderanya di
Spanyol, sudah barang tentu Islam meninggalkan peradaban-peradaban baik
yang bersifat intelektual maupun segi fisik bangunan. Spanyol di bawah
kekuasaan umat Islam telah mencapai kejayaan yang gemilang. Banyak
kemajuan yang diperoleh dan pengaruhnya terasa sampai ke Eropa bahkan
sampai ke seluruh dunia. Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga
saat sekarang ini sangat berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan
Islam yang berkembang pada zaman dahulu.
Spanyol
merupakan tempat yang paling utama untuk menyerap peradaban Islam bagi
Eropa, baik melalui hubungan politik, sosial maupun peradaban antar
negara, hingga Eropa mengakui bahwa Spanyol di bawah pemerintahan umat
Islam yang lebih maju dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya,
terutama di bidang pemikiran sehingga timbul Averoisme (Ibn Ruysd-isme)
yang menuntut kebebasan berfikir.
2. Masa Kemunduran (1250-1500) dan Latar Belakang / Sebab-Sebab Timbulnya Masa Kemunduran
Pada tahun 1258 M kota Baghdad
yang menjadi pusat pemerintahan Bani Abbas dengan khalifah al-Mu’tashim
jatuh ke tangan bangsa Mongol (dipimpin oleh Hulagu Khan). Bangsa
Mongol yang beragama Syamaniah, bersama suku Nomad-nya berambisi
menaklukkan dunia dan menghancurkan wilayah yang dilaluinya, mereka
menyerang dan meluluh lantakkan kerajaan-kerajaan yang tak tunduk pada
perintahnya. Sebagian besar penduduk di sembelih laksana binatang,
kemudian dirampas hartanya, mereka melakukan perbuatan yang kejam dan
ganas tidak berperikemanusiaan. Gedung-gedung yang indah, madrasah,
Masjid mereka rusak. Atas kemenangan umat Islam mereka mendirikan
dinasti Ilhan yang diteruskan dengan berbagai serangan oleh Timur Lenk,
anak keturunan bangsa Mongol. Ada
satu dinasti yang selamat dari kehancuran akibat serangan Mongol, yaitu
dinasti Mamalik Mesir, hingga akhirnya pusat ilmu yang tadinya ada di Baghdad perpindah ke Mesir.
Adapun sebab-sebab timbulnya masa kemunduran adalah :
a. Jatuhnya kota Baghdad ke tangan bangsa Mongol
b. Runtuhnya daulat Abbasiyah yang memerintah Baghdad pada masa itu (1258 M)
c. Terpecahnya kekuasaan Islam pada saat itu, kekuasaan Islam terpecah menjadi tiga daerah kekuasaan :
1) Kekuasaan bangsa Mongol dengan luas daerah kekuasaannya dari India sampai ke Syria
2) Kekuasaan bangsa Turki dari perbatasan Syria sampai ke Mesir
3) Kekuasaan bangsa Arab di daerah-daerah selain daerah yang dikuasai oleh Mongol dan Turki.
d. Kurangnya persatuan di antara umat Islam.
(Dr. Badri Yatim, MA., Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 111-128 dan Dr. Muhammad Sayyid al-Wakil, Wajah Dunia Islam dari Bani Umayyah hingga Imperialisme Modern, Jakarta, Pustaka al-Kautsar, 2005, hlm. 229-248)
Bangsa
Mongol yang berskala kecil dan termasuk bangsa Nomaden telah begitu
kuat mengubah sejarah peradaban Islam dari sepanjang Laut Tengah dengan
penuh kegigihan mendirikan kemiliteran yang begitu hebat dalam kurun
waktu yang relatif singkat. Sehingga dapat mengalahkan umat Islam yang
berskala besar. Peradaban yang di bina sekian lama dalam masa beberapa
periode (dinasti Abbasiyah dan dinasti Umayyah) lenyap begitu saja oleh
bangsa Mongol tak berperikemanusiaan, rakus akan kekuasaan. Mereka
menganggap hanya ada satu Tuhan di dunia, makanya ia juga beranggapan
hanya ada satu penguasa di dunia, yakni dari bangsanya yaitu Mongol.
3. Tiga Kerajaan Besar dan Penyebab Kemundurannya
A. Kerajaan Turki Usmani
Pendiri
kerajaan ini adalah Usman I, ia adalah kabilah Oghuz, yang tinggal di
Mongol dan daerah utara negara Cina. Atas dasar membantu berperang
melawan Bizantium, oleh Sultan Alauddin II mereka diberi tanah di Asia
Kecil, atas kemenangannya kemudian oleh Usman didirikan sebagai kerajaan
Turki Usmani (1290 M – 1326 M) hingga akhirnya mengadakan perluasan
daerah dan menaklukkan kota-kota lain seperti Abdrianopel yang kemudian
dijadikan sebagai Ibu Kota kerajaan yang baru. Turki Usmani sangat
terkenal dengan kemiliterannya sehingga mampu mengadakan ekspansi sampai
Eropa. Kerajaan Turki Usmani bermadhab sunny, mengalami kejayaan pada
masa Sultan Sulaiman al-Qanuni.
Penyebab kemunduran kerajaan Turki Usmani
1) Wilayah kekuasaan yang sangat luas
2) Heterogenitas enitas penduduk
3) Kelemahan para penguasa
4) Budaya Pungli
5) Pemberontakan tentara jenis sari
6) Merosotnya ekonomi
7) Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi.
B. Kerajaan Safawi di Persia
Kerajaan Safawi berasal dari tarekat Safawiyah yang berdiri di Ardabil, Azerbaijan dan didirikan oleh Safi
al-Din (1252–1334 M). Kerajaan Safawi menetapkan Syi’ah sebagai madzhab
negara. Kerajaan ini di anggap sebagai peletak dasar terbentuknya
negara Iran.
Puncak kejayaan pada masa Abbas I, karena mampu mengatasi kemelut di
dalam negeri yang mengganggu stabilitas negara dan berhasil merebut
kembali wilayah-wilayah di rebut oleh kerajaan lain pada masa raja
sebelumnya.
Penyebab kemunduran kerajaan Safawi di Persia
1) Konflik berkepanjangan dengan kerajaan Utsmani
2) Dekadensi moral yang melanda sebagian para pemimpin kerajaan Safawi
3) Gagalnya pembentukan pasukan Ghulam (budak-budak) yang dibentuk oleh Abbas I
4) Sering terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana.
C. Kerajaan Mughal di India
Kerajaan Mughal di India dengan Delhi
sebagai Ibu Kota, didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482–1530 M). Pada
awalnya Babur dimintai bantuan untuk menjatuhkan pemerintahan Ibrahim di
Delhi oleh paman penguasa India (Ibrahim Lodi), dan akhirnya kemenangan berpihak padanya, tetapi rajanya meninggal dunia. Akhirnya Babur memasuki kota Delhi karena di sana vacuum of power
sehingga ia menegakkan pemerintahannya dan mendirikan kerajaan Mughol
di India. Kerajaan Mughal terkenal dengan kemiliterannya sehingga Sultan
adalah penguasa diktator. Kerajaan Mughal menetapkan Sunny sebagai
madzhab negara kerajaan Mughal di India hancur pada tahun 1858 M.
Penyebab hancurnya kerajaan Mughal di India
1) Terjadi
stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer
Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh
kekuatan maritime mughal.
2) Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elit politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
3) Pendekatan
Aurangzeb yang terlampau kasar dalam melaksanakan ide-ide puritan dan
kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antar agama sangat sukar
diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
4) Semua pewaris tahta adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.
(Dr. Badri Yatim, MA., Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 111-128 dan Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1999, hlm. 427-496)
Suatu
pertanyaan yang selalu membenak di hati, mengapa tiga kerajaan di atas
disebut sebagai kerajaan besar? Kalau kita tengok ke belakang awal mula
berdirinya tiga kerajaan tersebut adalah berdiri dengan sendiri secara
mandiri tanpa meneruskan kekuasaan pemerintahan nenek moyangnya, dengan
kemandiriannya dalam membentuk suatu pemerintahan tiga kerajaan besar
itu mampu berkembang hingga mencapai kejayaan yang gemilang dengan
memperluas kekuasaan di sekitarnya hingga mampu membangun
peradaban-peradaban Islam yang dapat kita ketahui sampai sekarang.
Walaupun secara kualitasnya masa keemasan tiga kerajaan besar tersebut
lebih jauh gemilang dengan kerajaan (dinasti-dinasti) Islam pada masa
klasik, yang mendahulukan ilmu pengetahuan dari pada kemiliteran yang
berfungsi sebagai peperangan untuk melakukan ekspansi seperti yang
dilakukan oleh tiga kerajaan besar ini.
4. Kedatangan Islam di Indonesia
Sekitar Abad I / 7 M, meskipun dalam frekuensi yang tidak terlalu besar, Islam telah masuk ke Indonesia tepatnya di pesisir Sumatera. (Prof. A. Hasymy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia,
Banda Aceh, PT. al-Ma’arif, 1989, hlm. 7). Dengan bukti adanya makam
Fatimah binti Maemun di Leran (Gresik, Jatim) yang berangka tahun tertua
yang bergaya kufi memberi kesan kuat bahwa nisan tersebut dibuat di Gujarat, India.
Tetapi kehadiran Islam di Indonesia secara lebih nyata sekitar abad 13
M, yakni dengan adanya makam Sultan Malik al-Saleh. (Prof. Dr. Hasan
Muarif Ambary, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam di Indonesia,
Jakarta, PT. Logos Wacana Ilmu, 1998, hlm. 54). Hal di atas diperkuat
lagi dengan kedatangan Marco Polo yang telah menuliskan kisah tentang
petualangannya ke Dunia Timur dan sempat singgah di Pelabuhan Perlak
yang di situ sudah ada penduduk yang memeluk Islam.
Sejarah juga mencatat Islam datang ke Indonesia abad ke-7 hingga abad ke-16 ini melalui pedagang muslim (Arab, Persia dan India) yang datang ke pesisir Sumatera Utara. (Dr. Badri Yatim, MA., Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 119)
Beberapa
proses Islamisasi di Indonesia antara lain lewat jalur perdagangan,
perkawinan antara saudagar dengan penduduk pribumi, kesenian, pondok
pesantren, politik maupun tasawuf. (Dr. Badri Yatim, MA., Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 202–204)
Islam
sangat mudah masuk ke Indonesia, karena Islam bersifat fleksibel,
luntur, lunak, tidak memaksa, dibuktikan dengan adanya akulturasi antara
kebudayaan yang telah ada (Hindu–Budha) kepercayaan penduduk sebelum
Islam datang, sebagai contoh yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga dengan
pewayangannya, sehingga masyarakat sedikit demi sedikit mau menerimanya.
Islam menyiarkan suatu rangkaian ajaran dan cara serta gaya
hidup, yang secara kualitatif lebih maju dari kebudayaan yang ada.
Tidak hanya dibidang renungan teologia monotheismenya dibanding teologia
polytheisme, tetapi juga di bidang kehidupan kemasyarakatan yang tidak
mengenal kasta. Dan di banding kebudayaan asli kita, yang tidak mengenal
sedikit saja menyerap pengaruh kebudayaan Hindu–Budha, di mana masih
dominan paham yang oleh Barat dicapnya sebagai “Animisme” dan
“Dinamisme” primitif. Maka ajaran Islam lebih jelas secara kualitatif
jauh lebih maju, terutama di bidang teologia monotheismenya yang
membebaskan manusia dari belenggu ketakhayulan dan kemusyrikan.
5. Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia
A. Kerajaan Samudra Pasai
Samudra
Pasai terletak di pesisir timur laut Aceh dan merupakan kerajaan Islam
pertama di Indonesia, diperkirakan mulai awal atau pertengahan abad
ke-13 M dengan raja yang pertamanya adalah Malik al-Saleh dengan pusat
kerajaanya ada di Muara Sungai Peusangan. Kerajaan berlangsung sampai
abad 1524 M Samudra Pasai ditaklukkan Portugis dan akhirnya pada tahun
1524 M di aneksasi oleh raja Aceh, Ali Mughyat Syah dan selanjutnya ada
di bawah pengaruh kesultanan Aceh.
B. Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan
Aceh terletak di Aceh Besar (sekarang), berdiri pada tahun ke-15 M
dengan raja Ali Mughyat Syah. Puncak kekuasaan terletak pada masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1608–1637 M), kerajaan Aceh telah
menjalin hubungan dengan kerajaan Turki Usmani pada saat itu. Pada masa
itu daerah sekitarnya sudah memeluk Islam kecuali rakyat batak.
Runtuhnya Aceh ketika tonggak kepemimpinan dipimpin oleh seorang
perempuan pada tahun 1641–1699, beberapa wilayah taklukannya lepas dan
terpecah belah hingga akhirnya pada abad ke–18 M Kasultanan Aceh tinggal
bayangan belaka.
C. Kerajaan Demak
Kerajaan
Demak merupakan kerajaan pertama di Pulau Jawa dengan rajanya Raden
patah, terjadi kurang lebih sekitar abad ke-15 hingga awal abad ke-16.
D. Kerajaan Pajang
Pajang
merupakan lanjutan dari kerajaan Demak terletak di Kartasura, kerajaan
Pajang merupakan kerajaan pertama di pedalaman pulau Jawa. Sultan
pertamanya adalah Jaka Tingkir atau Adiwijaya. Pada masa sejarah Islam
di Jawa yang asalnya berada di pesisir pantai kini berpindah ke
pedalaman yang membawa akibat besar dalam perkembangan Islam di Jawa.
Riwayat kerajaan Pajang berakhir tahun 1618.
E. Kerajaan Mataram
Pendiri
kerajaan Mataram adalah Ki Pamenahan, yang mana mendapat tanah Mataram
oleh Sultan Adiwijaya untuk memberontak Aria Penangsang, dan Ki
Pamenahan mendapatkan kemenangan, hingga akhirnya di sana mulai
ditempati pada tahun 1577 M dan menjalankan pemerintahan. Pada masa
Sultan Agung kontak-kontak bersenjata antara kerajaan Mataram dengan VOC
mulai terjadi.
Konflik
datang bertubi-tubi, dalam setiap konflik yang tampil sebagai lawan
adalah mereka yang didukung oleh para ulama yang bertolak dari
keprihatinan agama, hingga terjadi pemerontakan-pemberontakan yang
mengakibatkan runtuhnya Keraton Mataram.
F. Kerajaan Cirebon
Kesultanan Cirebon adalah kerajaan yang pertama yang ada di Jawa Barat, pendirinya adalah Sunan Gunung Jati pada abad ke-16.
G. Kerajaan Banten
Pendiri
kerajaan Banten adalah Hasanuddin putra dari Sunan Gunung Jati pada
tahun 1568 dan beliau adalah raja pertamanya. Kesultanan bergantian
secara turun temurun hingga akhirnya pada masa Sultan Abul Fath terjadi
beberapa kali peperangan antar Banten dan VOC yang berakhir dengan
disetujuinya perjanjian perdamaian tahun 1659 M.
H. Kerajaan Banjar di Kalimantan
Pendirinya
adalah Pangeran Samudera atau Sultan Suryatullah / Suryan Syah setelah
berhasil menghalau serangan dari Daha berkat bantuan Demak. Kerajaan ini
merupakan penerus dari kerajaan Daha yang mayoritas masih menganut
agama Hindu–Budha.
I. Kerajaan di Maluku
Sekitar
tahun 1460 M raja Ternate, Vongi Tidore memeluk agama Islam, raja yang
benar-benar muslim adalah Zayn al-‘Abidin (1486–1500 M), karena usia
Islam masih muda di Ternate, Portugis yang tiba dari sana tahun 1522 M,
berharap dapat menggantikannya dengan agama Kristen, tetapi usaha mereka
hanya mendatangkan hasil yang sedikit.
J. Kerajaan di Sulawesi
Kerajaan ini bernama kerajaan Gowa-Tallo, kerajaan kembar yang saling berbatasan, biasanya disebut kerajaan Makassar.
Kerajaan ini terletak di Semenanjung Barat Daya pulau Sulawesi, raja
pertamanya adalah Alauddin (1591–1636 M), karena tradisi seorang raja
menyampaikan pesan, maka dengan itu kerajaan Soppeng, Wajo, Bone pun
akhirnya menerima Islam.
Jika
kita teliti lebih lanjut letak geografi kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia mayoritas terletak di pesisir pantai seperti Samudra Pasai,
Demak, Aceh, Sulawesi, Maluku, Kalimantan itu dikarenakan lajur
pelayaran merupakan sarana perdagangan antar pulau sehingga memungkinkan
untuk proses Islamisasi di sana, yang bisa disalurkan lewat beberapa
kerajaan. Adapun kerajaan yang ada di pedalaman merupakan masa transisi
politik pesisir ke pedalaman yang dapat mengembangkan Islam secara
merata baik di pesisir, perkotaan maupun di pedalaman. Perlu diketahui
bahwa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia sangat dipengaruhi oleh peran
Walisongo, dibuktikan dengan adanya kesultanan di Cirebon yang dipimpin
oleh Sunan Gunung Jati yang sebelumnya banyak berkiprah di Demak, dan
adanya Sunan Giri yang menjadi guru para raja di Maluku yang berguru di
Sunan Giri dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ambary, Hasan Muarif, Prof. Dr. Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam di Indonesia, Jakarta, PT. Logos Wacana Ilmu, 1998.
Hasymy, A., Prof. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, Banda Aceh, PT. al-Ma’arif, 1989.
Lapidus, Ira M., Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1999.
Su’ud, Abu, Prof. Dr. Islamologi Ajaran dan Peranannya dalam Peradaban Umat Manusia, Jakarta, Rineka Cipta, 2003.
Wakil, Muhammad Sayyid, Dr. Wajah Dunia Islam dari Bani Umayyah hingga Imperialisme Modern, Jakarta, Pustaka al-Kautsar, 2005.
Yatim, Badri, Dr. MA., Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar