PENDAHULUAN
Berbeda dengan mahluk lain, manusia
mempunyai ciri istimewa, yaitu kemampuan berfikir yang ada dalam satu struktur
dengan perasaan dan kehendaknya (yang sering disebut sebagai mahluk yang
berkesadaran) mengenai apa yang dipikirkan adalah terpusat pada diri sendiri
dalam hal asal mulanya, keberadaan dan tujuan akhir hidupnya.
Pada saat manusia masih kecil, ia baru bisa melihat
dan mengenal apa yang ada di sekelilingnya secara reseptif, seperti makanan,
minuman, pakaian, barang-barang lain dan tumbuh-tumbuhan dan binatang.
Selanjutnya yang dikenal adalah ayah ibunya, saudara-saudaranya dan orang lain
dalam hubungan yang semakin jauh. Selanjutnya berkat perkembangan alam pikiran
dan kesadaranya, maka ia mulai mengenal makna masing-masing hal itu secara
kritis. Lalu kemudian kedudukan, fungsi dan ketertarikan antara satu dengan
yang lain.
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara
substansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak terlepas dari peran
filsafat. Sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat.
Kedudukan filsafat sebagai induk dari ilmu pengetahuan, memiliki proses
perumusan yang sangat sulit dan membutuhkan pemahaman yang mendalam, sebab
nilai filsafat itu hanyalah dapat dimanifestasikan oleh seseorang filsuf yang
otentik.
Perumusan tersebut merupakan suatu stimulus atau rangsangan untuk
memberikan suatu bimbingan tentang bagaimana cara kita harus mempertahankan
hidup. Manusia sebagai makhluk pencari kebenaran, dalam eksistensinya terdapat
tiga bentuk kebenaran, yaitu ilmu pengetahuan, filsafat dan agama.
Filsafat disebut pula sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat eksistensial,
artinya sangat erat hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan
filsafat menjadi dasar bagi motor penggerak kehidupan, baik sebagai makhluk
individu atau pribadi maupun makhluk kolektif dalam masyarakat.
Oleh karena itu kita perlu mempelajari filsafat hingga keakar-akarnya.
Khususnya pada dasar ilmu pengetahuan, sebab manusia hidup pastilah memiliki
pengalaman yang berbeda-beda, yang kemudian dari pengalaman itu akan muncul
ilmu sebagai kumpulan dari pengalaman atau pengetahuan yang ada agar terbuka
wawasan pemikiran yang filosofis.
Dengan demikian esensi (diri) dan eksistensi
(keberadaan manusia itu sendiri) setiap hal itu menjadi semakin jelas. Kemudian
pengenalanya itu berkembang menjadi semakin kreatif.
Demikianlah pendahuluan dari penulis untuk lebih
jelasnya tentang isi makalah ini sendiri, bias dibaca di bagian isi makalah
ini.
Apabila penulis salah dalam tutur kata maupun
tulisan ini penulis mohon ma’af dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun.
A.
Karakteristik
Berfikir Filosofis
Berfilsafat termasuk dalam berfikir namun
berfilsafat tidak identik dengan berfikir. Sehingga, tidak semua orang yang
berfikir itu mesti berfilsafat, dan bisa dipastikan bahwa semua orang yang
berfilsafat itu pasti berfikir.
Seorang siswa yang berfikir bagaimana agar bisa lulus dalam Ujian Akhir Nasional, maka siswa ini tidaklah sedang berfilsafat atau berfikir secara kefilsafatan melainkan berfikir biasa yang jawabannya tidak memerlukan pemikiran yang mendalam dan menyeluruh. Oleh karena itu ada beberapa ciri berfikir secara kefilsafatan.
Seorang siswa yang berfikir bagaimana agar bisa lulus dalam Ujian Akhir Nasional, maka siswa ini tidaklah sedang berfilsafat atau berfikir secara kefilsafatan melainkan berfikir biasa yang jawabannya tidak memerlukan pemikiran yang mendalam dan menyeluruh. Oleh karena itu ada beberapa ciri berfikir secara kefilsafatan.
Tidak semua kegiatan atau berbagai problem kehidupan
tersebut dikatakan sampai pada derajat filsafat, tetapi dalam kegiatan atau
problem yang terdapat beberapa cirri yang dapat mencapai derajat pemikiran
filsafat[1].
Berfikir kefilsafatan atau filosofis memiliki
karakteristik tersendiri yang dapat dibedakan dengan ilmu yang lain. Berikut
ini beberapa ciri berfikir filosofis menurut ali mudhofir dalam bukunya
“pengenalan filsafat”[2], yaitu :
1.
Radikal, artinya
berfikir sampai pada substansinya atau akar-akarnya yang terpenting.
2.
Universal, artinya
bersifat menyeluruh menyangkut pengalaman umum manusia.
3.
Konseptual, artinya
merupakan hasil dari pengalaman (konsep) manusia.
4.
Koheren (sesuai kaidah
berfikir logis) dan konsisten (bernilai benar, tidak kontradiksi).
5.
Sistematik, artinya
berkaitan atau saling berhubungan secara teratur dalam sistematika dan
mengandung tujuan tertentu.
6.
Komprehensif, artinya
bersifat menjelaskan secara menyeluruh.
7.
Bebas, artinya berupa
hasil pemikiran yang bebas tanpa adanya keterikatan.
8.
Bertanggung jawab,
artinya seorang filsuf harus bertanggung jawab terhadap hasil pemikirannya.
Selain mempunyai ciri diatas, bagi seorang filsuf
harus memiliki 5 prinsip penting dalam berfilsafat, yaitu :
1.
Tidak boleh merasa
paling tahu dan paling benar sendiri (congkak).
2.
Memiliki sikap mental,
kesetiaan dan jujur terhadap kebenaran.
3.
Bersungguh-sungguh
dalam berfilsafat serta berusaha dalam mencari jawabannya.
4.
Latihan memecahkan
persoalan filsafati dan bersikap intelektual secara tertulis maupun lisan.
Pemikiran kefilsafatan memiliki ciri-ciri khas (karakteristik) yaitu:
a.
Menyeluruh,
artinya pemikiran yang luas, pemikiran yang meliputi beberapa sudut pandang.
Pemikiran kefilsafatan meliputi beberapa cabang ilmu, dan pemikiran semacam ini
ingin mengetahui hubungan antara cabang ilmu yang satu dengan lainnya.
Integralitas pemikiran kefilsafatan juga memikirkan hubungan ilmu dengan moral,
seni dan pandangan hidup.
b.
Mendasar,
artinya pemikiran mendalam sampai kepada hasil yang fundamental (keluar dari
gejala). Hasil pemikiran tersebut dapat dijadikan dasar berpijak segenap nilai
dan masalah-masalah keilmuan (science).
c.
Spikulatif,
artinya hasil pemikiran yang diperoleh dijadikan dasar bagi pemikiran-pemikiran
selanjutnya dan hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai medan garapan
(obyek) yang baru pula. Keadaan ini sanantiasa bertambah dan berkembang meskipun
demikian bukan berarti hasil pemikiran kefilsafatan itu meragukan, karena tidak
selesai seperti ilmu-ilmu diluar filsafat.[4]
Dan tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar
yang dapat diandalkan. Apakah yang disebut logis? Apakah yang disebut benar?
Apakah yang disebut shahih? Apakah alam ini teratur atau kacau? Apakah hidup
ini mempunyai tujuan atau tidak?
Dan kita sadar bahwa semua pengetahuan yang sekarang ada
dimulai dengan spekulasi dan serangkaian spekulasi ini kita dapat memilih buah
fikiran yang dapat diandalkan yang merupakan titik awal dari penjajahan
pengetahuan[5]
B. Perbedaan
Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Untuk mengetahui perbedaan keduanya
maka kita harus mengetahui definisinya terlebih dahulu
1.
Filsafat
Secara etimologis,
filsafat berasal dari beberapa bahasa yaitu dalam bahasa inggris yaitu
“philosophy”, sedangkan dalam bahasa yunani “philos” dan “sophi”. Ada pula yang
mengatakan bahwa filsafat berasal dari bahasa Arab yaitu “falsafah” yang
artinya Al-hikmah. Akan tetapi, kata tersebut pada awalnya berasl dari bahasa
yunani. Philos artinya cinta, sedangkan Sophia artinya kebijaksanaan. Oleh
karena itu, filsafat dapat diartikan dengan cinta kebijaksanaan. Para ahli
filsafat disebut dengan filosof, yakni orang yang mencari kebijaksanaan atau
kebenaran. Filosof bukan orang yang bijaksana atau berpengetahuan benar,
melainkan orang yng sedang belajar mencari kebenaran atau kebijaksanaan.
2.
Ilmu
Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah
dua buah kata yang merupakan kata majemuk, sehingga dalam penggunaannya
sehari-hari selalu dirangkai dan membentuk satu arti, yakni ilmu pengetahuan.
Namun, apabila dilihat lebih teliti, ternyata kata ilmu dan pengetahuan
mempunyai arti tersendiri.
Ilmu pengetahuan
merupakan kelanjutan konsepsional dari ciri ingin tahu sebagai kodrat
manusiawi. Tetapi ilmu pengetahuan itu menuntut persyaratan-persyaratan khusus
dalam pengaturannya. Dalam hal ini yang terpenting adalah sistem dan metode
ilmu pengetahuan itu[6].
a.
Definisi
Ilmu
Ilmu merupakan pengetahuan yang kita gelumuni sejak bangku sekolah dasar
sampai perguruan tinggi. Ilmu
adalah cabang pengetahuan dengan ciri-ciri tertentu. Ciri-cirinya adalah
memiliki obyek, memiliki metode, memiliki sistematika, dapat diuji kebenarannya
Suatu pendekatan atau metode
pendekatan terhadap seluruh dunia empiris.Ilmu dapat diamati panca indera
manusia. Suatu cara menganalisis yang mengizinkan kepada para ahlinya untuk
menyatakan -suatu proposisi dalam bentuk: "jika,...maka..."
Ilmu dapat memungkinkan adanya kemajuan dalam pengetahuan sebab beberapa
sifat atau ciri khas yang dimiliki oleh ilmu. Dalam hal ini randall
mengemukakan beberapa ciri umum dari pada ilmu, diantaranya:
1. Bersifat
akumulatif, artinya ilmu adalah milik bersama. Hasil dari pada ilmu yang telah
lalu dapat digunakan untuk penyelidikan atau dasar teori bagi penemuan ilmu
yang baru.
2. Kebenarannya
bersifat tidak mutlak, artinya masih ada kemungkinan terjadinya kekeliruan dan
memungkinkan adanya perbaikan. Namun perlu diketahui, seandainya terjadi
kekeliruan atau kesalahan, maka itu bukanlah kesalahan pada metodenya,
melainkan dari segi manusianya dalam menggunakan metode itu.
3. Bersifat
obyektif, artinya hasil dari ilmu tidak boleh tercampur pemahaman secara
pribadi, tidak dipengaruhi oleh penemunya, melainkan harus sesuai dengan fakta
keadaan asli benda tersebut.[7]
b.
Definisi Pengetahuan
Secara bahasa (etimologi), pengetahuan berasal dari
bahasa inggris yaitu knowledge. Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan
bahwa definisi pengetahuan adalah “kepercayaan yang benar (knowledge is
justified true belief)[8].
Menurut istilah (terminologi), pengetahuan adalah
apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Menurut Sidi Gazalba dalam
bukunya sistematika filsafat, pekerjaan tahu adalah hasil dari kenal, sadar,
insyaf, mengerti dan pandai. Sehingga
pengetahuan merupakan hasil dari proses usaha manusia untuk menjadi tahu[9].
Pengetahuan dimulai
dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat
dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang
telah kita ketahui dan yang belum kita ketahui. Berfilsafat berarti merendakan
diri bahwa tidk semuannya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang tak
terbatas ini[10].
Menurut Al-Ghazali
pengetahuan adalah hasil aktivitas mengetahui, yakni tersingkapnya suatu
kenyataan ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan di dalamnya. Pengetahuan
merujuk kepada apa yang kita kenal, ketahui atau fahami atau dapatkan melalui
pengalaman, penginderaan, penyuluhan, pelatihan, percobaan, belajar, refleksi,
intuisi, dan lainnya. Dengan kata lain, pengatahuan adalah apa yang kita
ketahui[11].
Setelah mengetahui
pengertian masing-masing definisi maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu
pengetahuan adalah sesuatu yang kita ketahui, kita pelajari dan dapat di
aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan
perbedaan Antara
filsafat dan pengetahuan memiliki perbedaan seperti suatu kebenaran filosofis
tidak memerlukan pembuktian-pembuktian atau tidak perlu didasari bukti
kebenaran, baik melalui eksperimen maupun pencarian data lapangan sedangkan
ilmu pengetahuan harus mempunyai pembuktian yang nyata serta melalui
penelitian.
Dan
perbedaan keduanya juga dapat dijelaskan dari obyek material dan obyek formal
keduanya yaitu:
a. Obyek material [lapangan]
Filsafat
itu bersifat universal [umum], yaitu segala sesuatu yang ada [realita]
sedangkan obyek material ilmu [pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan
empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra
kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam
disiplin tertentu
b. Obyek formal [sudut pandangan]
Filsafat
itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu
yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat
fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifat
teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri
dengan realita[12].
Dilihat dari
aspek ilmunya filsafat dengan ilmu dapat dibedakan yaitu:
1.
Ilmu Filsafat
a.
Lahan pembahasan
Bersifat luas dan menyeluruh, tidak membatasi pembahasan.
b.
Tujuan Mencari tahu
asal-asul, hubungan dan proses interaksi antara manusia dengan alam.
c.
Cara pembahasan
Menggunakan akal pikiran.
d.
kesimpulan Tidak
memberikan kesimpulan atau keyakinan yang mutlak.
2.
Ilmu Pengetahuan
a.
Bersifat sempit dan
membatasi pembahasan/ penyelidikan.
b.
Hanya meneliti
sifat-sifat alam dan kejadian didalamnya saja.
c.
Menggunakan panca
indera dan percobaan-percobaan.
d.
Memberikan kepastian
dengan didasari penglihatan dan percobaan yang dikemas melalui rumusan
penelitian[13].
KESIMPULAN
Pengetahuan merupakan hasil dari proses usaha manusia untuk menjadi tahu,
sedangkan ilmu dapat diartikan sebagai suatu metode berfikir secara obyektif
dalam menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia fuktual dan berprinsip
untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, sehingga ilmu
pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan yang benar-benar disusun dengan
sistematis dan metodologis untuk mencapai tujuan yang berlaku universal dan
dapat diuji atau diverifikasi kebenarannya.
Kedudukan filsafat sebagai induk dari ilmu pengetahuan, memiliki proses
perumusan yang sangat sulit dan membutuhkan pemahaman yang mendalam serta
memiliki bidang kajian yang sangat luas dibanding ilmu yang lain yang semuanya
itu untuk mendalami dan memahami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara
menyeluruh kita dapat mengetahui dan memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu
tersebut.
Filsafat
dapat diartikan sebagai
pengetahuan tentang cara berfikir terhadap segala sesuatu yang bersifat
menyeluruh dan mendasar. Sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang
bercirikan sistematik, rasional, empiris dan bersifat kumulatif.
Jadi dari
penjelasan di atas perbedaan antara keduanya bisa kita ketahui yaitu:
-
Filsafat bersifat universal sedangkan ilmu pengetahuan
bersifat khusus.
-
Filsafat tidak memerlukan adanya pembuktian sedangkan ilmu
pengetahuan harus menggunakan pembuktian
-
Filsafat bersifat menyeluruh dan mendasar sedangkan ilmu
pengetahuan bersifat spesifik dan intensif.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Asmoro. 2010. Filsafat Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Bakker, Anton. 2009. Metodologi Penelitian Filsafat. Yokyakarta:
Kanisius.
Bakhtiar, Amsal.
2004. Filsafat
Ilmu. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Gazalba, Sidi.
1992. Sistematika
Filsafat. Jakarta:
Bulan Bintang.
Http//filsafat-ilmu.blogspot.com/persamaan-dan-perbedaan-filsafat-dan-ilmu.html.
Diakses pada Tanggal 28 Juli 2012.
Http://makalahgood.blogspot.com/makalah-perbedaan-ilmu-dan-filsafat.html.
Diakses Pada Tanggal 26 Juli 2012.
Mustansir, Rizal dkk. 2007. Filsafat Ilmu. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Salam, Burhanuddin. 2005. Pengantar
Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara.
Suhar.
2009. Filsafat
Umum Konsepsi,
Sejarah dan Aliran. Jakarta:
GP Press.
Suriasumantri, Jujun. 2001. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Wiramihardja, Sutardjo. 2007. Pengantar Filsafat. Bandung: PT Refika
Aditama.
[6] Anton Bakker, Metodologi
Penelitian Filsafat, (Yokyakarta: Kanisius, 2009), Hal. 14.
[11] Muhammad Amiruddin, Makalah
Perbedaan Ilmu dan Filsafat, 2011, (Online),
http://makalahgood.blogspot.com,
hal. 5-6.
[12] Djoko Adi Walujo, Persamaan dan Perbedaan Filsafat dan Ilmu, 2008, (Online), http//filsafat-ilmu.blogspot.com, hal. 2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar