BAB I
PENDAHULUAN
Mempelajari
Sejarah Pendidikan Islam amat penting, terutama bagi pelajar-pelajar
agama islam dan pemimpin-pemimpin islam. Dengan mempelajari Sejarah
Pendidikan Islam kita dapat mengetahui sebab kemajuan dan kemunduran
islam baik dari cara didikannya maupun cara ajarannya. Khusunya
pendidikan islam pada zaman Nabi Muhammad SAW.
Sebagai
umat islam, hendaknya kita mengetahui sejarah tersebut guna
menumbuhkembangkan wawasan generasi mendatang di dalam pengetahuan
sejarah tersebut. Sejarah Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW
terdapat dua periode. Yaitu periode Makkah dan periode Madinah.
Pada
periode Makkah, Nabi Muhammad lebih menitik beratkan pembinaan moral
dan akhlak serta tauhid kepada masyarakat Arab yang bermukim di Makkah
dan pada peroide di Madinah Nabi Muhammad SAW melakukan pembinaan di
bidang sosial politik. Disinilah pendidikan islam berkembang pesat.
BAB II
PEMBAHASAN
PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH DAN SAHABAT
1.Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah
Pendidikan islam pada masa Rasulullah dapat dibedakan menjadi 2 periode:
- Periode Makkah
- Periode Madinah
- Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah di Makkah
Nabi
Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama di Gua Hira di Makkah pada
tahun 610 M.dalam wahyu itu termaktub ayat al-qur’an yang artinya:
“Bacalah (ya Muhammad) dengan nama tuhanmu yang telah menjadikan
(semesta alam). Dia menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
tuhanmu maha pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan kepada
manusia apa yang belum diketahuinya[1].
Kemudian
disusul oleh wahyu yang kedua termaktub ayat al-qur’an yang artinya:
Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah
peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah. dan
perbuatan dosa tinggalkanlah. dan janganlah kamu member (dengan maksud)
memperoleh (balasan) yang lebih banyak. dan untuk (memenuhi perintah)
Tuhanmu, bersabarlah[2].
Dengan
turunnya wahyu itu Nabi Muhammad SAW telah diberi tugas oleh Allah,
supaya bangun melemparkan kain selimut dan menyingsingkan lengan baju
untuk member peringatan dan pengajaran kepada seluruh umat manusia,
sebagai tugas suci, tugas mendidik dan mengajarkan islam.kemudian kedua
wahyu itu diikuti oleh wahyu-wahyu yang lain. Semuanya itu disampaikan
dan diajarkan oleh Nabi, mula-mula kepada karib kerabatnya dan teman
sejawatnya dengan sembunyi-sembunyi.
Setelah
banyak orang memeluk islam, lalu Nabi menyediakan rumah Al- Arqam bin
Abil Arqam untuk tempat pertemuan sahabat-sahabat dan
pengikut-pengikutnya. di tempat itulah pendiikan islam pertama dalam
sejarah pendidian islam.disanalah Nabi mengajarkan dasar-dasar atau
pokok-pokok agama islam kepada sahabat-sahabatnya dan membacakan
wahyu-wahyu (ayat-ayat) alqur’an kepada para pengikutnya serta Nabi
menerima tamu dan orang-orang yang hendak memeluk agama islam atau
menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan agama islam. Bahkan disanalah
Nabi beribadah (sholat) bersama sahabat-sahabatnya[3].
Lalu
turunlah wahyu untuk menyuruh kepada Nabi, supaya menyiarkan agama
islam kepada seluruh penduduk jazirah Arab dengan terang-terangan. Nabi
melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Banyak tantangan dan
penderitaan yang diterima Nabi dan sahabat-sahabatnya. Nabi tetap
melakukan penyiaran islam dan mendidik sahabat-sahabatnya dengan
pendidikan islam.
Dalam
masa pembinaan pendidikan agama islam di Makkah Nabi Muhammad juga
mengajarkan alqur’an karena al-qur’an merupakan inti sari dan sumber
pokok ajaran islam. Disamping itu Nabi Muhamad SAW, mengajarkan tauhid
kepada umatnya[4].
Intinya
pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi selama di Makkah ialah
pendidikan keagamaan dan akhlak serta menganjurkan kepda manusia, supaya
mempergunakan akal pikirannya memperhatikan kejadian manusia, hewan,
tumbuh-tumbuhan dan alam semesta seagai anjuran pendidikan ‘akliyah dan
ilmiyah.
Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam, menyatakan bahwa pembinaan pendidikan islam pada masa Makkah meliputi:
- Pendidikan Keagamaan
Yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata jangan dipersekutukan dengan nama berhala.
- Pendidikan Akliyah dan Ilmiah
Yaitu mempelajari kejadian manusiadari segumpal darah dan kejadian alam semesta.
- Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti
Yaitu Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.
- Pendidikan Jasmani atau Kesehatan.
- Pendidikan Islam pada masa Rasulullah di Madinah
Berbeda
dengan periode di Makkah, pada periode Madinah islam merupakan kekuatan
politik. Ajaran islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak
turun di Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja
sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara.
Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agaam islam di Madinah adalah sebagai berikut:
- Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik.
Nabi
Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang
bersatu padu secara intern (ke dalam), dan ke luar diakui dan disegani
oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik). Dasar-dasar tersebut adalah:
- Nabi Muhammad saw mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertentangan anatr suku, dengan jalan mengikat tali persaudaraan diantara mereka.nabi mempersaudarakan dua-dua orang, mula-mula diantara sesama Muhajirin, kemudian diantara Muhajirin dan Anshar. Dengan lahirnya persaudaraan itu bertambah kokohlah persatuan kaum muslimin.[6]
- Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi Muhammad menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.
- Untuk menjalin kerjasama dan saling menolong dlam rangka membentuk tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, turunlah syari’at zakat dan puasa, yang merupakanpendidikan bagi warga masyarakat dalam tanggung jawab sosial, bnaik secara materil maupun moral.
- Suatu kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat baru di Madinah, adalah disyari’atkannya media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat juma’t yang dilaksanakan secara berjama’ah dan adzan. Dengan sholat jum’at tersebut hampir seluruh warga masyarakat berkumpul untuk secara langsung mendengar khutbah dari Nabi Muhammad SAW dan shalat jama’ah jum’at
Rasa
harga diri dan kebanggaan sosial tersebut lebih mendalam lagi setelah
Nabi Muhammad SWA menapat wahyu dari Allah untuk memindahkan kiblat
dalam shalat dari Baitul Maqdis ke Baitul Haram Makkah, karena dengan
demikian mereka merasa sebagai umat yang memiliki identitas.[7]
Setelah
selesai Nabi Muhammad mempersatukan kaum muslimin, sehingga menjadi
bersaudara, lalu Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi, penduduk
Madinah. Dalam perjanjian itu ditegaskan, bahwa kaum Yahudi bersahabat
dengan kaum muslimin, tolong- menolong , bantu-membantu, terutama bila
ada seranga musuh terhadap Madinah. Mereka harus memperhatikan negri
bersama-sama kaum Muslimin, disamping itu kaum Yahudi merdeka memeluk
agamanya dan bebas beribadat menurut kepercayaannya. Inilah salah satu
perjanjian persahabatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.[8]
- Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan.
Materi
pendidikan sosial dan kewarnegaraan islam pada masa itu adalah
pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam
prakteknya diperinci lebih lanjut dan di sempurnakan dengan ayat-ayat
yang turun Selama periode Madinah.
Tujuan
pembinaan adalah agar secara berangsur-angsur, pokok-pokok pikiran
konstitusi Madinah diakui dan berlaku bukan hanya di Madinah saja,
tetapi luas, baik dalam kehidupan bangsa Arab maupun dalam kehidupan
bangsa-bangsa di seluruh dunia.
- Pendidikan anak dalam islam
Dalam
islam, anak merupakan pewaris ajaran islam yang dikembangkan oleh Nabi
Muhammad saw dan gnerasi muda muslimlah yang akan melanjutkan misi
menyampaikan islam ke seluruh penjuru alam. Oleh karenanya banyak peringatan-peringatan dalam Al-qur’an berkaitan dengan itu. Diantara peringatan-peringatan tersebut antara lain:
- Pada surat At-Tahrim ayat 6 terdapat peringatan agar kita menjaga diri dan anggota keluarga (termasuk anak-anak) dari kehancuran (api neraka)
- Pada surat An-Nisa ayat 9, terdapat agar janagan meninggalkan anak dan keturunan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya menghadapi tantangan hidup.
- Pada surat Al-Furqan ayat 74, Allah SWT memperingatkan bahwa orang yang mendapatkan kemuliaan antara lain adalah orang-orang yang berdo’a dan memohon kepada Allah SWT, agar dikaruniai keluarga dan anak keturunan yang menyenangkan hati.[9]
Adapun
garis-garis besar materi pendidikan anak dalam islam yang dicontohkan
oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah SWT
dalam surat Luqman ayat 13-19 adalah sebagai berikut:
- Pendidikan Tauhid
- Pendidikan Shalat
- Pendidikan adab sopan dan santun dalam bermasyarakat
- Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga
- Pendidikan kepribadian[10]
- Pendidikan kesehatan
- Pendidikan akhlak.[11]
Perbedaan ciri pokok pembinaan pendidikan islam periode kota Makkah dan kota Madinah:
- Periode kota Makkah:
Pokok
pembinaan pendidikan islam di kota Makkah adalah pendidikan tauhid,
titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap
individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin
dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
- Periode kota Madinah:
Pokok
pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai
pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan
tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan
politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar
tauhid tersebut.
- Kurikulum Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah SAW
Mengindentifikasikan
kurikulum pendidikan pada zaman Rasulullah terasa sulit, sebab Rasul
mengajar pada sekolah kehidupan yang luas tanpa di batasi dinding kelas.
Rasulullah memanfaatkan berbagai kesempatan yang mengandung nilai-nilai
pendidikan dan rasulullah menyampaikan ajarannya dimana saja seperti di
rumah, di masjid, di jalan, dan di tempat-tempat lainnya.
Sistem
pendidikan islam lebih bertumpu kepada Nabi, sebab selain Nabi tidak
ada yang mempunyai otoritas untuk menentukan materi-materi pendidikan
islam.Dapat dibedakan menjadi dua periode:
- Makkah
- Materi yang diajarkan hanya berkisar pada ayat-ayat Makiyyah sejumlah 93 surat dan petunjuk-petunjuknya yang dikenal dengan sebutan sunnah dan hadits.
- Materi yang diajarkan menerangkan tentang kajian keagamaan yang menitikberatkan pada keimanan, ibadah dan akhlak.
- Madinah
- upaya pendidikan yang dilakukan Nabi pertama-tama membangun lembaga masjid, melalui masjid ini Nabi memberikan pendidikan islam.
- Materi pendidikan islam yang diajarkan berkisar pada bidang keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan jasmanai dan pengetahuan kemasyarakatan
- Metode yang dikembangkan oleh Nabi adalah:
- Dalam bidang keimanan: melalui Tanya jawab dengan penghayatan yang mendalam dan di dukung oleh bukti-bukti yang rational dan ilmiah.
- Materi ibadah : disampaikan dengan metode demonstrasi dan peneladanan sehingga mudah didikuti masyarakat.
- Bidang akhlak: Nabi menitikberatkan pada metode peneladanan. Nabi tampil dalam kehidupan sebagai orang yang memiliki kemuliaan dan keagungan baik dalam ucapan maupun perbuatan.[12]
- Kebijakan Rasulullah Dalam Bidang Pendidikan
Untuk
melaksanakan fungsi utamanya sebagai pendidik, Rasulullah telah
melakukan serangkaian kebijakan yang amat strategis serta sesuai dengan
situasi dan kondisi.
Proses
pendidikan pada zaman Rasulullah berada di Makkah belum berjalan
sebagaimana yang diharapkan. Hal yang demikian belum di mungkinkan,
kaena pada saat itu Nabi Muhammmad belum berperan sebagai pemimipin atau
kepala Negara, bahkan beliau dan para pengikutnya berada dalam
baying-bayang ancaman pembunuhan dan kaum kafir quraisy. Selama di
Makkah pendidikan berlangsung dari rumah ke rumah secara
sembunyi-sembunyi. Diantaranya yang terkenal adalah rumah Al- Arqam.
Langkah yang bijaka dilakukan Nabi Muhammad SAW pada tahap awal islam
ini adalah melarang para pengikutnya untuk menampakkan keislamannya
dalam berbagai hak.tidak menemui mereka kecuali dengan cra
sembunyi-sembunyi dalam mendidik mereka.
Setelah
masyarakat islam terbentuk di Madinah barulah, barulah pendidikan islam
dapat berjalan dengan leluasa dan terbuka secara umum.dan kebijakan
yang telah dilakukan Nabi Muhammmad ketika di Madinah adalah:
- Membangun masjid di Madinah. Masjid inilah yang selanjutnya digunakan sebagai pusat kegiatan pendidikan dan dakwah.
- Mempersatukan berbagai potensi yang semula saling berserakan bahkan saling bermusuhan. Langkah ini dituangkan dalam dokumen yang lebih popular disebut piagam Madinah. Dengan adanya piagam tersebut terwujudlah keadaan masyarakat yang tenang, harmonis dan damai.[13]
2.Pendidikan Islam Pada Masa Kulafa al-Rasyidin
Tahun-tahun
pemerintahan Khulafa al-Rasyidin merupakan perjuangan terus menerus
antara hak yang mereka bawa dan dakwahkan kebatilan yang mereka perangi
dan musuhi. Pada zaman khulafa al-Rasyidin seakan-akan kehidupan
Rasulullah SAW itu terulang kembali. Pendidikan islam masih tetap
memantulkanAl-Qur’an dan Sunnah di ibu kota khilafah di Makkah, di
Madinah dan di berbagai negri lain yang ditaklukan oleh orang-orang
islam.[14]
Berikut penguraian tentang pendidikan Islam pada masa Khulafa al- Rasyidin:
- Masa Khalifah Abu Bakar as-Siddiq
Pola
pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik dari
segi materi maupun lembaga pendidikannya. Dari segi materi pendidikan
Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah,
kesehatan, dan lain sebagainya. Menurut Ahmad Syalabi lembaga untuk
belajar membaca menulis ini disebut dengan Kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid, selanjutnya Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa Kuttab
didirikan oleh orang-orang Arab pada masa Abu Bakar dan pusat
pembelajaran pada masa ini adalah Madinah, sedangkan yang bertindak
sebagai tenaga pendidik adalah para sahabat rasul terdekat.[15]
Lembaga
pendidikan Islam masjid, masjid dijadikan sebagai benteng pertahanan
rohani, tempat pertemuan, dan lembaga pendidikan Islam, sebagai tempat
shalat berjama’ah, membaca Al-qur’an dan lain sebagainya.
- Masa Khalifah Umar bin Khattab
Berkaitan
dengan masalah pendidikan, khalifah Umar bin Khattab merupakan seorang
pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota Madinah, beliau
juga menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan pasar-pasar serta
mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukan
itu, mereka bertugas mengajarkan isi Al-qur’an dan ajaran Islam
lainnya. Adapun metode yang mereka pakai adalah guru duduk di halaman masjid sedangkan murid melingkarinya.
Pelaksanaan
pendidikan di masa Khalifah Umar bin Kattab lebih maju, sebab selama
Umar memerintah Negara berada dalam keadaan stabil dan aman, ini
disebabkan disamping telah ditetapkannya masjid sebagai pusat pendidikan
juga telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan Islam di berbagai kota
dengan materi yang dikembangkan, baik dari segi ilmu bahasa, menulis,
dan pokok ilmu-ilmu lainnya.[16]
Pendidikan
dikelola di bawah pengaturan gubernur yang berkuasa saat itu,serta
diiringi kemajuan di berbagai bidang, seperti jawatan pos, kepolisian,
baitulmal dan sebagainya. Adapun sumber gaji para pendidik waktu itu
diambilkan dari daerah yang ditaklukan dan dari baitulmal.
- Masa Khalifah Usman bin Affan.
Pada
masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan Islam tidak jauh
berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan di masa ini hanya melanjutkan
apa yang telah ada, namun hanya sedikit terjadi perubahan yang mewarnai
pendidikan Islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan
Rasulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah di masa
khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar di daerah-daerah yang
mereka sukai. Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan
pendidikan di daerah-daerah.
Proses
pelaksanaan pola pendidikan pada masa Usman ini lebih ringan dan lebih
mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan
belajar Islam dan dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab
pada masa ini para sahabat memilih tempat yang mereka inginkan untuk
memberikan pendidikan kepada masyarakat.[17]
Tugas
mendidik dan mengajar umat pada masa ini diserahkan pada umat itu
sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat guru-guru, dengan demikian
para pendidik sendiri melaksanakan tugasnya hanya dengan mengharapkan
keridhaan Allah.
- Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
Pada
masa Ali telah terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga di masa ia
berkuasa pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada
masa Ali berkuasa, kegiatan pendidikan Islam mendapat hambatan dan
gangguan. Pada saat itu ali tidak sempat lagi memikirkan masalah
pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya itu ditumpahkan pada masalah
keamanan dan kedamaian bagi seluruh masyarakat Islam.[18]
Adapun pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafa al-Rasyidin antara lain:
- Makkah
- Madinah
- Basrah
- Kuffah
- Damsyik (Syam)
- Mesir.[19]
- Kurikulum Pendidikan Islam Masa khulafa al Rasyidin (632-661M./ 12-41H)
Sistem
pendidikan islam pada masa khulafa al-Rasyidin dilakukan secara
mandiri,tidak dikelola oleh pemerintah, kecuali pada masa Khalifah Umar
bin al;khattab yang turut campur dalam menambahkan materi kurikulum pada
lembaga kuttab.
Materi pendidikan islam yang diajarkan pada masa khalifah Al-Rasyidin sebelum masa Umar bin Khattab, untuk pendidikan dasar:
- Membaca dan menulis
- Membaca dan menghafal Al-Qur’an
- Pokok-pokok agama islam, seperti cara wudlu, shalat, shaum dan sebagainya
Ketika Umar bin Khattab diangkat menjadi khalifah, ia menginstruksikan kepada penduduk kota agar anak-anak diajari:
- Berenang
- Mengendarai unta
- Memanah
- Membaca dan menghapal syair-syair yang mudah dan peribahasa.
Sedangkan materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari:
- Al-qur’an dan tafsirnya
- Hadits dan pengumpulannya
- Fiqh (tasyri’)[20]
BAB III
KESIMPULAN
- Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Makkah adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
- Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.
- Pendidikan pada masa khalifah Abu Bakar tidak jauh berbeda dengan pendidikan pada masa Rasulullah. Pada masa khalifah Unar bin Khattab, pendidikan sudah lebih meningkat dimana pada masa khalifah Umar, guru-guru sudah diangkat dan digaji untuk mengajar ke daerah-daerah yang baru ditaklukan. Pada masa khalifah Usman bin Affan, pendidikan diserahkan pada rakyat dan sahabat tidak hanya terfokus di Madinah saja, tetapi sudah di bolehkan ke daerah-daerah untuk mengajar.pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib, pendidikan kurang mendapat perhatian, ini disebabkan pemerintahan Ali selalu dilanda konflik yang berujung kepada kekacauan.
DAFTAR PUSTAKA
Arief,Armai, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik. Bandung: Penerbit Angkasa,2005.
Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Husna, 1988.
Nata, Abuddin, Pendidikan Islam Perspektif Hadits. Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005
Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008
Yunus , Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992
Zuhairini,dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,cet.9,2008
CATATAN KAKI
[1] (Q.S. Al-Alaq: 1-5)
[2] (Q.S. Al-Mudatsir: 1-7)
[6] Prof.Dr.H.Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta:PT.Raja Grafindo, 1992 Persada,2008. Hal 26
[12] Dr.Armai Arief, MA, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik. Bandung: Penerbit Angkasa,2005. Hal 135-136
[13] Prof.Dr.H.Abuddin Nata, MA, Pendidikan Islam Perspektif Hadits. Ciputat: UIN Jakarta Press 2005 hal 24
20Dr.Armai Arief, MA, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik. Bandung: Penerbit Angkasa,2005. Hal 137
Tidak ada komentar:
Posting Komentar