Segala
puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia
dan nikmatNya. Sehingga kami diberikan kesempatan untuk dapat menulis
dan menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa juga kami haturkan kalimat
sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW. Dimana
beliaulah yang telah menuntun dan mengeluarkan umat manusia dari zaman
Jahiliyyah, zaman yang penuh kesesatan dan kegelapan menuju zaman yang
terang benderang seperti sekarang ini. Hanya kepada beliau jugalah kita
memohon syafaatnya di hari akhir nanti. Semoga kita semua di akui
sebagai ummatnya. Amiiin...
Penulis
menulis makalah dengan judul ”Kemasyarakatan Dalam Islam” yang membahas
tentang kehidupan bermasyarakat yang berdasarkan Islam. Yaitu suatu
kehidupan dimana dalam kesehariannya dilandasi dengan
penerapan-penerapan perilaku Islam. Banyak masyarakat yang mengaku
beragama Islam tetapi mereka tidak mencerminkan perilaku sebagai seorang
muslim.
Dalam
makalah ini akan dikupas tentang berbagai macam fenomena yang ada dalam
masyarakat. Mulai dari penerapan perilaku dalam kehidupan sehari-hari,
hambatan-hambatan dalam penerapannya, sampai solusi menuju masyarakat
yang ideal dan harmonis.oleh karena itu penulis berharap dengan makalah
ini, pembaca dapat lebih sadar akan kebersamaan dan kerukunan dalam
masyarakat akan menciptakan kehidupan yang harmonis dan tenteram. Dan
yang terpenting semoga makalah kami dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membaca pada umumnya, dan terlebih khususnya kepada kami, penulis
pribadi.
II. LATAR BELAKANG
Penulisan ini mengangkat judul makalah tentang kemasyarakatan dalam Islam ditinjau dari beberapa latar belakang di bawah ini.
1. Manusia berasal dari satu diri yang kemudian berkembang menjadi suku-suku dan berbangsa-bangsa.
Semua
manusia berasal dari sumber yang satu,kemudian berkembang menjadi
berbagai macam warna,ras,budaya,dan bangsa. Mereka harus tetap saling
mendekati,saling menghormati dalam interaksi sosial.(Annisa:1,
Alhujurat:13).
2. Perbedaan ras, suku, agama, dll.
Manusia di dunia diciptakan beragam dan berbeda-beda. Perbedaan yang sangat menonjol adalah perbedaan fisik. Misalnya
perbedaan warna kulit, bentuk mata, bentuk rambut, tinggi badan, dsb.
Perbedaan ras dan suku sering menimbulkan pertengkaran dan pertikaian.
Bahkan tidak jarang sampai menimbulkan pertumpahan darah. Tindakan
seperti ini sangat tidak mencerminkan perilaku Islam. Padahal Islam
tidak mengajarkan hal seperti itu. Allah menciptakan manusia yang
bersuku-suku dan berbangsa-bangsa bukanlah untuk bersaing menonjolkan
keunggulanya lalu menimbulkan pertikaian, akan tetapi agar mereka saling
mengenal satu sama lain lalu bersaudara. Seperti firman Allah :
$pkš‰r'¯»tƒ â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.sŒ 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© Ÿ@ͬ!$t7s%ur (#þqèùu‘$yètGÏ9 4
Artinya:
”Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.” (Q.S.Al Hujurat:13)
3. Hanya ketaqwaan yang membedakan derajat manusia di mata Allah SWT.
Pada dasarnya mereka mempunyai kedudukan yang sama yang memberikan keunggulan diantara mereka adalah kualitas taqwanya.
¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& y‰YÏã «!$# öNä39s)ø?r&
Artinya:
”Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu sekalian di sisi Allah
adalah yang paling taqwa diantara kamu”(Q.S Alhujurat:13)
Oleh
karena adanya keanekaragaman budaya, agama, tradisi dan lain-lain itu,
maka manusia harus memberlakukan upaya bersama atas dasar nilai kebaikan
(Albirr) dan ketaqwaan (At-taqwa), dan jangan melakukan upaya bersama
atas dasar nilai kedosaan (Al-itsm) dan permusuhan (Almaidah:2). Adapun
perbedaan-perbedaan yang ada diantara mereka dan sulit
dikompromikan,serahkan saja penilaian dan keputusan akhirnya kepada
Tuhan (Al-Baqoroh:113)
III. TUJUAN
Penulis
menyusun makalah ini dengan mempunyai maksud dan tujuan. Adapun tujuan
dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan kesadaran akan persamaan derajat manusia
Pada
hakikatnya manusia itu mempunyai derajat yang sama. Adanya kesenjangan
sosial itu karena ulah manusia sendiri yang merasa lebih sempurna atau
lebih baik dari yang lainnya. Seperti halnya telah disebutkan dalam
latar belakang hanyalah ketaqwaan yang membedakan derajat manusia di
sisi Allah SWT.
2) Menghilangkan diskriminasi
Diskriminasi
adalah salah satu bentuk dari sifat dholim. Karena dalam diskriminasi
terdapat perbedaan hak antara satu kaum dan kaum yang lain. Kaum yang
dianggap lebih tinggi menindas kaum di bawahnya. Dan kaum yang lebih
lemah mempunyai hak-hak yang lebih minim karena dibatasi oleh kaum
diatas mereka. Tindakan yang semena-mena seperti inilah yang dibenci
oleh Allah. Karena Allah sendiri tidak pernah membedakan hamba-hambaNya,
apalagi hanya dari segi fisik.
3) Menyadari hakikat manusia sebagai makhluk individu dan sosial.
Manusia
merupakan makhluk individu yang terdiri dari unsur jasmani dan rohani.
Dalam sosiologi istilah individu berarti manusia perseorangan (seorang
diri) yang dibedakan dari orang lain.[1]
Disamping itu tidak dapat dipungkiri bahwa manusia juga merupakan
makhluk sosial. Dimana makhluk sosial adalah makhluk yang tidak bisa
hidup sendiri. Maksudnya ia membutuhkan orang lain untuk menunjang
kehidupannya. Itulah alasannya mengapa manusia harus hidup
bermasyarakat.
4) Meningkatkan rasa solidaritas bersama
Untuk
mewujudkan apa yang tercantum dalam poin ke 3 di atas, perlu adanya
rasa solidaritas bersama. Tanpa solidaritas kebersamaan tidak akan
terwujud. Justru malah akan menimbulkan rasa egoisme yang nantinya akan
dijelaskan dalam bab selanjutnya. Jika rasa solidaritas itu sudah
tertanam dalam diri seseorang, mereka akan merasa satu keluarga. Dalam
sebuah keluarga terdapat rasa kasih sayang yang begitu besar. Antara
yang satu dan yang lainnya saling menjaga dan saling membantu. Bahagia
dan duka akan dihadapi bersama.
IV. RUANG LINGKUP
Karena
keterbatasan pengetahuan, pemikiran serta sumber referensi penulis,
maka penulis memberi batasan dalam pembahasan masalah atau ruang
lingkup.
1. Masyarakat dalam pandangan Islam
2. Unsur-unsur pembentuk masyarakat
3. Penerapan kemasyarakatan dalam Islam
4. Solusi menuju masyarakat Islam
Tujuan
penulis memberi batasan dalam pembahasan agar penulis dapat mengupas
masalah secara tuntas dan tepat sasaran serta mengena pada isi. Sehingga
pembaca dapat memahaminya secara dalam dan tidak mengambang.
V. PEMBAHASAN
A. Pengertian Islam
Pengertian Islam menurut bahasa :
a. Salam : Selamat, aman sentausa,sejahtera
Kata salam terdapat dalam Al Quran surat Al-An’am : 54,Al-A’raf :46,An-Nahl :32
b. Aslama, artinya menyerah atau masuk Isalm
Kata Aslama terdapat dalam Al-Quran surat Al-Baqarah :112, Al-Imron :120, An-Nisa’ :125,Al-An’am :14
c. Silmun, artinya keselamatan atau perdamaian
Kata Silmun terdapat dalam surat Al-Baqarah :208, Muhammad :35
d. Salamun, artinya tangga, kendaraan
Pengertian
Islam secara istilah adalah agama Allah ( Samawi ) yang diwahyukan
kepada Rasul-Nya sejak Nabi Adam As hingga yang terakhir Nabi Muhammad
SAW.[2]
Secara
vertikal Islam mengajarkan agar manusia tunduk,patuh dan menyerahkan
diri kepada hukum Allah. Sedangkan secara horizontal Islam mengatur
bagaimana seharusnya manusia melakukan hubungan dengan dirinya,bagaimana
ia dapat hidup damai,tentram dan bahagia lahir dan batin serta dunia
dan akhirat.[3]
Agama
itu untuk mengatur seluruh aspek kehidupan manusia baik aspek
keyakinan, ibadah, sosial, hukum, politik, ekonomi, akhlak dan lain
sebagainya maupun untuk pedoman hidup bagi seluruh umat manusia agar
dapat tercapai kehidupan yang diridhoi Allah SWT dan kebahagiaan hidup
di dunia Akhirat.[4] Agama Islam merupakan Agama yang paling sempurna di sisi Allah SWT adalah agama Islam.
¨bÎ) šúïÏe$!$# y‰YÏã «!$# ÞO»n=ó™M}$#
Artinya:”Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.”
(Q.S.Ali Imron:19)
B. Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dalam wilayah yang sama dan memiliki tujuan yang sama.
Unsur-unsur pembentukan masyarakat :
1. Bahasa
Bahasa
memungkinkan manusia membentuk hubungan rohaniah. Secara jasmaniyah
warga masyarakat terpisah antara satu dengan lainnya tetapi secara
rohaniah mereka berhubungan. Tanpa hubungan rohaniah masyarakat tidak
terbentuk. Dengan bahasa si A menyampaikan apa yang ada dalam dirinya
kepada si B. Tanpa saluran itu si B tidak akan tahu apa-apa yang
dipikirkan ,dirasakan,diinginkan,dan dialami oleh si A. Dengan adanya
bahasa terjadilah interaksi antara seseorang dengan orang lain atau
sekelompok dengan kelompok lainnya. Dengan interaksi timbullah kerja
sama dan kehidupan bersama antara kelompok pribadi itu, sehingga
terbentuklah masyarakat.
2. Api
Api
memberi manusia energi. Dengan api ia dapat memasak melunakkan bahan
makanan yang mentah dan ia memakan yang sudah dimasak. Api memberikan
energi teknik. Tenaga manusia yang sangat terbatas menjadi tanpa batas
oleh energi kerja itu. Apabila tidak ada tenaga api yang dalam bentuk
modernnya menjadi uap,listrik,dan atom apa yang akan terjadi?Kita akan
hidup seperti nenek moyang kita ribuan tahun yang lalu.
3. Agama
Manusia
bersahaja dahulu ketika pada awal pembentukan pengetahuan ,menghadapi
alam dan peristiwa-peristiwa alam dalam kehidupan dengan penuh tanda
tanya. Mana yang tak terjawaboleh pengetahuan mereka yang dangkal mereka
pulangkan pada hal-hal yang gaib. Apa yang tak terjawab oleh
pengetahuan mereka yang dangkal,dipulangkan pada agama,antara lain
tentang hidup mati, keraguan dan ketakutan dalam mengahadapi berbagai
peristiwa, harapan setelah meniggalkan dunia ini. Tanpa agama manusia
terdampar pada kehidupan jasmaniah saja. Tanpa kehidupan rohaniah lenyap
tempat tegak etika dan moral serta kepercayaan kehidupan di seberang
kubur.[5]
C. Kemasyarakatan dalam Pandangan Islam
Masyarakat
Islam adalah kelompok manusia dimana hidup terjaring kebudayaan Islam,
yang diamalkan oleh kelompok itu sebagai kebudayaannya. Dalam artian
kelompok itu bekerja sama dan hidup bersama berasaskan prinsip Al Qur’an
dan Hadist dalam kehidupan.[6]
Masyarakat
dalam pandangan Islam merupakan alat atau sarana untuk melaksanakan
ajaran-ajaran Islam yang menyangkut kehidupan bersama. Karena itulah
masyarakat harus menjadi dasar kerangka kehidupan duniawi bagi kesatuan
dan kerja sama umat menuju adanya suatu pertumbuhan manusia yang
mewujudkan persamaan dan keadilan.[7]
D. Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari
Sebagai
masyarakat yang berlandaskan agama Islam, sudah seharusnya mengamalkan
ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-harinya. Begitu juga dengan
tingkah laku sehari-hari harus mencerminkan perilaku seorang muslim.
a. Ukhuwah Islamiah
Ukhuwah Islamiah adalah persaudaraan dalam Islam. Islam adalah sebuah keluarga dan seluruh umat Islam merupakan saudara.
$yJ¯RÎ) tbqãZÏB÷sßJø9$# ×ouq÷zÎ) (#qßsÎ=ô¹r'sù tû÷üt/ ö/ä3÷ƒuqyzr& 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ÷/ä3ª=yès9 tbqçHxqöè? ÇÊÉÈ
Artinya:”Orang-orang
beriman itu Sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat.”(Q.S Alhujurat: 10)
b. Tolong Menolong
Islam
sangat memperhatikan sifat-sifat tolong-menolong dan persatuan. Karena
masyarakat akan menjadi kokoh juga memperingan segala tanggung jawabnya.
Laut adalah koleksi dari percikan-percikan air yang bersatu. Demikian
juga gunung, adalah komponen dari zat-zat dan molekul-molekul yang
terpadu.[8]
(#qçRur$yès?ur ’n?tã ÎhŽÉ9ø9$# 3“uqø)G9$#ur ( Ÿwur (#qçRur$yès? ’n?tã ÉOøOM}$# Èbºurô‰ãèø9$#ur4
Artinya:”Tolong-menolonglah
kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa dan janganlah
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (Q.S Almaidah:2)
Atas
dasar tolong-menolong itulah Islam membina Syari’at dan hukum-hukumnya.
Dengan tolong-menolong itulah kaum muslimin dahulu membangun sehingga
kekuasaanya merata di timur dan barat. Dengan tolong-menolong itulah
pemerintahan mereka dikala itu melawan keinginan dan hawa nafsu, melawan
perpecahan, dan kehancuran, melawan kedholiman dan kesewenang-wenangan,
serta melawan segala macam kerusakan.
c. Berlomba dalam Kebaikan
Tujuan
hidup yang paling mulia adalah selalu berbuat kebaikan, agar meninggi
sifat kemanusiaannya dan menyerupai malaikat serta berakhlak sesuai
dengan sifat Allah yang pengasih dan penyayang kepada hamba-hambaNya.
Allah memerintahkan hamba-hambaNya agar berbuat kebaikan dan berlomba-lomba mengamalkannya. Allah berfirman :
9e@ä3Ï9ur îpygô_Ír uqèd $pkŽÏj9uqãB ( (#qà)Î7tFó™$$sù ÏNºuŽöy‚ø9$# 4 tûøïr& $tB (#qçRqä3s? ÏNù'tƒ ãNä3Î/ ª!$# $·èŠÏJy_ 4 ¨bÎ) ©!$# 4’n?tã Èe@ä. &äóÓx« փωs% ÇÊÍÑÈ
Artinya:
”Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadapNya.
Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Dimana saja kamu berada
pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat).
Sesungguhnya Allah Maha kuasa atas tiap-tiap sesuatu” (Q.S. Al Baqoroh:
148)
d. Amar Ma’ruf Nahi Munkar
sesungguhnya
amar ma’ruf nahi munkar merupakan bagian dari amal shalih yaitu sebagai
realisasi kepedulian sosial. Akan tetapi ada ayat Al Qur’an yang secara
khusus mengaitkan amar ma’ruf nahi munkar dengan kualitas manusia
yaitu:
öNçGZä. uŽöyz >p¨Bé& ôMy_Ì÷zé& Ĩ$¨Y=Ï9 tbrâßDù's? Å$rã÷èyJø9$$Î/ šcöqyg÷Ys?ur Ç`tã Ìx6ZßJø9$# tbqãZÏB÷sè?ur «!$$Î/ 3
Artinya:
”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah.”(Q.S.Ali Imron:110)
Karena
amar ma’ruf nahi munkar merupakan tanggung jawab yang melekat pada diri
setiap muslim,maka harus dilaksanakan dengan baik.[9]
E. Hambatan -hambatan
a. Sifat Egoisme
Apa
yang akan terjadi bila kita egois menikmati kesenangan pribadi tanpa
batas? Kita akan digantikan oleh generasi yang malang yang merupakan
akibat dari egoisme dan kelalaian kita.[10]
b. Menonjolkan Ke Sukuan
Berpegang
kepada tali Allah itu menghendaki agar dikesampingkan syahwat hawa
nafsu yang ditimbulkan oleh kesukuan, kebangsaan, dan aliran. Kesukuan
itulah yang mendorong dan menjatuhkan mereka ke dalam api perpecahan dan
menjauhkan mereka dari jalan Allah. Islam tidak memperturutkan
spekulasi teoritis mengenai asal-usul manusia, melainkan mempraktekkan
prinsip-prinsipnya.hal.[11]
F. Solusi Menuju Masyarakat Ideal
a. Umat yang Bertaqwa
Taqwa
adalah buah agama. Taqwa membawa kepada pendasaran pemikiranan perasaan
dan amal atas prinsip-prinsip yang digariskan Tuhan.[12] Taqwa merupakan ujung agama dan sekalian pangkal kebudayaan.
b. Musyawarah dalam Berbagai Masalah
Cara
musyawarah dapat dilakukan dengan melibatkan semua orang yang ada
kaitannya dengan persoalan yang dimusyawarahkan. Dengan begitu masalah
yang berat akan menjadi ringan. Segala keputusan dalam musyawarah
menjadi tanggung jawab bersama. Jika hasil yang dicapai ternyata tidak
sesuai dengan tujuan dan harapan, maka tidak ada salah satu pihak yang
disalahkan, melainkan tanggung jawab semua.
$yJÎ6sù 7pyJômu‘ z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $ˆàsù xá‹Î=xî É=ù=s)ø9$# (#q‘ÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó™$#ur öNçlm; öNèdö‘Ír$x©ur ’Îû ÍöDF{$# ( #sŒÎ*sù |MøBz•tã ö@©.uqtGsù ’n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä† tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ
Artinya:”Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap
mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad,
Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (Q.S Ali Imron:159)
c. Tidak Saling Menghina antara Sesama
$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä Ÿw öy‚ó¡o„ ×Pöqs% `ÏiB BQöqs% #Ó|¤tã br& (#qçRqä3tƒ #ZŽöyz öNåk÷]ÏiB Ÿwur Öä!$|¡ÎS `ÏiB >ä!$|¡ÎpS #Ó|¤tã br& £`ä3tƒ #ZŽöyz £`åk÷]ÏiB ( Ÿwur (#ÿrâ“ÏJù=s? ö/ä3|¡àÿRr& Ÿwur (#râ“t/$uZs? É=»s)ø9F{$$Î/ ( }§ø©Î/ ãLôœew$# ä-qÝ¡àÿø9$# y‰÷èt/ Ç`»yJƒM}$# 4 `tBur öN©9 ó=çGtƒ y7Í´¯»s9'ré'sù ãNèd tbqçHÍ>»©à9$# ÇÊÊÈ
Artinya:”Hai
orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih
baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan
janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan
gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat,
Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.”(Q.S Alhujurat:11)
d. Umat yang satu
Kepribadian
masyarakat dalam Islam adalah kepribadian yang tersendiri, yang
bersemboyankan kesatuan yang kokoh. Oleh karena itu, kesatuan dalam iman
dan amal adalah dasar dan semboyan bagi masyarakat menurut pandangan
Islam.[13]
VI. KESIMPULAN
Pada
hakikatnya manusia adalah sama. Hanya ketaqwaanlah yang membedakan
derajat mereka di sisi Allah. Allah menciptakan manusia dengan beragam
jenis perbedaan. Agar manusia bisa mengenal dan menerima perbedaan
tersebut kemudian saling bersaudara. Karena sesungguhnya seluruh umat
Islam adalah saudara. Islam mengajarkan Ukhuwah Islamiah dan membenci
perceraian. Tanpa ukhuwah atau rasa kekeluargaan tidak akan terwujud
persatuan dan kesatuan. Salah satu keistimewaan umat Islam adalah rasa
solidaritas dan kebersamaan yang mereka miliki sehingga Islam menjadi
agama yang kuat berkat kesatuan yang terbentuk dikalangan umatnya.
Kita
patut bersyukur,meskipun ada 5 agama yang diakui di Indonesia, tetap
damai dan tidak pernah terjadi war of religions seperti yang pernah
terjadi di Eropa pada abad ke 16 sampai awal abad ke 17 M.
Begitu
juga dalam bermasyarakat. Apabila dalam suatu masyarakat sudah
mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, maka akan
tercipta suasana yang rukun dan harmonis. Rasa kekeluargaan dan
kebersamaan yang tertanam dalam diri mereka akan menghasilkan sifat
gotong royong dalam segala aktifitas bersama. Hal ini sesuai dengan arti
agama Islam sebagai agama yang sejahtera, aman sentausa, damai dan
selamat.
VII. PENUTUP
Hanya
ucapan ”Alhamdulillahi Robbil ’Alamiin” yang pantas kami ucapkan dalam
akhir penulisan kami. Karena berkat rahmat dan hidayahNya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Berkat ilmuNya pula kami dapat menuangkan
pengetahuan kami dalam bentuk makalah.
Segala
kesempurnaan hanya milik Allah SWT, sang Maha sempurna dan Maha
mengetahui segala ilmu. Sehingga apabila ada kebaikan dan kebenaran
dalam makalah ini, itu semua semata-mata karena dari Allah. Dan apabila
ada kekurangan dan kesalahan baik dalam segala hal, itu semua
semata-mata dari pihak penulis. Karena penulis adalah manusia yang tidak
sempurna dan penuh keterbatasan dalam segala hal.
Oleh
karena hal tersebut, tentunya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Ucapan terima kasih yang sebesarnya di haturkan kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan makalah ini hingga selesai.
Akhirul
kalam semoga apa yang kita kerjakan selalu mendapat ridho dari Allah.
Dan semoga makalah ”Kemasyarakatan Dalam Islam” dapat bermanfaat bagi
semua. Amiiin...
DAFTAR PUSTAKA
Mubarok Latif, Zaky, dkk, Akidah Islam, Yogyakarta: UII Press, 2001.
Hasan, Muhammad Tholhah, Islam dalam Perspektif Sosio Kultural, Jakarta: Lantabora Press, 2005.
Kaelany H.D.,M.A.,Drs., Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000.
Harun Nasution, Dr, Islam diTinjau dari Berbagai Aspeknya jilid I, Jakarta: Bulan Bintang, 1974.
Gazalba, Sidi, Drs., Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan Sosiografi, Jakarta: Bulan Bintang, 1976.
Achmadi, Prof. Dr., Ideologi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet.I, 2005.
Sabiq, Sayid, Unsur-unsur Dinamika dalam Islam, PT Intermasa, 1981.
Quthub, Muhammad, DR., Islam Agama Pembebas, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001.
Syaltout, Syaikh Mahmoud, Prof.Dr.,Tuntunan Islam,Jakarta:Bulan Bintang,1974.
Abd. Al-Aziz Kamal, Drs., Islam dan Masalah Ras, Jakarta: Lentera,1993.
[1] Prof DR. Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), cet. I hlm.155
[2] Zaky Mubarok Latif dkk, Akidah Islam, (Yogyakarta: UII Press 2001), hlm.60
[5] Drs. Kaelany HD,M.A, Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan, (Jakarta: PT Bumi Aksara 2000), hlm.159-160
[6] Drs. Sidi Gazalba, Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan Sosiografi, (Jakarta: Bulan Bintang 1976), hlm.126
[7] Drs. Kaelany HD,M.A, op cit, hlm.157
[8] Sayid Sabiq, Unsur-unsur Dinamika dalam Islam, (PT Intermasa 1981), hlm.179
[9] Prof DR. Achmadi, op cit, hlm.114-115
[10] DR. Muhammad Quthub, Islam Agama Pembebas, (Yogyakarta: Mitra Pustaka 2001), cet. I hlm.314
[11] Dr. Abd Al-Aziz Kamal, Islam dan Masalah Ras, (Jakarta: Lentera 1993), cet. I hlm.103
[12] Drs. Sidi Gazalba, op cit, hlm.127
Tidak ada komentar:
Posting Komentar