A. Pendahuluan
Sebenarnya
penelitian Agama sudah dilakukan beberapa abad yang lalu namun hasil
penelitiannya masih dalam bentuk aktual atau perbuatan saja belum
dijadikan sebagai ilmu. Setelah bertambahnya gejala-gejala agama yang
berbentuk sosial dan budaya, ternyata penelitian dapat dijadikan sebagai
ilmu yang khusus dalam rangka menyelidiki gejala-gejala agama tersebut.
Perkembangan
penelitian Agama pada saat ini sangatlah pesat karena tuntutan-tuntutan
kehidupan sosial yang selalu mengalami perubahan. Kajian-kajian agama
memerluka relevansi dari kehidupan sosial berlangsung,
permasalahan-permasalahan seperti inilah yang mendasari perkembangan
penelitian-penelitian Agama guna mencari relevansi kehidupan sosial dan
agama.
Dewasa
ini penelitian Agama diisi dengan penjelasan mengenai kedudukan
penelitian Agama dalam konteks penelitian pada umumnya, elaborasi
mengenai penelitian Agama dan penelitian keagamaan dan konstruksi teori
penelitian keagamaan, dari beberapa penjelasan singkat tersebut maka
pemakalah perlu mengkaji secara rinci terhadap penjelasan tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dari pendahuluan diatas, maka muncul beberapa pertanyaan, yaitu:
1. Apa pengertian penelitian Agama dan penelitian keagamaan?
2. Bagaimana perbedaan antara penelitian Agama dan penelitian keagamaan?
3. Bagaimana Konstruksi teori penelitian keagamaan?
4. Bagaimana bentuk model-model penelitian keagamaan itu?
C. Pembahasan
1. Arti penelitian Agama
Penelitian
(research) adalah upaya sistematis dan objektif untuk mempelajari suatu
masalah dan menemukan prinsip-prinsip umum. Selain itu, penelitian juga
berarti upaya pengumpulan informasi yang bertujuan untuk menambah
pengetahuan. Pengetahuam manusia tumbuh dan berkembang berdasarkan
kajian-kajian sehingga terdapat penemuan-penemuan, sehingga ia siap
merevisi pengetahuan-pengetahuan masa lalu melelui penemuan-penemuan
baru.
Penelitian
dipandang sebagai kegiatan ilmiah karena menggunakan metode keilmuan,
yakni gabungan antara pendekatan rasional dan pendekatan empiris.
Pendekatan rasional memberikan kerangka pemikiran yang koheren dan
logis. Sedangkan pendekatan empiris merupakan kerangka pengujian dalam
memastikan kebenaran. Dimana metode ilmiah sendiri adalah usaha untuk
mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan kesangsian
sistematis.
Menurut
David H. Penny, penelitian adalah pemikiran yang sistematis mengenai
berbagai jenis masalah yang pemecahannya memerlukan pengumpulan dan
penafsiran kata-kata.
Di
kalangan kaum akademisi dan aktivis sosial khususnya, agama saat ini
tidak hanya dipandang sebagai seperangkat ajaran (nilai), dogma atau
sesuatu yang bersifat normatif lainnya, tetapi juga dilihat sebagai
suatu case study, studi kasus yang menarik bagaimana agama dilihat
sebagai obyek kajian untuk diteliti. Dalam perspektif budaya, Agama
dilihat bagaimana yang ilahi itu menghistoris (menyejarah) di dalam
praktek tafsir dan tindakan sosial. Sehingga dengan demikian agama
bukannya sesuatu yang tak tersentuh (untouchable), namun sesuatu yang
dapat diobservasi dan dianalisis karena perilaku keberagamaan itu dapat
dilihat, dan dirasakan. Terlebih di dalam masyarakat yang agamis seperti
Indonesia, yang menempatkan agama sebagai bagian dari identitas
keindonesiaan tentu ada banyak problem keagamaan yang menarik untuk
diungkap. Kita tidak akan pernah tahu rahasia Agama dan keberAgamaan
masyarakat bila kita tidak mampu melakukan penelitian atau kajian,
seperti mengapa seseorang itu menjadi sangat militan dengan ajaran agama
dan madzhabnya, atau mengapa antar komunitas agama saling berkonflik
dan seterusnya.
PETA KONSEP AGAMA
Para
ilmuwan sendiri beranggapan bahwa agama juga merupakan objek kajian
atau penelitian, karena agama merupakan bagian dari kehidupan sosial
kultural. Jadi, penelitian agama bukanlah meneliti hakikat agama dalam
arti wahyu, melainkan meneliti manusia yang menghayati, meyakini, dan
memperoleh pengaruh dari Agama. Dengan kata lain, penelitian Agama bukan
meneliti kebenaran teologi atau filosofi tetapi bagaimana agama itu ada
dalam kebudayaan dan sistem sosial berdasarkan fakta atau realitas
sosial-kultural. Jadi, kata Ahmad Syafi’i Mufid, kita tidak
mempertentangkan antara penelitian Agama dengan penelitian sosial
terhadap agama. Dengan demikian kedudukan penelitian Agama adalah
sejajar dengan penelitian-penelitian lainnya, yang membedakannya
hanyalah objek kajian yang ditelitinya.
Jika
penelitian berpijak pada hipotesa, maka tujuan penelitian jelas akan
menguji hipotesa. Data digali untuk menguji, bukan membuktikan. Ini
jelas sesuai dengan tujuan dari penelitian yakni mencari kebenaran bukan
mencari kebenaran.
2. Penelitian Agama dan Penelitian KeAgamaan
Menurut
M. Atho Mudzhar, beliau menginformasikan bahwa sampai sekarang istilah
penelitian Agama dengan penelitian keagamaan belum diberi batasan yang
tegas. Penggunaan istilah yang pertama (penelitian Agama) sering juga
dimaksudkan mencakup pengertian istilah yang kedua (penelitian
keagamaan), dan begitu sebaliknya. Salah satu contoh yang diungkapkan
oleh M. Atho Mudzhar adalah pernyataan A. Mukti Ali yang ketika membuka
program pelatihan Penelitian Agama (PLPA) menggunakan kedua istilah
tersebut dengan arti yang sama.
Middleton,
guru besar antroplogi di New York University berpendapat, “penelitian
Agama berbeda dengan “penelitian keAgamaan”, yang pertama lebih
menekankan pada materi Agama sehingga sasaran pada tiga elemen pokok
yaitu: ritus, mitos dan magik. Yang kedua lebih menekankan pada agama
sebagai sistem atau sistem keagamaan (religious system). Sedangkan
sasaran “penelitian Agama” adalah agama sebagai doktrin sedangkan
sasaran penelitian keagamaan adalah agama sebagai gejala sosial. Sampai
disini lalu terlihat bahwa batasan pengertian yang ditawarkan Mukti Ali,
penelitian Agama sebagai penelitian tentang hubungan timbal balik
antara agama dan masyarakat, terlihat berat sebelah. Sebab definisi
justru baru mewakili arti penelitian keagamaan yang lebih bersifat
sosiologis dan belum mencerminkan arti penelitian Agama yang lebih
bersifat penelitian budaya.
Untuk
Penelitian Agama yang sasarannya adalah agama sebagai doktrin, pintu
pengembangan metodologi penelitian tersendiri sudah terbuka, bahkan
sudah pernah dirintis. Adanya ilmu Ushul Fikih sebagai metode untuk
mengistinbatkan hukum dalam agama islam, dan Ilmu Mustalah Hadist
sebagai metode untuk menilai akurasi dan kekuatan sabda nabi Muhammad
SAW merupakan bukti adanya keinginan untuk mengembangkan metodologi
penelitian sendiri, meskipun masih ada perdebatan dikalangan para ahli
tentang setuju dan tidaknya terhadap materi kedua ilmu tersebut.
Untuk
Penelitian keagamaan yang sasarannya adalah Agama sebagai gejala
sosial, tidak perlulah membuat metodologi penelitian tersendiri.
Penelitian ini cukup meminjam metodologi penelitian sosial yang telah
ada. Memang kemungkinan lahirnya suatu ilmu tidak pernah tertutup,
tetapi tujuan peniadaannya adalah agar sesuatu ilmu jangan dibuat secara
artifisial karena semangat yang berlebihan.
Dalam
pandangan Juhaya S Praja, penelitian Agama adalah penelitian tentang
asal-usul Agama, dan pemikiran serta pemahaman penganut ajaran Agama
tersebut terhadap ajaran yang terkandung didalamnya. Dengan demikian,
jelas juhaya, terdapat dua bidang penelitian Agama, yaitu sebagai
berikut:
a. Penelitian tentang sumber ajaran Agama yang telah melahirkan disiplin ilmu tafsir dan ilmu hadist.
b. Pemikiran dan pemahaman terhadap ajaran yang terkandung dalam sumber ajaran Agama itu.
Sedangkan
penelitian tentang hidup keagamaan adalah penelitian tentang
praktik-praktik ajaran Agama yang dilakukan oleh manusia secara
individual dan kolektif. Berdasarkan batasan tersebut, penelitian hidup
keagamaan meliputi hal-hal berikut:
a. Perilaku individu dan hubungannnya dengan masyarakatnya yang didasarkan atas Agama yang dianutnya.
b.
Perilaku masyarakat atau suatu komunitas, baik perilaku politik, budaya
maupun yang lainnya yang mendefinisikan dirinya sebagai penganut suatu
Agama.
c. Ajaran Agama yang membentuk pranata sosial, corak perilaku, dan budaya masyarakat beragama.
3. Konstruksi teori penelitian keAgamaan
Dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta Mengartikan
konstruksi adalah cara membuat (menyusun) bangunan – bangunan (jembatan
dan sebagainya) dan dapat pula berarti susunan dan hubungan kata di
kalimat atau di kelompok kata. Sedangkan teori berarti pendapat yang
dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai suatu peristiwa (kejadian)
dan berarti pula asas-asas dan hukum-hukum umum yang dasar suatu
kesenian atau ilmu pengetahuan. Selain itu, teori dapat pula berarti
pendapat, cara-cara, dan aturan-aturan untuk melakukan sesuatu.
Teori-teori yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
a. Teori perubahan sosial
b. Teori struktural-fungsional
c. Teori antropologi dan sosiologi Agama
d. Teori budaya dan tafsir budaya simbolik
e. Teori pertukaran sosial
f. Teori sikap
Dengan
demikian, penelitian diatas meminjam teori-teori yang dibangun dalam
ilmu-ilmu sosial. Ia disebut penelitian keagamaan dalam pandangan
Middleton atau penelitian hidup Agama dalam pandangan Juhaya S. Praja.
4. Model- model Penelitian Keagamaan
Berbagai
gejala keagamaan dapat diteliti dengan berbagai bentuk penelitian.
Bentuk-bentuk penelitian serta klasifikasi metode penelitian dapat
dibedakan berdasarka tujuan penelitian. Berdasarkan tujuan yang hendak
dicapai, penelitian keagamaan dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Penelitian Eksploratif
b. Penelitian Deskriptif
c. Penelitian Historis
d. Penelitian korelasional
e. Penelitian Eksperimen
Adapun
model penelitian yang ditampilkan di sini disesuaikan dengan perbedaan
antara penelitian Agama dan penelitian keagamaan. Akan tetapi, disini
dikutip karya Djamari mengenai metode sosiologi dalam kajian Agama, yang
secara tidak langsung memperlihatkan model-model penelitian Agama
melalui pendekatan sosiologis. Djamari, dosen pascasarjana IKIP Bandung,
menjelaskan bahwa kajian sosiologi Agama menggunakan metode ilmiah.
Yaitu:
a. Analisis Sejarah
Dalam
hal ini, sejarah hanya sebagai metode analisis atas dasar pemikiran
bahwa sejarah dapat menyajikan gambaran tentang unsur-unsur yang
mendukung timbulnya suatu lembaga. Pendekatan sejarah bertujuan untuk
menemukan inti karakter Agama dengan meneliti sumber klasik sebelum
dicampuri yang lain.
Seperti
halnya Agama Islam, sejarah mencatat bahwa ia adalah Agama yang
diturunkan melalui Nabinya yaitu Muhammad SAW berdasarkan kitab sucinya
yaitu Al-Qur’an yang ditulis dalam bahasa arab. Islam diturunkan bukan
untuk satu bangsa saja melainkan untuk seluruh bangsa secara universal.
Sedangkan Agama lain ada yang hanya diturunkan untuk satu bangsa saja
seperti yahudi untuk ras yahudi saja.
Menurut
ahli perbandingan Agama seperti A. Mukti Ali, apabila kita ingin
memahami sebuah Agama maka kita harus mengidentifikasi lima aspek yaitu
konsep ketuhanan, pembawa Agama atau nabi, kitab suci, sejarah Agama,
dan tokoh-tokoh terkemuka Agama tersebut.
Agama-Agama dipandang dari segi sejarahnya
Perihal Islam Yahudi Nasrani/kristen budha Hindu
Asal
usul Nama Tuhan Allah Langsung dari yudha atau yehuda Dari nama bangsa
(nazaret) dan nama gelar yesus (kristus) Dari nama tempat gautama
Pendirinya budha hindustan
Konsep Tuhan Tauhid Asal tauhid berubah jadi faham chauvinisme Asal tauhid di ubah jadi trinitas Tidak jelas Trimurti
Kitab Al-qur’an Talmud Bibel Tripitakan Wedda
Status Kitab Asli Tidak asli Buatan paulus Renungan budha Berisi mantra 2
Nabi Muhammad Musa Isa Tidak ada Tidak ada
Status Nabi manusia Manusia Tuhan Tidak punya nabi Tidak punya nabi
Pembawa Agama Muhammad Musa Isa Sidarta gautama Tidak ada
Penyebar Sahabat-ulama Rahib Paulus-pendeta Biksu Pendeta
Sifat Agama Universal Eksklusif Universal Tidak universal Tidak universal
Missi Da’wah Bukan missi Missi Bukan missi Bukan missi
Perubahan dari asal Tidak berubah Berubah Berubah Berubah Berubah
b. Analisis Lintas Budaya
Dengan
membandingkan pola-pola sosial keagamaan di beberapa daerah kebudayaan,
sosiolog dapat memperoleh gambaran tentang korelasi unsur budaya
tertentu atau kondisi sosiokultural secara umum.
c. Eksperimen
Penelitian
yang menggunakan eksperimen agak sulit dilakukan dalam penelitian
Agama. Namun, dalam beberapa hal, eksperimen dapat dilakukan dalam
penelitian Agama, misalnya untuk mengevaluasi perbedaan hasil belajar
dari beberapa model pendidikan Agama.
d. Observasi Partisipatif
Dengan
partisipasi dalam kelompok, peneliti dapat mengobservasi perilaku
orang-orang dalam konteks religius. Orang yang diobservasi boleh
mengetahui bahwa dirinya sedang diobservasi atau secara diam-diam.
Diantara kelebihan penelitian adalah memungkinkannya pengamatan simbolik
antar anggota kelompok secara mendalam. Adapun salah satu kelemahannya
adalah terbatasnya data pada kemampuan observer.
e. Riset Survey dan Analisis Statistik
Penelitian
survey dilakukan dengan penyusunan kuesioner, interview dengan sampel
dari suatu populasi. Sampel dapat berupa organisasi keagamaan atau
penduduk suatu kota atau desa.
f. Analisis Isi
Dengan
metode ini, peneliti mencoba mencarai keterangan dari tema-tema Agama,
baik berupa tulisan, buku-buku khotbah, doktrin maupun deklarasi teks.
D. Penutup
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan:
1. Penelitian Agama berarti menempatkan Agama sebagi objek penelitian
2. Perbedaan antara penelitian Agama dan keagamaan adalah objek penelitiannya.
Penelitian
Agama mengkaji Agama sebagai doktrin sedangkan penelitian keagamaan
objek penelitian yang dikaji adalah Agama sebagai gejala sosial.
3.
Teori dalam konstruksi penelitian keAgamaan diantaranya Teori perubahan
sosial, Teori struktural-fungsional, Teori antropologi dan sosiologi
Agama, Teori budaya dan tafsir budaya simbolik, Teori pertukaran sosial,
Teori sikap
4.
Model-model penelitian keagamaan diantaranya adalah Analisis Sejarah,
Analisis Lintas Budaya, Eksperimen, Observasi Partisipatif, Riset Survey
dan Analisis Statistik, Analisis Isi
Demikian
makalah ini kami susun, kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh
dari kesempurnaan, baik dari segi tulisan maupun kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan agar
menjadi lebih baik kedepannya.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ali, M, Sayuthi, Metodologi Penelitian Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
Buchori, Didin Saefuddin, Metodologi Studi Islam, Bogor: Granada Sarana Pustaka, 2005
Hadi, Amirul, Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka setia, 1998.
Hakim, Atang Abdul, Metodologi Studi Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999.
Mudzhar, M. Atho, Pendekatan Studi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
terimakasih banyak atas informasinya bapak..
BalasHapus