BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses
Belajar Mengajar merupakan interaksi edukatif yang dilakukan oleh guru
dan siswa di dalam situasi tertentu. Mengajar atau lebih khusus lagi
melaksanakan proses belajar mengajar bukanlah suatu pekerjaan yang mudah
dan dapat terjadi begitu saja tanpa direncanakan sebelumnya, akan
tetapi mengajar itu merupakan sesuatu kegiatan yang semestinya
direncanakan dan didisain sedemikian rupa mengikuti langkah-langkah dan
prosedur tertentu.[1]
Dalam
dunia proses belajar mengajar, yang disingkat menjadi PBM, sebuah
ungkapan populer kita kenal dengan: ”metode jauh lebih penting dari
materi”. Demikian pentingnya metode dalam proses pendidikan dan
pengajaran, sebuah proses belajar mengajar (PBM) bisa dikatakan tidak
berhasil bila dalam proses tersebut tidak menggunakan metode.[2] Dikatakan pentingnya metode dalam proses pendidikan dan pengajaran dikarenakan penetapan metode dalam perancangan pembelajaran merupakan inti dari disain pembelajaran.[3]
Secara sederhana Metode
diartikan jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan
tertentu. Bila dihubungkan dengan pendidikan, metode mengajar diartikan
sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan
dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran.[4]
Metode pembelajaran, sebut saja misalnya: 1). Metode Ceramah, 2).
Metode Tanya Jawab, 3). Metode Demonstrasi, 4). Diskusi dan seterusnya,
meskipun banyak bukan berarti kita bisa menggunakannya secara
serampangan. Metode pembelajaran yang guru gunakan dalam setiap kali
pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi telah melalui seleksi yang
berkesesuaian dengan perumusan tujuan pembelajaran.[5]
Jarang sekali terlihat
guru merumuskan tujuan dengan hanya satu rumusan, tetapi pasti guru
merumuskan lebih dari satu tujuan. Karenanya guru pun selalu menggunakan
metode yang lebih dari satu. Pemakaian metode yang satu digunakan untuk
mencapai tujuan yang satu, sementara penggunaan metode yang lain, juga
digunakan untuk mencapai tujuan yang lain. Sebagai contoh, kombinasi metode ceramah, tanya jawab dan tugas,
digunakan mengingat metode ceramah banyak kelemahannya maka
penggunaannya harus didukung dengan alat dan media atau dengan metode
lain. Oleh sebab itu setelah guru selesai memberikan ceramah, maka
dipandang perlu untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengadakan tanya jawab. Tanya jawab ini diperlukan untuk mengetahui
pemahaman peserta didik terhadap apa yang telah disampaikan oleh guru
melalui metode ceramah. Untuk lebih memantapkan penguasaan peserta didik
terhadap bahan/materi yang telah disampaikan, maka pada tahap
selanjutnya peserta didik diberi tugas, misalnya membuat kesimpulan
hasil ceramah, mengerjakan pekerjaan rumah, dan lain-lain.[6]
Setiap
akan mengajar, guru perlu membuat persiapan pembelajaran. Mengenai
perlu dan pentingnya perencanaan pembelajaran itu dipersiapkan dan
direncanakan sedemikian rupa, ada baiknya diperhatikan petunjuk yang
disampaikan Nasution seperti dikutip Syafruddin Nurdin dalam “Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum” Sebagai berikut:
“Agar bahan pelajaran dapat disajikan kepada siswa dalam jam pelajaran tertentu guru harus membuat persiapan pelajaran
yang dilakukannya berdasarkan pedoman instruksional itu. Tiap pengajar
harus membuat persiapan pelajaran dengan penuh tanggung jawab sebelum ia
memasuki kelas”.[7]
Lebih jauh menurut Nasution, yang dimaksud tiap pengajar
adalah guru TK, SD, SMP dan SMA, tapi juga tiap dosen termasuk guru
besar perguruan tinggi. Mengajar adalah tugas yang begitu kompleks dan
maha sulit, sehingga tak dapat dilakukan dengan baik oleh siapapun tanpa
persiapan, sekalipun ia telah berpengalaman bertahun-tahun.
Dalam
persiapan itu telah terkandung tentang tujuan pembelajaran, materi,
metode, bahan, media dan alat peraga serta teknik evaluasi yang
digunakan. Karena itu setiap guru harus memahami benar tentang tujuan
pembelajaran, secara khusus memilih dan menentukan metode pembelajaran
yang sesuai, menentukan dan menggunakan
alat peraga, cara membuat tes dan menggunakannya, dan juga tentunya
memiliki pengetahuan tentang alat- alat evaluasi.
Khususnya
dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam, agar siswa dapat memahami
materi yang disampaikan guru dengan baik, maka guru dalam merancang,
dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa metode
pembelajaran, guru akan memulai membuka pelajaran dengan menyampaikan
kata kunci, tujuan yang ingin di capai, baru memaparkan isi dan diakhiri
dengan memberikan soal-soal kepada siswa.
Dengan
tercapainya tujuan dan kualitas pembelajaran, maka dikatakan bahwa guru
telah berhasil dalam mengajar. Keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran
tentu saja diketahui setelah diadakan evaluasi
dengan berbagai faktor yang sesuai dengan rumusan beberapa tujuan
pembelajaran. Sejauh mana tingkat keberhasilan belajar mengajar, dapat
dilihat dari daya serap peserta didik dan prosentase keberhasilan
peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Jika hanya tujuhpuluh
persen anak didik yang mengikuti proses pembelajaran mencapai taraf
keberhasilan kurang (di bawah taraf minimal), maka proses pembelajaran
berikutnya hendaklah ditinjau kembali.
Dari
latar belakang tersebut, maka peneliti merasa terdorong untuk melihat
pengaruh penerapan metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa
dengan mengambil judul “UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PELAJARAN
AL-QURAN HADITS DENGAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS VIII MTS MASDARUL
ULUM OGAN ILIR”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas dapat dikemukakan rumusan masalah
“Apakah penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar
Pada Mata Pelajaran Al-Quran Hadits di Kelas VIII MTs Masdarul Ulum Ogan
Ilir?”.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Untuk
mengungkap pengaruh metode demonstrasi terhadap upaya peningkatan
prestasi belajar siswa kelas VIII MTs MASDARUL ULUM Ogan Ilir Tahun
Pembelajaran 2009/2010.
2. Hasil
dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang metode
demonstrasi dalam meningkatkan mutu dan hasil pembelajaran Pendidikan
Agama Islam.
3. Guru-Guru Pendidikan Agama Islam perlu memanfaatkan teknik metode demonstrasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, baik dalam hal kualitas proses maupun kualitas hasil.
D. Kerangka Teori
1. Defenisi Pembelajaran
Pembelajaran
adalah penciptaan kondisi dan situasi yang memungkinkan terjadinya
proses belajar yang efisien dan efektif bagi peserta didik.[8]
Menurut Syaiful Sagala seperti dikutip Ramayulius dalam Ilmu Pendidikan Islam,
pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan azaz pendidikan
maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan
pendidikan, Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar
dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan
oleh peserta didik.[9]
Pembelajaran
adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,
berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.[10]
2. Metode Demonstrasi
a. Pengertian
Yang
dimaksud dengan metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu
kepada siswa.[11]
Istilah
demonstrasi dalam pengajaran dipakai untuk menggambarkan suatu cara
mengajar yang pada umumnya penjelasan verbal dengan suatu kerja fisik
atau pengoperasian peralatan barang atau benda. Kerja fisik itu telah
dilakukan atau peralatan itu telah dicoba lebih dahulu sebelum
didemonstrasikan (guru, peserta didik atau orang luar) mempertunjukkan
sambil menjelaskan tentang sesuatu yang didemonstrasikan.[12]
Berbeda
dengan metode eksperimen, metode demonstrasi titik tekannya adalah
memperagakan tentang jalannya suatu proses tertentu, sementara metode
eksperimen adalah melakukan percobaan/praktik langsung atau dengan cara
meneliti dan mengamati secara seksama. Perbedaan lainnya adalah metode
demonstrasi dilakukan oleh guru terlebih dahulu, baru diikuti oleh
siswa, sedangkan metode eksperimen dilakukan oleh guru dan siswa secara
bersama-sama.[13]
Metode
demonstrasi dapat digunakan penyampaian bahan pelajaran fiqih, misalnya
bagaimana cara berwudlu’ yang benar, bagaimana cara shalat yang benar,
dan lain-lain. Sebab kata demonstrasi diambil dari “demonstration” (to show) yang artinya memperagakan atau memperlihatkan proses kelangsungan sesuatu.
b. Cara Pembelajaran
1). Perencanaan
Hal yang dilakukan adalah:
a).
Merumuskan tujuan yang jelas baik dari sudut kecakapan atau kegiatan
yang diharapkan dapat tercapai setelah metode demonstrasi berakhir. 1).
Mempertimbangkan apakah metode itu wajar dipergunakan dan merupakan
metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang telah
direncanakan. 2). Apakah alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu
bisa diperoleh dengan mudah dan apakah alat-alat itu sudah dicoba
terlebih dahulu agar sewaktu melakukan demonstrasi tidak terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan. 3). Apakah jumlah siswa memungkinkan untuk
mengadakan demonstrasi yang lebih baik.
b).
Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan
dilaksanakan. Dan sebaiknya sebelum melakukan metode demonstrasi
hendaknya melakukan percobaan terlebih dahulu agar sesuatu yang tidak
diinginkan tidak akan terjadi di saat demonstrasi berlangsung.
c). Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan.
d). Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik.
2). Pelaksanaan
Hal-hal yang mesti dilakukan adalah:
a). Memeriksa hal-hal tersebut di atas untuk kesekian kalinya.
b). Memulai demonstrasi dengan menarik perhatian siswa.
c). Mengingat pokok-pokok materi yang akan didemonstrasikan agar demonstrasi mencapai sasaran.
d). Menghindari ketegangan, oleh karena itu guru hendaknya selalu menciptakan suasana yang harmonis.
e).
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif memikirkan lebih lanjut
tentang apa yang dilihat dan didengarkannya dalam bentuk mengajukan
pertanyaan, membandingkannya dengan yang lain, dan mencoba melakukannya
sendiri dengan bantuan guru.
3). Evaluasi
Sebagai
tindak lanjut setelah diadakannya demonstrasi sering diiringi dengan
kegiatan-kegiatan belajar selanjutnya. Kegiatan ini dapat berupa
pembberian tugas, seperti membuat laporan, menjawab pertanyaan,
mengadakan latihan lebih lanjut, apakah di sekolah ataukah di rumah.
Selain itu, guru dan siswa mengadakan evaluasi terhadap demonstrasi yang
dilakukan; apakah berjalan efektif sesuai dengan tujuan yang
diharapkan, ataukah ada kelemahan-kelemahan tertentu beserta faktor
penyebanya. Evaluasi dapat
dilakukan pada semua aspek yang terlibat dalam demonstrasi tersebut,
baik yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan, maupun tindak lanjutnya.[14]
3 Kriteria dalam Metode Demonstrasi
a. Demonstrasi
akan menjadi metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan
tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alat itu terlalu
kecil atau penjelasan-penjelasan tidak jelas.
b. Demonstrasi
menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas di mana siswa
sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadikan aktivitas mereka sebagai
pengalaman yang berharga.
c. Tidak
semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas. Misalnya alat-alat
yang terlalu besar atau yang berada di tempat lain yang jauh dari kelas.
d. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis.
e. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang akan didemonstrasikan.
f. Kelemahan
metode demonstrasi seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya
hendaknya dicarikan jalan keluar berupa persiapan dan perencanaan yang
matang.
B. Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah
1. Materi
Pendidikan
Agama Islam adalah Usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini,
memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan
bimbingan pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk
menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama
dalam masyarakat untuk mewujudkan kesatuan nasional.[15]
Mata
pelajaran Al-Qur’an dan Hadits merupakan unsur mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) pada madrasah yang memberikan pendidikan
kepada peserta didik untuk memahami dan mencintai Al-Qur’an dan Hadits
sebagai sumber ajaran Islam dan mengamalkan isi kandungannya dalam
kehidupan sehari- hari.[16]
2. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
a. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Semester Genap Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah.
Tabel 1
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Semester Genap Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah.
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
Membaca Al-Qur’an surah pendek pilihan
|
Menerapkan hukum bacaan lam dan ra dalam Q.S. Al-Humazah dan At-Takatsur.
|
b. Materi Pokok dan Pokok Bahasan.
Tabel 2
Materi Pokok dan Pokok Bahasan Semester Genap Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah.
Al-Qur’an surah pendek pilihan
|
1.1. Bacaan lam dan ra dalam surah Al-Humazah
1.2. Bacaan lam dan ra dalam surah At-Takatsur
|
3. Hasil Belajar
Istilah
prestasi belajar mempunyai hubungan yang erat kaitannya dengan hasil
belajar. Sesungguhnya sangat sulit membedakan pengertian hasil belajar
dengan prestasi belajar. Ada yang berpendapat pengertian hasil belajar
dianggap sama dengan pengertian prestasi belajar. Akan tetapi lebih
dahulu kita simak pendapat yang mengatakan bahwa hasil belajar berbeda
berbeda secara prinsipil dengan prestasi belajar menunjukan kualitas
jangka waktu yang lebih panjang, misalnya satu semester dan sebagainya.
Sedangkan prestasi belajar menunjukan kualitas yang lebih pendek,
misalnya satu pokok bahasan, satu kali ulangan harian dan sebagainya.[17]
E. Kajian Pustaka
Kajian pustaka yang dimaksudkan di sini adalah mengkaji atau memeriksa
daftar perpustakaan untuk mengetahui apakah permasalahan yang akan
diteliti sudah diteliti atau dibahas oleh mahasiswa terdahulu. Setelah
dilakukan pemeriksaan pada daftar perpustakaan ternyata sudah ada yang
membahas hal yang senada dengan yang akan peneliti angkat, namun
permasalahan berbeda yang akan peneliti teliti. Melalui pemeriksaan di
perpustakaan fakultas tarbiyah, maka peneliti akan mengkaji terlebih
dahulu skripsi yang ada hubungannya dengan judul yang akan peneliti
angkat adalah sebagai berikut :
1. Linda
Kustiana Dewi dalam skripsinya pada tahun 1995 yang berjudul “Studi
Perbandingan Metode Ceramah dan Demonstrasi dalam Pengajaran PAI di SMP 1
Yayasan Sultan Mahmud Badarudin II (YSMB)”, yang membahas tentang
perbedaan daya serap siswa yang diajarkan dengan metode ceramah dengan
sub pokok bahasan daya serap belajar siswa pada Pendidikan Agama Islan
(PAI).[18]
2. Djumiati
dalam skripsinya pada tahun 1999 yang berjudul “Penerapan Metode
Pengajaran dalam meningkatkan Prestasi Belajar Agama Islam di SLTP Nurul
Amal Palembang”, membahas penerapan metode pengajaran dalam
meningkatkan prestasi belajar Agama Islam dengan sub pokok bahasan
pengaruh penerapan metode pengajaran terhadap prestasi siswa pada bidang
studi Pendidikan Agama Islam (PAI).[19]
3. Siti
Nurhayati dalam skripsinya pada tahun 2000 yang berjudul “Aplikasi
Metode Pengajaran dan Pengaruhnya Terhadap Keberhasilan Kegiatan Belajar
Al-Quran dan Hadits Bagi Siswa MTs Negeri Palembang”, membahas tentang
keberhasilan kegiatan belajar mata pelajaran Al-Quran Hadits bagi siswa
MTs dengan sub pokok bahasan Aplikasi Metode Pengajaran Dan Pengaruhnya
Terhadap Kegiatan Belajar Mata Pelajaran Al-Quran Hadits.[20]
F. Metodologi Penelitian
1. Subjek Penelitian
Lokasi, Waktu dan Subyek Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Lokasi
penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian
untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di kelas
VIII MTs MASDARUL ULUM Tahun Pembelajaran 2009/2010.
b. Waktu Penelitian
Waktu
peneltian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian
ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret s/d
April semester genap Tahun Pembelajaran 2009/2010.
c. Subyek Penelitian
Subyek
penelitian adalah siswa-siswi kelas VIII MTs MASDARUL ULUM sebanyak
duapuluh satu (21) orang, yang keseluruhan siswanya adalah perempuan,
Tahun Pembelajaran 2009/2010.
2. Deskripsi per siklus
Peneltitian
ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh
pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional
dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi
dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan.
Adapun
tujuan utama dari PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang
terjadi di kelas dan meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan
profesinya.[21]
Sesuai dengan jenis penelitian
yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini
menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Teggart, yaitu
berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap
siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), Observation (pengamatan), dan reflection
(refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang
sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Adapun siklus dalam
penelitian ini sebagai berikut :
a)
Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun
rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di
dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
b) Kegiatan
dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai
upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak
dari diterapkannya metode pembelajaran model gabungan ceramah dan
simulasi.
c) Refleksi,
peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari
tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh
pengamat.
d) Rancangan/rencana
yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat
rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
G. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan, yang berisikan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka,
kerangka teori, hipotesis, metodologi penelitian dan sistematika
pembahasan.
Bab II : Landasan teori yang berisikan tentang pengertian hasil belajar, metode demonstrasi, dan materi pelajaran Al-Quran Hadits kelas VIII MTs Masdarul Ulum Ogan Ilir.
Bab III : Setting wilayah
penelitian yang berisi tentang letak geografis dan sejarah berdiri MTs
Masdarul Ulum Ogan Ilir, sarana dan prasarana, struktur organisasi,
keadaan guru, dan keadaan siswa.
Bab IV : Hasil penelitian dan pembahasan.
Bab V : Penutup, yaitu berisi kesimpulan dan saran.
[1] Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. Ke-1, hlm. 85.
[2] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 109.
[4] Ramayulius, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), Cet. Ke-5, hlm. 2-3.
[5] Hamzah B. Uno, Op.Cit., hlm. 6
[6] Ramayulius, Op. Cit., hlm. 16
[7] Syafruddin Nurdin,, Loc. Cit., hlm. 85
[8]St. Vembriarto, Kamus Pendidikan, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1994), Cet. Ke-1, hlm. 45.
[10] Susi
Pelita, “Penerapan Gabungan Metode Ceramah Dengan Metode Simulasi Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah Siswa Kelas VII MTs Paradigma
Palembang”, QUANTUM, IV, 3 (September-Desember, 2009), hlm. 146
[11] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 190
[12] Ramayulius, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm. 281
[14] Armai Arief., Ibid., hlm. 194
[15]Akmal Hawi, Kompetensi Guru PAI, (Palembang: P3RF, 2008), Cet. Ke-7, hlm. 48-49.
[16]Ibid., hlm. 145.
[17]Susi
Pelita, “Penerapan Gabungan Metode Ceramah dengan Metode Simulasi Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah Siswa Kelas VII MTs Paradigma
Palembang”, QUANTUM, IV, 3 (September-Desember, 2009), hlm. 155.
[18]Linda Kustiana Dewi, “Studi Perbandingan Metode Ceramah dan Demonstrasi dalam Pengajaran PAI di SMP 1 Yayasan Sultan Mahmud Badarudin II (YSMB)”, (Palembang: Perpustakaan FT. IAIN Raden Fatah, 1995).
[19]Djumiati, “Penerapan Metode Pengajaran dalam meningkatkan Prestasi Belajar Agama Islam di SLTP Nurul Amal Palembang”, (Palembang: Perpustakaan FT. IAIN Raden Fatah, 1999), t.d.
[20]Siti Nurhayati, “Aplikasi
Metode Pengajaran dan Pengaruhnya Terhadap Keberhasilan Kegiatan
Belajar Al-Quran dan Hadits Bagi Siswa MTs Negeri Palembang”, (Palembang: Perpustakaan FT. IAIN Raden Fatah, ), t.d.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar