BAB I
PENDAHULUAN
LatarBelakang
Perjalanan sejarah Mesir tidaklah
sesederhana kawasan Timur Tengah lainnya. Ia dengan segudang kisah
historisnya mampu menarik berjuta-juta wisatawan asing dengan pendapatan
devisa yang melimpah. Bukan tanpa alasan Mesir dikatakan sebagai salah
satu kota terunik di dunia, karena sejarah yang terukir di kota ini
memiliki variasi yang sangat beragam. Berawal dari masa Pharaonic,
Hellenistic, Romawi, Islam sampai pada periode Mesir Modern yang diusung
oleh Muhammad Ali PashadanjugaRafa’ Al-Tahtawi.
Nah di sini yang
menjadipermasalahanyaialahhalapa yang melatarbelakangisemuaini yang
mengakibatkanBeliauberduamunculkepermukaan? dansaja yang
menjadilandasanpemikirianBeliauberduasehinggarakyatMesirmenyebutmerekaberduasebagai
Sang Revolusioner?.
Bukansekedaritusaja,adabeberapapembahasanmenarik
di dalamriwayathidupbeliauberdua,seperti M. Ali Pasha yang
takbisamembacakarenadulunyabeliaumerupakananakdariketurunanTurki yang
sangatsederhana,danjugaambisibesarbeliauterhadapkemajuanMesir.
Begitu pula denganRafa’ Al-Tahtawi yang
manabeliaumerupakanpendudukasliMesirdanterlahir dikotakecil yang
bernamaTahta,kota yang manaPerancisuntukterakhirkalinyamenginjakan kaki
di Mesir.Beliaujugasangattertarikdenganceritakejayaan Islam di
masasilam,Beliau adalah seorang pembawa pemikiran pembaharuan yang besar
pengaruhnya di pertengahan pertama dari abad ke-19 di Mesir.
BAB II
PEMBAHASAN
- A. M. Ali Pasha
Muhammad Ali Pashaadalah seorang keturunan
Turkidarietnisalbania yang lahir di Kawalla,sebuahkotapelabuhan di kota
Macedonia yang sekarangmenjadibagiandariwilayah Yunani, pada tahun 1765,
dan meninggal di Mesir pada tahun 1849.
Perlu di ketahuibahwasanyanama “pasha”
merupakansebuahsebutanpangkatmulia di turkiusmani yang di sandang M. Ali
inimulai di sematkankenamabelakangnyaketikabeliausudahberkuasa di
Mesir.
Semenjakdewasabeliau di
tinggalmatiolehayahnya,Ibrahim Aga (seorangkomandanmiliterlokal),
Muhammad Ali Pashasempat bekerja sebagai pemungut pajak
danjugapedagangtembakau.Karena beliau rajin dalampekerjaannya jadilah
beliau disenangi Gubernur dan akhirnya menjadi menantu Gubernur. Setelah
menikah,beliau diterima menjadi anggota militer, karena keberanian dan
kecakapan menjalankan tugas, beliau diangkat menjadi Perwira[1].
Pada tahun 1798 M,tentaraPerancisyang
dipimpinNapoleon berhasil menyerang Mesir,nah inilahcikalbakalhal yang
menempatkan M Ali dalamjalurpolitiknya yang terusmenanjaknaik.Pasukan
Napoleon mengincarkairokarenamemangdaerahtersebutmerupakanwilayah yang
sangatpenting,namun di
balikitusemua,tujuanutamapasukanPrancismengepungMesiradalahuntukmenggempurhebatKerajaanInggrisdengancaramemutuskomunikasi
di wilayah Orient,karenapadasaatituinggrisinginwilayahperlayaranyake
India
bebasdarihalanganapapun,sehinggaPrancismempunyaidayatawaruntukmenguasaidunia.
Namun pada tahun 1799 M, Muhammad Ali yang
menjabatsebagaipewiramemerintahkan tentaranya untuk menggagalkan serta
mengusir balik usaha Napoleon Bonaparte yang ketika itu berhasil
berlabuh di tepi pantai Alexandria. Selama kurun waktu 3 tahundan
bekerjasama dengan pihak Inggris akhirnya ekspedisi itupun menuai hasil,
tepatnya pada tahun 1801 M.
Beliau diberikan kepercayaan sebagai
pemimpin militer pada era Turki Utsmani dan menjadi seorang pemimpin
tersohor kebanggaan negara Mesir, terutama dalam merevolusi negara
tersebut menjadi sebuah negara industri dan modern. Bahkan, orang Mesir
sendiri mengenalnya sebagai seorang pahlawan. Walaupun tidak dilahirkan
di Mesir dan tidak berbahasa Arab, namun keinginannya untuk membangun
dan meningkatkan sumber penghasilan ekonomi bagi negara Mesir sangat
besar. Inisiatif, visi dan semangat yang dimilikinya tak mampu
menandingi pahlawan-pahlawan lain yang sezaman dengannya.
Setelah ekspedisi Napoleon Bonaparte, muncul
dua kekuatan besar di Mesir yakni kubu Khursyid Pasya dan kubu
Mamluk,Muhammad Ali mengadu domba kedua kubu tersebut, dan akhirnya
berhasil menguasai Mesir. Posisi inilah kemudian memungkinkan beliau
melakukan perubahan yang berguna bagi masyarakat Mesir[2].M
Ali di ceritakanpernahmembantaiketurunanmamluk di
mesirdengansangatsadis,inimenandakanbahwa M Ali merupakansosok yang
ambisiuskarenamenghalalkansemuacarauntukmewujudkanimpiannya.
Kaummamlukmerupakansegrombolantentarakerajaanusman
yang membangkang,berasaldaribudakbudak yang di beli di
Kauskaskus,sebuahdaerahpegunungan yang terletak di
perbatasanTurkidanRusia.Mereka di bawakeIstambulataukeKairountuk di
berididikanmiliter,dan di dalamperjalankarirkemiliterannya,
merekaterusberanjaknaik,bahkanadajuga yang sampaikejabatanmiliter yang
tinggi.
Setelahmelemahnyapengaruh sultan
sultanUsmani,merekatidakmaulagitundukpadaIstambulbahkanmenolakhasilpajak
yang merekaperolehsecarapaksadarirakyatMesir.Kepalamereka di
sebutSyeikh Al Balad,perlu di ketahuibahwasanyaSeikhinilah yang
sebenarnyamenjadi raja
padawaktuitu.Karenamerekabertabiatkasardansedikitbisaberbahasaarab,hanyatahubahasaturki,maka
di pastikanrakyatMesirsangatmembencimereka.[3]
- Pembaharuan M Alidalamberbagaibidang
Perlu di catatjuga,bahwasanya Napoleon
ketikaekspedisikeMesirbukanhanyamembawatentarasaja,namum di
dalamrombongannyaterdapat 500 kaumsipildan 500 wanita.Ada sekitar 167
dari 500 kaumsipiladalah orang
orangahlidalamberbagaibidangpengetahuan.Napoleon jugamembawadua set
alatpercetakandenganhuruf
Latin,Arab,danYunani.yangmanarakyatmesirpadasaatitubelumsekalipunberkenalandenganalatcetaktersebut.[4]
Intinyaekspedisi Napoleon
keMesirbukanuntukurusanmiliterdanpolitiksaja,namunjugauntukkeperluanpenelitian.SebagaibuktinyaialahdibangunnyaInstitutd’Egypteyang
mempunyaiempatcabangilmu,bagianilmupasti,bagianilmualam,bagianilmuekonomipolitik,danbagianilmusastraseni,daninilahcikalbakalbibitperubahan
modern di Mesir,dansemakinberkembang di bawahpimpinan M Ali Pasha.
Muhammad Aliingin memperkuat kekuatannya
dengan memajukan negara Mesirdari segala lini kehidupan. Kepercayaan
yang dimilikinya sebagai seorang Sultan Utsman mampu menggerakkan
pemerintahan Mesir untuk memodernisasikan kekuatan dan administrasi
militer. Muhammad Ali Pasha mengundang para ahli militer
baratsalahsatudiantaranya seorang perwira Perancis, Seve Kolonel, untuk
melatih angkatan bersenjata Mesir dan juga mengirim misi ke luar negeri
(Eropa) guna mempelajari ilmu kemiliteran.
Salah satu bidang yang menjadi sentral
pembaruannya adalah bidang-bidang militer dan bidang-bidang yang
bersangkutan dengan bidang militer, termasuk pendidikan. Kemajuan di
bidang ini tidak mungkin dicapai tanpa dukungan ilmu pengetahuan
modern.Atas dasar inilah sehingga perhatian di bidang pendidikan
mendapat prioritas utama.
Sungguhpun Muhammad Ali Pasya tidak pandai
baca tulis, tetapi ia memahami betapa pentingnya arti pendidikan dan
ilmu pengetahuan untuk kemajuan suatu negara. Ini terbukti dengan
dibentuknya Kementerian Pendidikan untuk pertama kalinya di Mesir,
dibuka sekolah militer (1815), sekolah teknik (1816), sekolah
ketabibaban (1836), dan sekolah penerjemahan (1836).[5]
Beranjak ke dalam bidang ekonomi, salah satu
dampak perkembangan tersebut adalah ekspor kapas ke negara Eropa. Hal
itu sangat menguntungkan, karena adanya angsuran terhadap para petugas
administrasi yang dijadikan sebagai salah satu titik poin keuntungan
bagi Mesir. Selain itu wisatawan asing juga turut menyumbangkan
pendapatan bagi devisa negara.
Kemudian, dalam tatanan sosial Muhammad Ali
Pasha mengubah pengaturan administrasi bagi penduduk desa dan kota
dengan sistem yang lebih modern. Pembangunan prasarana masyarakat umum
mulia digalakkan, seperti pembangunan Rumah Sakit, sekaligus
mendatangkan beberapa dokter spesialis untuk menangani problematika
penduduk setempat. Hal itu tidak lain adalah sebagai bentuk kekhawatiran
Ali Pasha terhadap kesejahteraan penduduk desa yang mengikuti wajib
militer.yang manapadasaatituwabahcacar air berkembang.
Usaha terhebat lainnya adalah dengan
terselesaikannya pembangunan sebuah terusan kuno yang menghubungkan
antara Alexandria dengan sungai nil. Menurut beberapa laporan, upaya
tersebut diawali dengan penggalian yang mengerahkan kurang lebih 100.000
petani Mesir. Dari hal tersebut meningkat pulalah pusat irigasi dari
tahun 1813-1830 M hingga 18%, yang sebelumnya proyek irigasi ini sangat
lemah dan kurang menguntungkan terlebih ketikaawalkepemimpinan.
Berlanjut ke bidang pendidikan, cara
modernisasi yang beliau lakukan adalah dengan menerjemahkan buju-buku
terbitan Eropa dalam skala yang besar. Menurut catatan sejarah beliau
mengirim 311 pelajar Mesir ke Italia, Perancis, Inggris dan Austria
dengan mengambil disiplin keilmuan yang beragam seperti kemiliteran,
ilmu administrasi, arsitek, kedokteran dan obat-obatan. Di samping
mendelegasikan pelajar Mesir ke Eropa beliau juga mendatangkan guru-guru
agung Eropa untuk mengajar di sekolah-sekolah yang telah beliau bangun,
misalnya Sekolah Militer (1815), Sekolah Teknik (1816), Sekolah
Kedokteran (1927), Farmasi (1829). Muhammad Ali juga menerbitkan majalah
berbahasa Arab pertama kalinya yang diterbitkan tahun 1828 M, beliau
menamainya dengan majalah ” al-Waqa’i al-Mishriyah” (Berita Mesir).
Majalah ini digunakan rezim Muhammad Ali sebagai organ resmi pemerintah.
Muhammad Ali Pasya berpendapat bahwa
kekuasaan dapat dipertahankan hanya dengan dukungan militer yang kuat
yang dibentuk melalui ekonomi dan pendidikan. Maka pembangunan
pendidikan, ekonomi dan militer segera dilakukan demi kelanggengan
kekuasaannya di Mesir. Modernisasi yang dilakukannya antara lain:
mengirim mahasiswa ke Prancis, mendatangkan dosen dari Prancis,
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang mempelajari ilmu militer,
kesehatan, ekonomi dan penerjemahan.
Philip K. Hitti menuliskan berdasarkan
catatan sejarah yang ditemukannya antara tahun 1813 sampai 1849,
Muhammad Ali Pasya telah mengirimkan 311 mahasiswa yang belajar di
Italia, Prancis, Inggris, Austria atas biaya pemerintah yang mencapai
£E. 273.360. Subjek yang dipelajari antara lain militer dan angkatan
laut, teknik mesin, kedokteran, farmasi, kesenian dan kerajinan dan
bahasa Prancis mempunyai kedudukan khusus dalam kurikulum di Mesir[6].
Sepintas pembaharuan yang dilakukan oleh
Muhammad Ali hanya bersifat keduniaan saja, namun dengan terangkatnya
kehidupan dunia umat Islam sekaligus terangkat pula derajat
keagamaannya. Pembaharuan yang dilaksanakan oleh Muhammad Ali merupakan
landasan pemikiran dan pembaharuan selanjutnya. Pembaharuan Muhammad Ali
dilanjutkan oleh Tahtawi, Jamaludin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid
Ridha dan murid-murid Muhammad Abduh lainnya.
- B. Rafa’ Al- Tahtawi
Seorangtokohperubah modernMesirAl-Tahtawi
yang nama lengkapnya adalah Rafa`ah Bey Badawi Al-tahtawi, lahir
di kota Tahta ( di dataran tinggi Mesir ) pada masa pemerintahan
Muhammad ali, yaitu pada tahun 1802 M. Orang tuanya dari kaum bangsawan,
tetapi sedikit pengalaman. Namun keluarganya yang tradisi keagamaannya
kuat itu menjadikan al-Tahtawi tekun mempelajari Al-Qur’an sejak kecil.
. Ia melewati masa kecilnya di
kota itu, mempelajari ilmu-ilmu agama dan mendengarkan cerita-cerita
kejayaan Islam masa silam. Ia selalu tertarik mendengar kisah-kisah
semacam itu, satu hal yang kemudian sangat mempengaruhi perjalanan
intelektualnya.
Ia terpaksa belajar di masa kecilnya dengan
bantuan dari keluarga ibunya,karenapadasaatituseluruh kekayaan di Mesir
di kuasai M Ali Pasha dan harta orang tua al-Tahtawi termasuk dalam
kekayaan yang dikuasai itu. Ketika berumur 16 tahun, ia pergi ke Kairo
untuk belajar di Al-Azhar. Setelah lima tahun menuntut ilmu ia selesai
dari studinya di Al-Azhar pada tahun 1822[7].dibawah
pengawasan atau bimbingan syekh Hassan Al-Attar. Al-Tahtawi adalah
murid kesayangnya. Setelah limatahunia dapat menyelesaikan studinya (
1822 M ) Hasan Al-Attar banyak hubungan dengan para ilmuwan Perancis
yang datang bersama Napoleon ke Mesir.Karena ketekunan dan ketajaman
pikiran Al-Tahtawi, gurunya ( syekh Al-Attar) selalu memberikan dorongan
agar selalu menambah ilmu pengetahuan.
Setelah selesai dari study di Al-Azhar, Al-Tahtawipada tahun 1824 M mendapat gelar ” Master ” pada Egyptian Army
di Mesir,Iamengajar di Al-Azhar selama dua tahun, kemudian diangkat
menjadi imam tentara di tahun yang sama. Dua tahun kemudian dia diangkat
menjadi imam mahasiswa-mahasiswa yang dikirim Muhammad Ali ke Paris.
Disamping tugasnya sebagai imam ia turut pula belajar bahasa Prancis
sewaktu ia masih dalam perjalanan ke Paris[8].
Selama 5 tahun di Paris, ia kursus privat
bahasa Perancis, sehingga dalam waktu lima tahun itu, ia mampu
menerjemahkan sejumlah 12 buku dan risalah, diantaranya risalah tentang
sejarah Alexander Macedonia, buku-buku mengenai pertambangan, ilmu bumi,
akhlak dan adat istiadat berbagai bangsa, risalah tentang ilmu teknik,
hak-hak manusia, kesehatan jasmani dan sebagainya[9].
Selama di Paris, Al-Tahtawi menghabiskan
waktunya untuk membaca berbagai macam buku ilmu pengetahuan.Sekembalinya
dari Paris pada tahun 1832 M ke Mesir, Tahthawi bertekad untuk
memajukan tanah airnya. Memori Prancis dengan segala keindahan dan
kedisiplinan warganya selalu menjadi obsesinya. Bukunya, Takhlis al-Ibriz ila Talkhis Bariz,
yang diterbitkan hanya beberapa bulan setelah kedatangannya di Mesir
adalah salah satu bukti dari tekadnya yang begitu kuat untuk
meng-Eropakan Mesir.
Di Kairo, ia mendirikan lembaga penerjemahan
yang disebut Sekolah Bahasa. Lembaga ini mirip dengan fungsi Bayt
al-Hikmat pada masa-masa awal kerajaan Abbasiyyah. Tahthawi sendiri
menerjemahkan sekitar 20 buku berbahasa Prancis dan mengedit puluhan
karya terjemahan lainnya. Sebagian besar buku-buku yang disupervisinya
adalah buku-buku sejarah, filsafat, dan ilmu kemiliteran. Buku penting
yang diterjemahkannya sendiri adalah Considerations sur les Causes de la Grandeur des Romains et de leur Decadence karya filsuf Prancis Montesquieu.
Dari buku-buku yang diterjemahkannya,
terlihat kecenderungan Thahthawi terhadap filsafat politik. Satu tema
yang kemudian menjadi isu sentral dari pemikiran-pemikirannya, khususnya
ketika ia berbicara tentang kondisi Mesir dan bangsa Arab modern.
Sayangnya, lembaga penerjemahan yang sangat berjasa itu harus ditutup
ketika penguasa Mesir yang juga cucu Muhammad Ali, Abbas Hilmi I, mulai
tidak menyukainya dan “membuang”-nya ke Khortoum, Sudan. Baru pada
pemerintahan Sa’id, anak keempat Muhammad Ali menggantikan kemenakannya,
ia diperbolehkan pulang ke Kairo, dan kembali memegang peranan dalam
gerakan penerjemahan buku-buku asing.
- Ide ide Al-Tahtawidalampembaharuan.
Bidangpendidikan.
Al Tahtawi semasa hidupnya banyak waktu yang
dihabiskan untuk mengajar, dan mengatur pendidikan.Dia menemukan
ide-ide mengenai pendidikan dalam buku yang ditulisnya. Dia menyatakan,
bahwa pendidikan itu harus ada kaitannya dengan masalah-masalah
masyarakat dan lingkungannya.
Pemikiran Al Tahtawi mengenai pendidikan ada
dua pokok yang di nilai penting : pertama pendidikan yang bersifat
universal dan emansipasi wanita. Pendidikan hendakmya bersifat universal
dan sama bentuknya bagi semua golongan, selain itu bahwa masyarakat
yang terdidik akan lebih muda dibina dan sekaligus dapat
menghindari masing-masing dari pengaruh negatif. Pemikiran ini dinilai
sebagai rintisan bagi pemikiran pendidikan yang bersifat demokratis.
Kedua mengenai pendidikan bangsa. Menurutnya bahwa pendidikan bukan
hanya terbatas pada kegiatan untuk mengajarkan pengetahuan, melainkan
juga untuk membentuk kepribadian dan menenamkan patriotisme. Tanah air
ialah tempat tinggal, tanah kelahiran yang dinikmati setiap warganya.
Bidangekonomi
Pemerintah yang baik, adalah pemerintah yang
dapat mengajukan ekonomi. Ekonomi yang maju kesejahteraan masyarakat
dapat dijamin.Menurut Al Tahtawi ekonomi Mesir, tergantung pada
pertanian, ia memuji usaha di jalankan Muhammad Ali dalam lapangan ini.
Juga ia menekankan pendapat ahli ekonomi Eropa mengatakan bahwa Mesir
mempunyai potensi besar dalam lapangan ekonomi. Memajukan ekonomi,
sejahteraan dunia akan tercapai. Hal ini, adalah baru karena tradisi
dalam Islam untuk mementingkan kehidupan dunia[10].
Bidangkesejahteraan.
Kemajuan suatu Negara, ditandai meratanya
kesejahteraan rakyat dan juga meningkatkan jegiatan perekonomian,
sehingga stabilitas Negara dapat dicapai.Sebagaimana diungkapkan
oleh Tahtawi, dalam bukunya”Manahij” bahwa manusia pada dasarnya
mempunyai dua tujuan, yaitu menjalankan perintah Tuhan dan mencari
kesejahteraan didunia, sebagaimana yang dicapai oleh bangsa Eropa
modern. Oleh karena itu, kesejahteraan umat Islam harus diperoleh atas
dasar melakasanakan ajaran agama, berbudi pekerti baik dan ekonomi yang
maju[11].
Pemikiran Al Tahtawi ini, dilandasi oleh tiga hal; yaitu :
1) Mesir adalah negeri yang subur tanahnya merupakan Negara agraris, bahkan perekonomiannnya tergantung dari hasil pertanian.
2) Mesir mempunyai potensi yang besar dalam pembangunan ekonomi.
3) Mesir pada masa-masa fir’aun telah
mencapai kejayaan dalam kesejahteraan rakyat dengan berpegang teguh peda
akhlak yang mulia.
Bidangpemerintahan.
Ide Al Tahtawi tentang Negara dan
masyarakat, bukan hanya sekedar pandangan tradisional belaka, dan bukan
pula hanya sebagai refleksi pengalaman dan pengetahuan yang telah
didapatnya di Paris. Tetapi merupakan kombinasi dan persenyawaan dari
keduanya. Dia mengemukakan contoh-contoh yang diteladani yaitu nabi
Muhammad SAW. Dan para sahabat dalam melaksanakan pemerintahan yang
mempunyai hak kekuasaan mutlak, yang dalam pelaksanaan pemerintahannya
harus dengan adil berdasarkan undang-undang. Untuk kelancaran
pelaksanaan undang-undang itu harus ditangani oleh tiga badanyang
terpisah yaitu Legislative, Executive dan judicative (Trias Politica Montesque).
Menurut Al tahtawi, masyarakat suatu Negara,
terdiri dari empat golongan; dua golongan yang memerintah, dua golongan
yang lain diperintah. Dua golonan yang memerintah adalah raja dan para
ulama’ (dua para ilmuan). Sedang dua golonan yang diperintah adalah
tentara dan para produsen (termasuk semua rakyat).
Patrotisme
Al Tahtawi adalah orang Mesir yang pertama
penganjur patriotisme. Paham bahwa seluruh dunia Islam adalah tanah air
bagi setiap individu muslim, mulai di rubah penekannya. Al Tahtawi
menekankan bahwa tanah air adalah tanah tumpah darah seseorang, bukan
seluruh dunia Islam. Ia berpendapat bahwa selain adanya persaudaraan
se-agama, juga ada persaudaraan setanah air. Dalam perkembangan dunia
Islam selanjutnya persaudaraan tanah air ternyata lebih dominan.
Patriotisme adalah dasar yang kuat untuk mendorong orang mendirikan suatu masyarakat yang mempunyai pradaban. Kata ” Wathan ” dan ” Hubul Wathan
” ( patriotisme) kelihatannya selalu dipakai oleh Patriotisme adalah
dasar yang kuat untuk mendorong orang mendirikan suatu masyarakat yang
mempunyai pradaban. Kata ” Wathan ” dan ” Hubul Wathan ” ( patriotisme) kelihatannya selalu dipakai oleh Al-Tahtawi dalam bukunya ” Manahaj” dan ” Al-Mursyid “.Mewujudkan masyarakat yang sejati dan patriotisme adalah bila setiap warga Negara punya hak kemerdekaan.
Ijtihad dan sain Modern
Memahami syari’at Islam menurut Al-Tahtawi
merupakan sangat penting dan memiliki kesadaran bahwa syari’at pasti
senantiasa berganti, cocok untuk segala zaman dan tempat.
orang yang mengerti serta memahami syari’at
Islam, Al Tahtawi yakin akan pentingnya kesadaran bahwa syari’at pasti
senantiasa berganti, cocok untuk segala zaman dan tempat. Untuk itu
diperlukan usaha untuk menginterprestasi kembali syari’at kepada situasi
yang baru, sesuai dengan kebutuhan hidup zaman modern.
Ulama yang dibutuhkan untuk membangun
pemerintah yang kuat dan maju, adalah ulama yang ikut bertanggung jawab
bersama kepala negara, ulama yang berpikir dinamis, memiliki pengetahuan
luas dan menjauhi sikap statis agar mampu menginterprestasi kembali
konsep agama sesual denga tuntutan zaman.
Sains dan pemikiran rasional pada dasarya
tidak bertentangan dengan syari’at Islam. Karena itu, ijtihad harus
dilakukan oleh ulama. Ulama harus dapat merubah masyarakat yang
berfikiran statis dan tradisional.
Gagasan tersebut menjadi fokus penting dan
pemikiran dan pembaharuan Al Tahtawi. Oleh karena itu, sebagian besar
hidupnya disumbangkan untuk mendukung gagasannya dengan menerjemahkan
buku buku agar umat Islam mengetahui budaya yang maju di Barat.
Disamping sebagai penulis dan menjadi pimpinan dalarn beberapa
pendidikan[12].
Al Tahtawi dalam hal Satalisme ia mencela
orang Pariskarena mereka tidak percaya pada qadha’ dan qadar.
Menurutnya, orang Islam harus percaya pada qadha’ dan qadar Tuhan,
tetapi disamping itu harus berusaha. Manusia tidak boleh mengembalikan
segala-galanya pada qadha’ dan qadar. Karena pendirian serupa lilin,
menunjukkan kelemahan. Tetapi berusaha semaksimal dulu, baru menyerah.
Orang Eropa berkeyakinan bahwa manusia dapat
memperoleh apa yang di kehendakinya dengan kemauan dan usahanya sendiri
dan bila gagal, dalam usahanya, hat itu bukan karena qadha’ dan qadar
Tuhan, tetapi karena salah perkiraan atau kurang dalam berfikir atau
kurang kuat dalam usahanya[13]
BAB III
PENUTUP
Dari uraian yang cukuppanjang di atasmakaterdapatbeberapakesimpulan yang dapatkitasimpulkan,diantaranyaialah :
sepintaspembaharuan yang dilakukan oleh
Muhammad Ali Pasha hanya bersifat keduniaan saja, namun dengan
terangkatnya kehidupan dunia umat Islam otomatissekaligus terangkat pula
derajat keagamaannya. Pembaharuan yang dilaksanakan oleh Muhammad Ali
merupakan landasancikalbakal pemikiran dan pembaharuan selanjutnya.
Pembaharuan Muhammad Ali dilanjutkan oleh Tahtawi, Jamaludin Al-Afghani,
Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dan murid-murid Muhammad Abduh lainnya.
Al Tahtawi adalah tokoh pemikir pembaharu
generasi pertama di Mesir Abad XIX.Nilai-nilai Islam yang tinggi,
senantiasa bersemayam di dalam lubuk hatinya sebagai hasil studinya
selama di Al Azhar.Nostalgia kejayaan sejarah Mesir kuno terungkap lagi
oleh persentuhannya dengan ekspedisi Napoleon ke Mesir, dan
pengayatannya terhadap peradaban dan kebudayaan serta kemajuan Barat
selama dia di Perancis, dapat menimbutkan ide-ide pemikirarinya untuk
memperbaharui bangsa Mesir dan keterbelakangan dan statis untuk
melangkah maju terus menuju Mesir Barn yang modem, yang memiliki
peradaban dan kebudayaan modern yang di jiwai dan dilandasi oleh agama,
dengan segala aspeknya.
[1]Drs.H.M. YusronAsmuni, PengantarStudiPemikirandanGerakanPembaharuandalamDunia Islam,Jakrta,69
[2]Abdul Sani, Lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern dalam Islam (Cet. I; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), h. 34-35.
[3]HarunNasution,PembaharuanDalam Islam,Jakarta, hal 29.
[4]Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta, hal 30
[5]Ibid.36-38
[6]Philip K. Hitti, History of the Arab, h. 926.
[7]Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta, hlm.34
[8]Ibid.34-45
[9]Ibid . 43
[10]Harun Nasution. Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya. Jakarta. Hal. 46
[11]Ibid ,48
[12]Harun. Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya. Jakarta . Hal. 44
[13]Ibid ,49.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar