Untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif, diperlukan adanya
pendekatan atau metode. Pertama ekspositori, metode mengajar yang biasa
digunakan dalam pengajaran ekspositori adalah metode ceramah dan
demonstrasi. Kedua, pembelajaran dengan mengaktifkan siswa. Dalam metode
ini siswa lebih banyak aktif, namun tidak berarti guru tinggal diam.
Guru memberikan petunjuk, mengarahkan anak didik tentang apa yang harus
dilakukan. Metode yang banyak digunakan dalam pembelajaran siswa aktif
sebagai berikut:
a. Tanya jawab
b. Diskusi
c. Pengamatan dan percobaan
d. Pemecahan masalah
e. Pemberian tugas.
b. Diskusi
c. Pengamatan dan percobaan
d. Pemecahan masalah
e. Pemberian tugas.
Dalam perspektif Islam, ada beberapa metode yang dapat dikembangkan selain yang telah disebutkan di atas, yaitu:
1. Metode Dialog Qur’āni dan Nabawi
Metode dialog qur’āni dan nabawi adalah metode pendidikan dengan cara berdiskusi sebagaimana yang digunakan oleh Alquran dan atau hadis-hadis nabi. Metode ini, disebut pula metode khiwār yang meliputi dialog khitābi dan ta’abbudi (bertanya dan lalu menjawab); dialog deksriftif dan dialog naratif (menggambarkan dan lalu mencermati); dialog argumentatif (berdiskusi lalu mengemukakan alasan kuat); dan dialog Nabawi (menanamkan rasa percaya diri, lalu beriman). Untuk yang terakhir ini, (dialog Nabawi) sering dipraktekkan oleh sahabat ketika mereka bertanya sesuatu kepada Nabi saw.
Metode dialog qur’āni dan nabawi adalah metode pendidikan dengan cara berdiskusi sebagaimana yang digunakan oleh Alquran dan atau hadis-hadis nabi. Metode ini, disebut pula metode khiwār yang meliputi dialog khitābi dan ta’abbudi (bertanya dan lalu menjawab); dialog deksriftif dan dialog naratif (menggambarkan dan lalu mencermati); dialog argumentatif (berdiskusi lalu mengemukakan alasan kuat); dan dialog Nabawi (menanamkan rasa percaya diri, lalu beriman). Untuk yang terakhir ini, (dialog Nabawi) sering dipraktekkan oleh sahabat ketika mereka bertanya sesuatu kepada Nabi saw.
Dialog qur’āni-nabawi merupakan jembatan yang dapat
menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain sehingga mempunyai
dampak terhadap jiwa peserta didik. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor, yakni;
a. permasalahan yang disajikan secara dinamis
b. peserta dialog tertarik untuk terus mengikuti jalannya percakapan itu
c. dapat membangkitkan perasaan dan menimbulkan kesan dalam jiwa
d. topik pembicaraan yang disajikan secara realistis dan manusiawi
b. peserta dialog tertarik untuk terus mengikuti jalannya percakapan itu
c. dapat membangkitkan perasaan dan menimbulkan kesan dalam jiwa
d. topik pembicaraan yang disajikan secara realistis dan manusiawi
Dapat dirumuskan bahwa dialog qur’āni-nabawi adalah metode pendidikan
Islam yang efektif dalam upaya menanamkan iman pada diri seseorang,
sehingga sikap dan perilakunya senantiasa terkontrol dengan baik.
2. Metode Kisah Qur’āni dan Nabawi
Metode kisah disebut pula metode “cerita” yakni cara mendidik dengan mengandalkan bahasa, baik lisan maupun tertulis dengan menyampaikan pesan dari sumber pokok sejarah Islam, yakni al-Qur’an dan Hadis.
Metode kisah disebut pula metode “cerita” yakni cara mendidik dengan mengandalkan bahasa, baik lisan maupun tertulis dengan menyampaikan pesan dari sumber pokok sejarah Islam, yakni al-Qur’an dan Hadis.
Salah satu metode yang digunakan al-Qur’an untuk mengarahkan manusia ke
arah yang dikehendakinya adalah dengan menggunakan cerita (kisah).
Setiap kisah menunjang materi yang disajikan, baik kisah tersebut
benar-benar terjadi maupun kisah simbolik.
Dalam al-Qur’an dijumpai banyak kisah, terutama yang berkenaan dengan
misi kerasulan dan umat masa lampau. Muhammad Qutb berpendapat bahwa
kisah-kisah yang ada dalam al-Qur’an dikategorikan ke dalam tiga bagian;
pertama, kisah yang menunjukkan tempat, tokoh dan gambaran peristiwa;
kedua, kisah yang menunjukkan peristiwa dan keadaan tertentu tanpa
menyebut nama dan tempat kejadian; ketiga, kisah dalam bentuk dialog
yang terkadang tidak disebutkan pelakunya dan dimana tempat kejadiannya.
Pentingnya metode kisah diterapkan dalam dunia pendidi-kan karena
dengan metode ini, akan memberikan kekuatan psikologis kepada peserta
didik, dalam artian bahwa; dengan mengemukakan kisah-kisah nabi kepada
peserta didik, mereka secara psikologis terdorong untuk menjadikan
nabi-nabi tersebut sebagai uswah (suri tauladan).
Kisah-kisah dalam al-Qur’an dan hadis secara umum bertujuan memberikan
pengajaran terutama kepada orang-orang yang mau menggunakan akalnya.
Relevansi antara cerita (kisah) qur’āni dengan metode penyampaian cerita
dalam lingkungan pendidikan ini sangat erat. Metode ini merupakan
suatu bentuk teknik pnyampaian informasi dan instruksi yang amat
bernilai, dan seorang pendidik harus dapat memanfaatkan potensi kisah
bagi pembentukan sikap yang merupakan bagian esensial pendidikan qur’āni
dan nabawi.
3. Metode Perumpamaan
Metode ini, disebut pula metode “amstāl” yakni cara mendidik dengan memberikan perumpamaan, sehingga mudah memahami suatu konsep. Perumpamaan yang diungkapkan al-Qur’an memiliki tujuan edukatif yang ditunjukkan oleh kedalaman makna dan ketinggian maksudnya.
Kelebihan metode perumpamaan antara lain:Metode ini, disebut pula metode “amstāl” yakni cara mendidik dengan memberikan perumpamaan, sehingga mudah memahami suatu konsep. Perumpamaan yang diungkapkan al-Qur’an memiliki tujuan edukatif yang ditunjukkan oleh kedalaman makna dan ketinggian maksudnya.
- Memudahkan memahami suatu konsep yang abstrak. Hal ini dimungkinkan karena perumpamaan mengambil benda sebagai contoh konkrit dalam al-Qur’an.
- Melatih anak didik untuk terbiasa berpikir analogis melalui penyebutan premis-premis.
- Mengembangkan aspek emosional dan mental anak didik.
4. Metode Keteladanan
Metode ini, disebut pula metode “meniru” yakni suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberikan contoh teladan yang baik kepada anak didik.
Metode ini, disebut pula metode “meniru” yakni suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberikan contoh teladan yang baik kepada anak didik.
Dalam al-Qur’an, kata teladan diproyeksikan dengan kata uswah yang kemudian diberi sifat di belakangnya seperti sifat hasanah yang
berarti teladan yang baik. Metode keteladanan adalah suatu metode
pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberikan contoh
teladanan yang baik kepada anak didik agar ditiru dan dilaksanakan.
Dengan demikian metode keteladanan ini bertujuan untuk menciptakan
akhlak al-mahmudah kepada peserta didik.
Acuan dasar dalam berakhlak al-mahmudah atau al-karimah
adalah Rasulullah dan para Nabi lainnya yang merupakan suri tauladan
bagi umatnya. Seorang pendidik dalam berinteraksi dengan anak didiknya
akan menimbulkan respon tertentu baik positif maupun respon negatif,
seorang pendidik sama sekali tidak boleh bersikap otoriter, terlebih
memaksa anak didik dengan cara-cara yang dapat merusak fitrahnya.
Keteladanan dalam dunia pendidikan merupakan influitif yang paling
meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk moral
spiritual dan sosial anak didik. Keteladanan itu ada dua macam, yaitu:
- Sengaja berbuat untuk secara sadar ditiru oleh anak didik.
- Berperilaku sesuai dengan nilai dan norma sehingga tanpa sengaja menjadi teladan bagi anak didik.
5. Metode Ibrah dan Mau’izhah
Metode ini, disebut pula metode “nasehat” yakni suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberikan motivasi. Metode ibrah dan atau mau’izhah (nasehat) sangat efektif dalam pembentukan keimanan, mempersiapkan moral, spiritual dan sosial anak didik. Nasehat dapat membukakan mata anak didik terhadap hakekat sesuatu, serta memotivasinya untuk bersikap luhur, berakhlak mulia dan membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam.
Metode ini, disebut pula metode “nasehat” yakni suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberikan motivasi. Metode ibrah dan atau mau’izhah (nasehat) sangat efektif dalam pembentukan keimanan, mempersiapkan moral, spiritual dan sosial anak didik. Nasehat dapat membukakan mata anak didik terhadap hakekat sesuatu, serta memotivasinya untuk bersikap luhur, berakhlak mulia dan membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam.
Menurut al-Qur’an, metode nasehat hanya diberikan kepada mereka yang
melanggar peraturan dalam arti ketika suatu kebenaran telah sampai
kepadanya, mereka seolah-olah tidak mau tahu kebenaran tersebut
terlebih melaksanakannya. Pernyataan ini menunjukkan adanya dasar
psikologis yang kuat, karena orang pada umumnya kurang senang
dinasehati, terlebih jika ditujukan kepada pribadi tertentu.
6. Metode Targhib dan Tarhib
Metode ini, disebut pula metode “ancaman” dan atau “intimidasi” yakni suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberikan hukuman atas kesalahan yang dilakukan peserta didik.
Metode ini, disebut pula metode “ancaman” dan atau “intimidasi” yakni suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberikan hukuman atas kesalahan yang dilakukan peserta didik.
Istilah targib dan tarhib dan dalam al-Qur’an dan
al-Sunnah berarti ancaman atau intimidasi melalui hukuman yang
disebabkan oleh suatu dosa kepada Allah dan rasul-Nya. Jadi, ia juga
dapat diartikan sebagai ancaman Allah melalui penonjolan salah satu
sifat keagungan dan kekuatan Ilahiah agar mereka (peserta didik)
teringat untuk tidak melakukan kesalahan.
Ada beberapa kelebihan metode targib dan tarhib ini, antara lain :- Targib dan tarhib bertumpu pada pemberian kepuasan dan argumentasi.
- Targib dan tarhib disertai gambaran keindahan surga yang menakjubkan atau pembebasan azab neraka.
- Targib dan tarhib Islami bertumpu pada pengobatan emosi dan pembinaan afeksi ketuhanan.
- Targib dan tarhib bertumpu pada pengontrolan emosi dan keseimbangan antara keduanya.
Kepustakaan:
Daradjat, Zakiah, 1995. Metodik Khusus Pengajaran Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Qutb, Muhammad, 1977. Manhaj al-Tarbiyyah al-Islamiyyah. Mesir: Maktab al-Kutub al-Ilmiyah
Ramayulis, 1994. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Suardi, Edi, 1966. Pedagogik II. Bandung ; Angkasa
Syaodih S., R. Ibrahim Nana, 1996. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Daradjat, Zakiah, 1995. Metodik Khusus Pengajaran Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Qutb, Muhammad, 1977. Manhaj al-Tarbiyyah al-Islamiyyah. Mesir: Maktab al-Kutub al-Ilmiyah
Ramayulis, 1994. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Suardi, Edi, 1966. Pedagogik II. Bandung ; Angkasa
Syaodih S., R. Ibrahim Nana, 1996. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar