STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Minggu, 22 Mei 2011

AL-FARABI DAN IBNU SINA

BAB I
PENDAHULUAN


A. RUMUSAN MASALAH
1. AJARAN FILSAT AL-FARABI
2. FILSAFAT POLITIK AL-FARABI
3. FILSAFAT META FISIKA AL-FARABI
4. AJARAN FILSAFAT DAN METAFISIKA IBNU BAJJAH
5. FILSAFAT POLITIK IBNU BAJJAH
B. BIOGRAFIS
1. AL-FARABI
Nama aslinya Abu nasr Muhammab Bin Muhammad Bin Tarkan
Tempat dan tahun lahir Di Desa Wasij Kota Farob tahun 257 H (870 M) dan pada tahun 330 H (941 M) beliau jirah ke damasyik dan beliau menetap di negara itu sampai beliau wafat pada tahun 337 H (930 M) pada usia 80 tahun.
2. IBNU BAJJAH
Nama asli ibnu bajjah adalah abu baker Muhammad ibnu yahya al saigh. akan tetapi di dunia barat ia terkenal dengan sebutan avempace, dan karena ia berasal dari keluarga Al-tujubi maka ia terkenal dengan sebutan Al-tujubi. pada abad 17 M,atau abad I H di Kota saragosa dan sampai besas. bahkan jenjang akademisnya ditempuh di kota Saragosa. Ibnu Bajjah wafat pada bulan Mei tahun 1139 M.


BAB II
AJARAN DUA TOKOH

A. AJARAN AL-FARABI
1. Filsafat Al-Farabi
Al-farabi mendefinisakan filsafat adalah: al ilmu bil maujudat bima hiya al maujudat, yang berarti ilmu yang mempelajari sebenarnyadari segala yang ada ini, dan dalam membahas masalah alam, al-farabi sependapat dengan pemikiran plato “bahwa alam ini baru” yang terjadi dari tidak ada idenya tentang alam mirip suatu pengertian alam akhirat pada dunia islam. dan kalau mengenai akal al-farabi berpendapat bahwa akal itu “esa adanya” hanya berisi satu fikiran yang memikirkan akan dirinya sendiri, jadi akal tuhan adalah aqik (berfikir) dan maqul (dipikirkan) melalui ta aqul. Tuhan dapat mengawali ciptaannya ketika tuhan mulai memikirkan timbullah wujud yang baru atau akal baru yang disebut oleh Alfarabi dengan sebutan Al-aqlul Awal (akala yang pertama). Berkelanjutan dari akal yang pertama yang taaqul tentan pemikiran tuhan dengan dirinya sendiri dengan taaqul tuhan melimpah ke Al-aqlu Tsani (akal ke dua). yang dapat menimbulkan Al-falaqul Aqsha (langit yang paling luar). maka timbul sifat pluralitas dari alam mahluk. Al-aqli Tsani, menimbulkan Al-aqlu Tsalis (akal ke tiga). Bersama timbulnya Kawakibis Stabitah, langit bintang-bintang tetap, kemudian akal ke tiga melimpah ke Al-aqlur Rabik (akal ke empat) yang menimbulkan langit bintang Zuhal (saturnuz), kemudian melimpah ke al-aqlur Khomis (akal ke lima) dengan munculnya bintang Mustari (Yupiter), lalu ke aqlul Sadhis (akal ke enam) bersama bintang Mirris (mars), selanjutnya al-aqlul sabik ( akal ke tujuh ) dengan muculnya langit matahari, al-aqlu Samin (akala ke delapan ) bersama langit bintang sugroh (venus), al-aqlu tasi (akal ke sembilan) dengan langit bintang’ utarid (merkurius), akhirnya al-aqlul asyir bersama dengan al-aqlul faal (akal yang aktif bekerja), orang barat menyebut active intellect. Kalu dengan hubungan al-aqlul faal dengan isi bumi baik manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan al-farobi membedakan zat (materi) dan bentuk (suroh) kalau zat (materi) adalah kemungkinan belaka sedangkan bentuk (suroh) dapat menentukan sebuah kemungkinan tersebut.
Contoh : Kayu sebagai zat (materi) banyak mengandung kemungkinan bisa menjadi kursi, lemari, meja, dan kawan-kawan. Kemungkinan itu bisa terealisasikan apabila diberi bentuk lemari, meja, kursi, dan kawan-kawan.
2. Filsafat politik Al-farabi
Al-farobi berpendapat bahwa ilmu politik adalah ilmu yang menyelidiki segala macam bentuk tindakan, cara hidup, watak, disposisi positlif dan ahlak positif. Semua tindakan dapat diteliti mengenai tujuannya dan apa yang membuat manusia dapat melakukan seperti itu dan bagaimana cara mengatur memelihara tindakan dengan cara yang baik dapat diteliti, kebahagian dapat diperoleh tergantung atas tindakan yang baik, akan tetapi menurutnya kebahagiaan yang ‘hakiki’ sebanarnya tidak mungkin dapat diperoleh sekarang di dunia tetapi setelah kehidupan dunia ini yaitu al-akhirat. Manusia sekarang di dunia ada juga kebahagiaan yaitu kebahagiaan itu seperti kaya, kesenangan, dan wanita cantik. Yang dapat nampak dan dijadikan pedoman hidup



- Macama-macam problem politik
a. Pemerintahan atas dasar penegakan terhadapa tindakan-tindakan yang sadar cara hidup, disposisi positif dasar ini dapat dijadikan upaya memperoleh kebahagiaan
b. Pemerintah atas dasar penegakan terhapat tindakan-tindakan dan watak-watak dalam rangka mencapai sesuatu yang diperoleh mendapat suatu kehagiaan, maka muncul keaneka ragaman bentuk pemerintahan apabil yang dikejar kebahagian semata dapat di anggap pemerintah yang rendah
- Kemampuan suatu pemerintahan yaitu
a. Kemampuan dalam melahirkan peraturan-peraturan yang bersifat universal
b. Kemampuan yang disebabkan oleh adanya ketekunan dalam aktifitas politik, dengan harapan bisa menjadi kebijaksanaan.
Intinya pemerintahan adalah bahwa ia dapat menjadi benar-benar baik, jaka ada tioritis dan praktis bagi pengelola
3. Meta fisika Al-farobi
Al-farobi dalam membahas metafisika tidak terlepas dari pembahasan-pembahasan yang dilakukan oleh mereka para filusuf yunani persia dan lain-lain. Di antara persoalan itu adalah esa dan terbilang.
Pembicaraan meta fisikan ini berkisar pada masalah tuhan, wujudnya atau kehendaknya.
a. Ilmu ketuhanan
Al-farobi membagi ilmu ketuhanan menjadi tiga yaitu :
1. Membahas semua wujud dan hal-hal yang terjadi padanya sebagai wujud.
2. Membahas prinsip-prinsip Burhan dalam ilmu-ilmu teori juziyad (partikular) yaitu ilmu yang berdiri sendiri karna penelitiannya tentang wujud tertentu
3. Membahas semua wujud yang tidak perupa benda-benda ataupun berada dalam benda itu
Ilmu ini juga dapat membuktikan adanya kepalsuan pendapat yang menyatakan bahwa Tuhan yang maha agung dalam karya-karyanya pemasukan segi-segi kekurangan baik pada dirinya maupun yang diciptakannya
b. Wujud
Al-farobi membagi wujud kepada dua bagian yaitu :
1. wujud yang mungkin atau wujud yang nyata karena lainnya, seperti wujud cahaya yang tidak akan ada kalau tidak ada matahari
2. Wujud nyata dengan sendirinya.Wujud ini adalah wujud yang tabiatnya itu sendiri mengahendaki wujudnya yaitu wujud yang diperkirakan tidak ada, maka akan timbul kemusrikan. Kalu itu tidak ada, maka yang lainpun tidak akan ada sama sekali, ia adalah sebab pertama bagai semua wujud yang ada. Dan wujud yang wajib ada inilah Tuhan.
-Hakikat Tuhan
Ia menyatakan bahwa tuhan adalah wujud yang sempurna dan yang ada tampa suatu sebab, karena apabila ada sebab baginya berarti ia tidak sempurna, dan karena tuhan itu tunggal maka ia tidak dapat diberi batasan (difinite) karena batasan berarti penyusunan yaitu dengan memakai spesis dan differencia atau dengan memakai metter dan form, seperti halnya benda sedangkan hal itu mustahil bagi tuhan.
c. Sifat-sifat tuhan
Tuhan adalah zat maha mengetahui (alim) untuk dapat mengetahui, tuhan tidak perlu sesuatu yang lain. Karena ia adalah ilmu yang mengetahui dan menjadi objek ilmunya (al-ilmu, al-alim, al-ma’lum).
Adapun Asmaul husna yang ada didalam al-qur’an, itu hanya menunjukkan hubungan menusia dengan tuhan dari segi keagungannya.
B. IBNU BAJJAH
1. Ajaran filsafat dan metafisika Ibnu Bajjah
Ibnu Bajjah menyandarkan filasafat dan logikanya pada karya-karya Al-Farobi, dan dia telah memberikan sejumlah besar dalam karya-karyanya itu. dan dia telah menggunakan metode penelitian filsafat yang benar-benar lain. tidak seperti Al-Farobi, dia berurusan dengan segala masalah hanya berdasarkan nalar semata. ia mengagumi filsafat Aristoteles, yang diatasnya dia membangun sistemnya sendiri. tapi, dia berkata, untuk memahami lebih dulu filsafatnya secara benar. itulah sebabnya Ibnu Bajjah menulis uraian-uraian sendiri atas karya-karyanya Aristoteles. uraian ini merupakan bukti yang jelas bahwa ia mempelajari teks-teks karya Aristoteles dengan sangat teliti. seperti juga filsafat Aristoteles, Ibnu Bajjah mendasarkan metafisika dan fisikologinya pada fisika, dan itulah sebabnya mengapa tulisan-tulisannya penuh wacana fisika.
a. Materi dan bentuk
Materi dapat bereksistensi harus ada bentuk. dia berargumen jika materi bentuk, maka ia akan terbagi menjadi materi dan bentuk dan begitu juga seterusnya, ad infinitum, ia menyatakan bahwa bentuk pertama merupakan suatu bentuk abstrak yang bereksistensi dalam materi untuk dikatan sebagai tidak mempunyai bentuk. Ibnu Bjjah dalam tulisannya menggu kata “bentuk” untuk mencakup berbagai arti; jiwa, sosok, kekuatan, makna konsep menurut pendapat, bentuk suatu tubuh memiliki tiga tingkatan.
1. Bentuk jiwa umum atau bentuk intelektual
2. Bentuk kejiwaan khusus.
3. Bentuk fisik.
Dalam hal bentuk jiwa Ibnu Bajjah juga membagi tiga.
1. Bentuk tubuh sirkular hanya memiliki hubangan sirkular dengan materi, seingga bentuk-bentuk itu bisa membuat kejelasan materi dan menjadi sempurna
2. Kejelasan materi yang bereksistensi dalam materi
3. Bentuk-bentu yang bereksistensi dalam indera-indera jiwa, akal sehat, indera hayali, ingatan, dan yang berada diantara bentuk-bentuk kejiwaan dan kejelasan materi.
Bentuk-bentuk itu yang berkaitan dengan aktif oleh Ibnu Bajjah dinamakan bentuk-bentuk kejiwaan umum dan bentuk-bentuk yang berkaitan dengan akal sehat dinamakan bentuk-bentuk kejiwaan umum.
b. Etika
Tindakan manusia menurut Ibnu Bajjah dibagi dua:
- Tindakan hewani
Peratama tindakan hewani timbul karena adanya motif naluri atau hal-hal lain yang berhubungan dengannya, baik dekat maupun jauh.
- Tindakan manusiawi
Tindakan manusiawi timbul karena adanya pemikiran lurus dan keamanan yang bersih serta tinggi, contoh: Makan misalnya, bersifat hewani sepanjang hal itu dilakukan untuk menjaga kekuatan dan kehidupan demi meraih karunia-karunia spiritual, sehingga pangkal perbedaab-perbedaan antara kedua tindakan tersebut adalah pada segi motifnya, bukan pada tindakannya itu.
Menurut Ibnu Bajjah yang baik itu adalah eksistensi dan yang jahat ialah ketiadaan, apabila tindakan seseorang itu bisa dihargai maka ia harus berbuat dibawah pengaruh pikiran dan keadilan semata, dan tidak ada hubungannya dengan hewani, seseorang yang hendak menunjukkan segi hewan itu pada dirinya maka ia harus memulai dengan melaksanakan segi kemanusiaannya.
c. Akal dan pengetahuan
Menurut Ibnu Bajjah, pengetahuan yang benar dapat diperoleh melalui akal, dan akal ini merupakan satu-satunya sarana yang dapat mewujudkan untuk mencapai kemakmuran dan membangun kepribadiannya. dengan demikian akal merupakan bagian terpenting bagi manusia.
Menurutnya keajaiban yang ada diantara akal dan unsur imajinasi adalah lewat ruh yang tajam. engkau dapat mlihat dengan pasti bahwa akal mendapatkan objek-objek pengetahuan yang disebut hal-hal yang dapat diserap dari unsur imajinatif, dan memberikan sejumlah objek pengetahuan lain kepada unsur imajinatif. dan hal yang paling mencengangkan pada unsur imajinatif adalah keterhubungannya dengan wahyu dan ramalan. maka jelas apa yang diberikan akal kepada imajinasi manusia bukanlah dari akal itu sendiri, melainkan timbul dari imajinasi lewat suatu agen yang telah dikenal sebalumnya, dan mampu menciptakannya. tuhanlah melalui kehendaknya menyebabkan penggerak lingkungan-lingkungan aktif beraksi atas dasar lingkungan-lingkungan pasif. sebagai misalnya, jika diya hendak mewujudkan apa yang akan terjadi di alam ini, pertama-tama dia memberi tau pata malaikat dan lewat mereka pengetahuan itu dismpikan kepada akal manusia. pengetahuan ini sampai kepada manusia sesuai dengan kemampuannya untuk menerima pengetahuan itu. hal ini seperti dialami oleh para Rasul dan hamba yang saleh.
Ibnu Bjjah juga menandaskan bahwa tuhan memanifestasikan pengetahuan dan perbuatan kepada makhluk-makhluknya. setiap manusia menerima semua ini sesuai dengan tingkat kesempurnaan eksistensi masing-masing akal, akal menerima darinya suatu pengetahuan sesuai dengan kedudukannya dan lingkungannya menerima darinya sesosok-sosok dan bentuk fisik sesuai dengan tingkat dan kedudukan mereka. melalui akallah manusia mengenal ilmu-ilmu yang disingkapkan kepadanya oleh tuhan, hal-hal yang dapat dipahami, peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat sekarang dan dimasa yang akan datang, dan peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi dimasa lalu. inilah pengetahuan gaib yang diberikan tuhan kepada hamba-hambanya dengan melalui malaikat-malaikatnya .
Wawasan yang paling tinggi adalah akal yang berwawasan ruh, dimana ia merupakan rahmat dari tuhan. wawasan yang paling sempurna dimiliki oleh para Nabi. dan pengetahuan yang paling tinggi adalah mengenai tuhan sendiri dan malaikatnya. baru kemudian pengetahuan tentang kejadian yang akan terjadi di alam ini. selain para Nabi yang memperoleh pengetahuan semacam itu, juga orang saleh yang meliputi para wali tuhan dan para sahabat Nabi. kemudian sejumlah orang yang dikaruniai wawasan itu oleh tuhan.
Menurut Ibnu Bajjah akal memiliki dua fingasi yaitu memberikan objek kepada yang akan diciptakan untuk unsur imajinasi dan memiliki objek diluar ruh dengan mengerakkan organ-organ tubuh.
Ia mempercayai adanya kemajemukan akal dan mengacu kepada akal pertama dan akal kedua. akal manusia yang paling jauh adalah akal pertama, dan sebagian akal bersal dari akal pertama itu. sebagian berasal dari akal-akalan lain. hubungan antara yang diperoleh dan tempat asal akal (akal pertama) yang di peroleh itu sama dengan hubungan cahaya matahari yang ada didalam rumah dengan cahaya yang ada di halaman rumah.
Akal manusia setapak-demi setapak mendekati akal pertama dengan:
- Meraih pengetahuan yang didasarkanpada bukti, yang dalam hal ini akal paling tinggi direalisasikan sebagai bentuk.
- Memperolh pengeahuan tanpa mempelajarinya atau berusaha meraihnya.
Pendekatan melalui cara ke dau itu adalah suatu meode yang digunakan oleh orang-orang sufi khususnya Al-Ghazali, karena metode ini dapat mencapai suatu pengetahaun tentang tuhan.

d. Jiwa
Menurut Ibnu Bajjah, anggapan yang menganggap bahwa “Materi itu tidak bisa bereksistensi tanpa adanya bentuk, sedangkan bentuk bisa bereksistensi dengan sendiri, tanpa harus ada materi”
Anggapan ini adalah keliru. karena materi dapat bereksisatensi tanpa harus ada bentuk. ia berpendapat jika materi berbentuk maka ia akan terbagi menjadi materi dan bentuk dan begitu juga seterusnya tak terbatas. Ibnu Bajjah mengetakan bahwa bentuk pertama merupakan suatu bentuk abstrak yang bereksistensi dalam materi yang dikatakan sebagai tidak mempunyai bentuk.
Pembahasan terhadap jiwa, Ibnu Bjjah mendasarkan pada fisika. dan ia memulai dengan definisi jiwa dan menyatakan bahwa tubuh, baik yang alamiah mapun yang non alamiah, tersusun dari materi dan bentuk-bentuk merupakan perolehan permanen atau kenyataan tubuh. kenyataan ini bermacam-macam ia memiliki segala yang bereksistensi ia melaksanakan fungsi mereka tanpa harus digerakkan atau segala yang bergerak atau aktif bila diaktifkan. sedangkan tubuh yang non alamiah memiliki penggerak luar.dan bentuk yang membuat nyata sebuah tubuh alamiah inilah yang disebut jiwa. karena jiwa itu dianggap pernyataan pertama dalam tubuh alamiah dan teratur yang bersifat nutritif (Mengandung zat-zat untuk badan) sensitif (Kepekaan) dan imajinatif (Rasional).
Jiwa yang berhasrat mempunyai tiga unsur yaitu:
-Hasrata imajinatif yang melaluinya anak keturunan dibesarkan individu-individu dibawa ketempat-tempat tinggal mereka dan memiliki rasa sayang, cinta dan yang semacamnya.
- Hasrat menengah, yang melaluinya timbul akan nafsu makanan, perumahan, kesenian dan ilmu
- Hasrat berbicara, yang melaluinya timbul pengajaran ini merupakan hasrat khusus yang dimiliki manusia, tidak seperti kedua hasrat sebelumnya.
Jiwa yang berhasrat menghendakai suatu objek yang kekal, kehendak ini disebut kesenangan dan tiadanya kehendak kejemuan dan kesakitan. kehendak bukan suatu yang dimiliki manusia. siapapun yang bertindak sesuatu atas dasar kehendak dianggap telah bertindak atas dasar kebinatangan. disini berarti ia melakukan bukan atas gagasan-gagasan.
Meskipun jiwa yang berhasrat itu tak kekal namun ia memiliki keinginan yang kuat untuk kekal. ia hanya mnyukai bentuk imajiner dan bentuk imjiner inilah yang hanya disenangi oleh jiwa yang berhasrat itu. karena jumlah itu banyak jumlahnya maka ia tidak langsung berusaha untuk mencapainya. tapi jiwa yang berhasrat itu mencari layanan alam dan menderita kesakitan dan malas kalau alam tidak bekerja sama dengannya. karena alam itu tidak sederhana, maka ia tidak selalu berada dalam satu keadaan. dan karena alamlah seekor binatang butuh istirahat dan karena jiwa yang berhasratlah, ia merasa tidak puas apabila istirahat itu diperpanjang waktunya.
2. Filsafat politik Al-farabi
Ibnu Bajjah sangat menyetujui politik Al-Farobi misalnya, dia menerima pendapat Al-Farobi yang membagi negara menjadi negara yng sempurna dan tidak sempurna. dia juga setuju dengan Al-Farobi yng beranggapan bahwa individu yang berbeda dari sebuah bangsa memiliki watak yang berbeda pula, sebagian dari mereka lebih suka memerintah dan sebagian yang lain lebih suka diperintah. tapiIbnu Bjjah memberikan tambahan kepada sistem Al-Farobi ketika dia mendesakkan pendapatnya bahwa manusia yang memerintah secara sendirian itu (Mutawaahid atau filosof yang berpikiran tajam) harus berada lebih tinggi dari orang-orang lain pada kesempatan-kesempatan tertentu. meskipun menghindari orang lian itu sendiri tidak diinginkan, namun hal itu diperlukanuntuk mencapai kesempurnaan. dia jiga menasehati agar filosof menemui masyarakatnya hanya pada beberapa kesempatan tertentu dalam waktu sebentar saja, dan dia harus pindah ke Negara-negara yang lain dimana dia dapat memperoleh pengetahuan, perpindahan itu harus dilakukan dibawah hukum-hukum ilmu politik.
Dalam risalah Al-Wadho’ Ibnu Bajjah memberikandua fungsi alternatif negara:
1. Untuk menilai perbuatan rakyat guna membimbing mereka untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. fungsi ini paling baik dilaksanakan didalam negera ideal oleh seorang penguasa yang berdaulat.
2. Fungsi alternatif ini yaitu merancang untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, persis sebagaimana seorang penunggang yang mahir. ini merupakan fungsi pelaksana negara-negara yang ideal. dalam hal sang penguasa disebut Rais (Pemimpin). sang pemimpin menerapkan dinegara itu suate sistem tradisional untuk menemukan seluruh tindakan rakyat.
Dalam sistem Alfarabi dan Ibnu Bajjah, konstitusi harus disusun oleh kepala negara, yang telah disamakan oleh Al-Farabi dengan seorang Nabi atau imam. Ibnu Bajjah tidak menyebutkan identitas ini secara terperinci, tapi secara tidak langsung dia setuju dengan pendapat Al-Farobi ketika dia menyatakn menusia tak akan mencapai kesempurnaan kecuali lewat yang dibawa oleh para Rosul dari tuhan yang maha tinggi(Yaitu hukum tuhan atau syari’ah).mereka yang mengikuti petunjuk tuhan takkan sesat. oleh karena itu, adalah terlalu lancang bila mengatakan bahwa dia mengabaikan relevansi hukum tuhan (syari’ah) dan nilai rdukatifnya bagi manusia sebagai warga negara.


BAB III

1. KOMPARASI DUA TOKOH
A. AL-farabi
kemurnian jiwa bahkan ke bersihan jiwa dari kotoran-kotoran merupakan syarat pertama dan bagi pandangan filsafat, sedangkan basicnya yaitu memperdalam ilmu dengan segala yang maujud hingga membawa pengenalan Allah sebagi penciptanya.dengan arah kesitu maka fila\safat adalah satu-satunya yang dapat menghamparkan kita dengan jelas megenai cakrawala dengan segala cosmosnya.

B. IBNU BAJJAH
Materi dapat bereksistensi harus ada bentuk, jika materi berbentuk, maka ia akan berbagi menjadi materi dan bentuk dan begitu juga seterusnya, jadi bentuk pertama merupakan bentuk abstrak yang bereksistensi dalam materi yang dikatakan sebagai tidak mempunyai bentuk.


2. KELEBIHAN-KELEBIHAN DUA TOKOH
A. Al-farabi
-beliau memiliki kecakapan yang luar biasa dalam berolah kata,dan tutur bahasa
-mampu mencapai ahli ilmu mantiq (logika)
-orang yang pertama kali yang memasukkan ilmu logika ke dalam bahasa arab.
-berpengaruh besar terhadap dinamika pemerintahan saif al dullah sehingga maju dengan pesat.
-sukses meletakkan dasar-dasar ke dalam ajaran islam

B. Ibnu bajjah
- menguasai dua belas macam ilmu pengetahuan
- menjadi pejabat tinggi selam a dua puluh tahun berkat kemampuan dan pengetahuannyayang unik dan langka.
- mampu menghasilkan kitab al fash al milal wan nihal yang sangat terkenal.
mahir dalan ilmu pengobatan dan studi-studi spekulatif.


3. KELEMAHAN-KELEMAHAN DUA TOKOH
A. Al-farabi
- belum bisa bahasa yunani dan suryani sebagai bahasa ilnu pengetahuan pada saat itu.
- karyanya sangat sedikit sehingga beliau mengalami kekalahan dalam hal karya dengan muridnya yang bernama Ibnu sina
B. Ibnu Bajjah
- meskipun beliau adalah tokoh filosof yang hebat, ironisnya beliau lari ketika di hadapkan dengan persoalan-persoalan.
- beliau dapat gelar sebagai ahli bid’ah
- beliau di penjara bahkan ironisnya yaitu di kena hukuman mati.



BAB IV
PENUTUP

A. KESIMULAN
dari urayan di atas tentang dua tokoh filsafat tersebut yaitu Al-farabi dan Ibnu Bajjah dapat di tarik benang merahnya,pertam mereka sama-sama tokoh filosof islam dengan beraneka ragam prosuk filsafatnya, diantaranya: filsafat tentang politik, filsafat ke nabian dan yang paling krusial yaitu dalam membahas Metafsika.
dan untuk mencari hakikat ke benaran beliau Al-fabi menggunakan teori emanasi sedangkan Ibnu bajjah mencari kebenaran dengan kebenaran itu sendiri.
menurutnya ”Al-farabi” filsafat adalah al ilmu bil maujudat bima hiya al maujudat,yang brarti suatu ilmu yang menyelidiki hakikat sebenarnya dari yang ada ini .
Sedangkan menurut ibnu bajjah mendefinisikan filsafat sama dengan apa yang telah di definisikan oleh Al-farabi,cun\man bedanya beliau ibnu bajjah di setiap beliau di hadapkan dengan segala persoalan hanya berdasarkan nalar semata.
B. RELEFANSINYA BAGI BANGSA INDONESIA
- dalam sistem Al-farabi dan ibnu bajjah seharusnya konstitusi di susun oleh kepala negara,yang di analogikan dengan seorang nabi dan imam, tidak ada kata identitas secara terperinci, tapi secara tidak langsung dia menyatakan tidak akan mencapai kesempurnaan kecuali lewt yang di bawa oleh para rasul dari tuhan yang maha tinggi(yaitu hukum tuhan atau syari’ah).
- sebuah pemerintahan takkan pernah jaya dan atau maju jika tujuan dengan reealitas dinamika kontroversi.


DAFTAR PUSTAKA
- Drs. H. A. Mustofa, filsafat islam Bandung pustaka setia 2004
- Drs. Aslam hady metafisika beberapa filosof islam jakarta rajawali 1988

Tidak ada komentar:

Posting Komentar