BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Dewasa ini dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan islam banyak diterpa masalah yang tak kunjung usai. Sedangkan tidak semua masalah dalam dunia pendidikan dapat dipecahkan dengan menggunakan metode ilmiah semata. Diantara masalah dalam dunia pendidikan sedikit banyaknya memerlukan pendekatan filosofis dalam pemecahannya. Analisis filsafat terhadap masalah-masalah tersebut diharapkan dapat menghasilkan pandangan-pandangan tertentu mengenai masalah-masalah tersebut. Dari fenomina tersebut lahirlah apa yang dinamakan filsafat pendidikan islam. Uraian mengenai filsafat pendidikan islam diharapkan akan banyak memberikan gambaran dan kemudahan dalam memahami problematika dunia pendidikan islam. Munculnya filsafat pendidikan islam sebagai suatu ilmu baru adalah sebagai akibat adanya hubungan timbal balik antara filsafat dan pendidikan dalam islam untuk memecahkan dan menjawab masalah-masalah pendidikan islam secara filosofis.
Dalam kajian makalah tentang filsafat pendidikan islam penulis menghususkan pada konsep pendidikan dalam perspektif Ibnu Khaldun.
RUMUSAN MASALAH
• Bagaimana riwayat Ibnu Khaldun?
• Bagaimana konsep pendidikan islam menurut Ibnu Khaldun?
TUJUAN
• Untuk mengetahui riwayat hidup Ibnu Khaldun
• Untuk mengetahui konsep pendidikan menurut Ibnu Khaldun
BAB II
PEMBAHASAN
RIWAYAT SINGKAT HIDUP IBNU KHALDUN
Dunia mendaulatnya sebagai “bapak sosiologi islam”. sebagai salah satu seorang pemikir hebat dan serba bisa sepanjang masa, buat pikirnya amat berpengaruh. sederet pemikir barat terkemuka, seperti Georg Wilhelm, Friedrich Hegel, robert Flint, Arnold J Toynbee, Ernest Gellner, Franz Rosenthal, dan Arthur Lager Mengagumi pemikirannya.
Tak heran, pemikir arab, Nj Dawood menjulukinya sebagai negarawan, ahli hukum, sejarawan dan sekaligus sarjana. Dialah Ibnu Khaldun, ilmuwan besar yang terlahir pada tanggal 27 Mei 1332 atau 1 Ramadhan 732 H di Tunisia. Oleh ayahnya ia diberi nama Abdur Rahman Abu Zayd Ibn Muhammad Ibn Khaldun.
Latar Belakang Pendidikan
Khaldun pertama kali menerima pendidikan langsung dari ayahnya, sejak kecil ia telah mempelajari tajwid, menghafal Al-Quran, dan fasih dalam qira’at al-sab’ah, di samping dengan ayahnya, ia juga mempelajari tafsir, hadits, fiqh (Maliki), gramatika bahasa arab, ilmu mantiq, dan filsafat dengan sejumlah ulama Andalusia dan Tunisia. pendidikan formalnya dilaluinya hanya sampai pada usia 17 tahun. dalam usia yang masih relatif muda ini ia telah mampu menguasai beberapa disiplin ilmu klasik, termasuk ‘ulum ‘aqliyah (ilmu-ilmu filsafat, tasawuf, dan metafisika). Di samping itu, Khaldun juga tertarik untuk mempelajari dan menggeluti ilmu politik, sejarah, ekonomi, geografi dan lain sebagainya. ketika usianya melewati 17 tahun ia kemudia belajar sendiri (otodidak), meneruskan apa yang telah diperolehnya pada masa pendidikan formal sebelumnya.
Karya – karyanya
Sebenarnya Ibnu Khaldun sudah memulai karirnya dalam bidang tulis menulis semenjak masa mudanya, tatkala ia masih menuntut ilmu pengetahuan, dan kemudian dilanjutkan ketika ia aktif dalam dunia politik dan pemerintahan. adapun hasil karya – karyanya yang terkenal diantaranya adalah:
Kitab Muqaddimah
Buku pertama dari kitab al-‘ibar yang terdiri dari bagian muqaddimah (pengantar). buku pengantar yang panjang inilah yang merupakan inti dari seluruh persoalan, dan buku ini juga yang mengangkat nama Ibnu Khaldun menjadi begitu harum. Adapun tema muqaddimah ini adalah gejala-gejala sosial dan sejarahnya.
Kitab Al-‘Ibar, Wa Diwan Al-Mubtada’ Wa Al-Khabar, Fi Ayyan Al-‘Arab Wa Al-‘Ajam Wa Al-‘Barbar, Wa Man Ashrumun Min Dzawi As-Sulthani Al-‘Akbar. (kitab pelajaran dan arsip sejarah zaman permulaan dan zaman akhir yang mencakup peristiwa politik mengenai orang-orang arab, non – arab, dan barbar, serta raja – raja besar yang semasa dengan mereka), yang kemudian terkenal dengan kitab ‘iba, yang terdiri dari tiga buku yaitu:
Buku pertama, kitab muqaddimah atau jilid pertama yang berisi tentang : masyarakat dan ciri-cirinya yang hakiki.
Buku kedua, terdiri dari empat jilid yaitu dari jilid kedua sampai jilid kelima, yang menguraikan tentang sejarah bangsa arab, genarasi – generasi serta dinasti – dinasti mereka.
Buku ketiga, terdiri dari dua jilid yaitu jilid keenam dan ketujua, yang berisi tentang sejarah bahasa Barbar dan Zanata yang merupakan bagian dari mereka, khususnya kerajaan dan negara-negara Maghribi (Afrika utara)
Kitab al-ta’rif bi Ibnu Khaldun wa rihlatuhu syargon wa gharban atau disebut al-ta’rif, dan oleh orang – orang barat disebut dengan autobiografi, merupakan bagian terakhir dari kitab al-‘ibar yang berisi tentang beberapa bab mengenai Ibnu Khaldun.
KONSEP PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF IBNU KHALDUN
1. Pengertian dan tujuan pendidikan menurut Ibnu Khaldun
Di dalam kitab muqaddimahnya Ibn Khaldun tidak memberikan definisi pendidikan secara jelas, ia hanya memberikan gambaran – gambaran secara umum, seperti dikatakan Ibnu Khaldun bahwa:
“barang siapa tidak terdidik oleh orang tuanya, maka akan terididik oleh zaman”
Maksudnya barangsiapa tidak memperoleh tata krama yang dibutuhkan sehubungan dengan pergaulan bersama melalui orang tua mereka yang mencakup guru – guru dan para sesepuh, dan tidak mempelajari hal itu dari mereka, maka ia akan memepelajarinya dengan bantuan alam, dari peristiwa – peristiwa yang terjadi sepanjang zaman, zaman akan mengajarkanya.
Dari pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan menurut Khaldun mempunyai pengertian yang cukup luas. Pendidikan tidak hanya proses belajar mengajar, tetapi pendidikan adalah suatu proses, dimana manusia secara sadar menangkap, menyerap dan menghayati peristiwa – peristiwa alam sepanjang zaman.
Adapun tujuan pendidikan menurut Khaldun ada enam, yaitu:
Menyiapkan seseorang dari segi keagamaan
Menyiapkan seseorang dari segi akhlak
Menyiapkan seseorang dari segi kemasyarakatan atau sosial
Menyiapkan seseorang dari segi vokasional atau pekerjaan
Menyiapkan seseorang dari segi pemikiran
Menyiapkan seseorang dari segi kesenia
2. Pandangan tentang manusia didik
Khaldun melihat manusia tidak terlalu menekankan pada segi kepribadiannya. Menurut Khaldun, manusia bukan merupakan produk nenek moyangnya. akan tetapi produk sejarah, lingkungan sosial, lingkungan alam, adat istiadat. karena itu, lingkungan sosial merupakan pemegang tanggung jawab dan sekaligus memberikan corak prilaku seorang manusia.
Pandangan Khaldun tentang manusia sebagai suatu makhluk yang berbeda dengan berbagai makhluk lainnya karena manusia mempunyai akal (Makhluk berfikir). Lewat kemampuan berfikirnya itu manusia tidak hanya membuat kehidupannya sehingga mampu melahirkan ilmu (Pengetahuan) dan teknologi, tetapi juga menaruh perhatian terhadap berbagai cara guna memperoleh makan hidup. Proses – proses semacam ini yang melahirkan peradaban.
Pada bagian lain, Khaldun berpendapat bahwa dalam proses belajar atau menuntut ilmu pengetahuan, manusia disamping harus sungguh – sungguh juga harus memiliki bakat. Menurutnya, dalam mencapai pengetahuan yang bermacam – macam itu seseorang tidak hanya membutuhkan ketekunan, tetapi juga bakat. Berhasilnya suatu keahlian dalam suatu bidang ilmu atau disiplin memerlukan pengajaran.
3. Pandangan tentang ilmu atau materi pendidikan
Adapun pandangan mengenai materi pendidikan. Karena materi merupakan salah satu komponen operasional pendidikan, maka dalam hal ini Khaldun telah mengklasifikasikan ilmu pengetahuan yang banyak dipelajari manusia pada waktu itu menjadi dua macam, yiatu:
Ilmu Naqli (Traditional science)
Meliputi al-qur’an, hadits, ‘ulum al-qur’an, ‘ulum al-hadits, fiqh, ushul fiqh, ilmu kalam, tasawuf dan ta’bir ru’ya.
Ilmu Aqli (Rational science)
Meliputi mantiq, fisika, matematika, kedokteran, pertanian, metafisika, geometri, al-jabar, musik dan astronomi.
Diantara ilmu tersebut ada yang harus diajarkan kepada anak didik, yaitu:
Ilmu syari’ah dengan semua jenisnya
Ilmu filsafat seperti ilmu alam dan ilmu ketuhanan
Ilmu alat yang membantu ilmu agama seperti ilmu bahasa, gramatika dan sebagainya.
Ilmu alat yang membantu ilmu falsafah seperti ilmu mantiq
4. Pandangan mengenai kurikulum
Sebelum membahas pandangan Khaldun mengenai kurikulum, perlu diketahui bahwa pengertian kurikulum pada zamannya berbeda dengan pengertian kurikulum masa kini (modern). Pengertian kurikulum pada masa Khaldun masih terbatas pada maklumat – maklumat dan pengetahuan yang dikemukaan oleh guru atau sekolah dalam bentuk mata pelajaran yang terbatas atau dalam bentuk kitab – kitab tradisional yang tertentu, yang dikaji oleh murid dalam tiap tahap pendidikan. Sedangkan pengertian kurikulum modern telah mencakup konsep yang lebih luas yang di dalamnya mencakup konsep yang lebih luas, seperti tujuan pendidikan yang ingin dicapai, pengetahuan – pengetahuan, maklumat – maklumat, data kegiatan – kegiatan, pengalaman – pengalaman dari mana terbentuknya kurikulum itu, metode pengajaran serta bimbingan kepada murid, ditambah metode penilaian yang dipergunakan untuk mengukur kurikulum dan hasil proses pendidikan.
Sementara pemikiran Khaldun tentang kurikulum dapat dilihat dari epistimologinya. Menurutnya, ilmu pengetahuan dalam kebudayaan umat islam dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: ilmu pengetahuan syari’at dan ilmu pengetahuan filosofis. Ilmu pengetahuan syari’ah dan filosofis merupakan pengetahuan yang ditekuni manusia (peserta didik) dan saling berinteraksi, baik dalam proses memperoleh atau proses mengajarkannya. Konsepsi ini kemudian merupakan pilar dalam merekonstruksi kurikulum pendidikan islam yang ideal, yaitu kurikulum pendidikan yang mampu mengantarkan peserta didik yang memiliki kemampuan membentuk dan membangun peradaban umat manusia.
5. Pandangan mengenai metode pendidikan
Dalam melaksanakan tugasnya, seorang pendidik hendaknya mampu menggunakan metode mengajar yang efektif dan efisien. Dalam hal ini, Khaldun sebagaimana dikutip Scheleife mengemukakan enam prinsip utama yang perlu diperhatikan pendidik, yaitu:
Prinsip pembiasaan
Prinsip tadris (berangsur – angsur)
Prinsip pengenalan umum (generalistik)
Prinsip kontinuitas
Memperhatikan bakat dan kemampuan peserta didik
Para pendidikan hendaknya mengetahui kemampuan dan dara serap peserta didik. Kemampuan ini akan bermanfaat bagi menetapkan materi pendidik yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik.
Menghindari kekesaran dalam mengajar
Menurut khaldun, seseorang yang dahulunya diajarkan dengan cara kasar, keras dan cacian akan dapat mengakibatkan gangguan jiwa pada si anak, anak yang demikian cenderung menjadi pemalas dan pendusta, murung, dan tidak percaya diri serta berperangai busuk, mengemukakan sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya yang disebabkan ia merasa takut diperlakukan keras atau kasar.
Di dalam buku muqaddimahnya, Khaldun telah mencanangkan langkah – langkah pendidikan, yaitu:
Pertama, di dalam memberikan pengetahuan kepada anak didik, pendidik hendaknya memberikan problem – probelm pokok yang bersifat umum dan menyeluruh, dengan memperhatikan kemampuan akal anak didik.
Kedua, setelah pendidik memberikan problem – problem yang umum dari pengetahuan tadi, baru pendidik membahasnya lebih detail dan terperinci.
Ketiga, pada langkah ketiga ini pendidik menyampaikan pengetahuan kepada anak didik secara lebih terperinci dan menyeluruh, dan berusaha membahas semua persoalan bagaimanapun sulitnya agar anak didik memperoleh pemahaman yang sempurna.
Selain itu Khaldun juga menyebutkan keutamaan metode diskusi, karena dengan metode ini anak didik telah terlibat dalam mendidik dirinya sendiri dan mengasah otak, melatih untuk berbicara, menghidupkan kreativitas pikir anak, dapat memecahkan masalah, pandai menghargai pendapat orang lain dan percaya diri. Atau dengan kata lain metode ini dapat membuat anak didik berfikir reflektif dan inovatif. Khaldun juga menganjurkan metode peragaan, karena dengan metode ini proses pengajaran akan lebih efektif dan materi pelajaran akan lebih cepat ditangkap anak didik. Satu hal yang menunjukkan kematangan berfikir Khaldun yaitu prinsipnya yang menyatakan bahwa belajar bukan penghafalan di luar kepala, melainkan pemahaman, pembahasan dan kemampuan berdiskusi.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam kajian tentang konsep pendidikan dalam perspektif Ibnu Khaldun ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian. Yaitu sebagai ilmuan dan sejarawan, Khaldun telah banyak turut mewarnai pemikiran – pemikiran tentang pendidikan. Dia telah mencanangkan dasar – dasar dan sistem pendidikan yang patut diteladani baik di masa lalu maupun masa sekaran. Dari segi metode, materi, maupun kurikulum yang ditawarkan secara keseluruhan pantas untuk dikaji dan dicermati. Dia telah menyajikan pandangan – pandangannya dalam bentuk orientasi umum, sehigga dia mengatakan bahwa aktifitas pendidikan bukan semata – mata bersifat pemikiran dan perenungan, akan tetapi ia merupakan gejala sosial yang menjadi ciri khas insani, dan karenanya ia harus dinikmati oleh setiap makhluk sosial yang bernama manusia. Karena orientasi pendidikan menurut Khaldun adalah bagaimana bisa hidup bermasyarakat. Adapun metode yang ditawarkan Khaldun bersifat intelektualitas, dengan prinsip memberikan kemudahan – kemudahan bagi anak didik guna tercipta tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
SARAN
Orang bijak mengatakan bahwa ” tak ada gading yang tak retak”. Tidak ada sesuatu di jagad raya ini yang sempurna. Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata. Begitu pula dengan penyajian makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Penulis mengharapkan masukan – masukan yang berupa kritik dan saran konstruktif guna pembuatan makalah selanjutnya, sehingga penulis dapat membenahi sedikit demi sedikit kesalahan dan kekurangan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 1991
Nata Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1997
Nizar Samsul, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta, Ciputat pers, 2002
________ , Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, jakarta, Gaya Media Pratama, 2001
http://uinsuka.info/ejurnal/index.php?option=comcontent&task=view&id=100&itimed=52
http://zaldym.wordpress.com /2008/10/23/ibnu-khaldun-bapak- sosiologi-islam
http://www.republika.co.id/berita/34525/ibnu-khaldun-peletak-dasar-sosiologi-islam
http://www.republika.co.id/berita/34525/ibnu-khaldun-peletak-dasar-sosiologi-islam
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm., 171
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis (Jakarta, Ciputat pers, 2002), hlm., 91
http://zaldym.wordpress.com /2008/10/23/ibnu-khaldun-bapak- sosiologi-islam
http://uin-suka.info/ejurnal/index.php?option=com-content&task=view&id=100&itimed=52
Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Hlm., 93
Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta, Bumi Aksara, 1991), hlm., 155
Nata, Filsafat Pendidikan, hlm., 175
Samsul Nizar, Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam (jakarta, Gaya Media Pratama, 2001), hlm., 22
Nata, Filsafat Pendidikan, hlm., 176
http://uin-suka.info/ejurnal/index.php?option=com-content&task=view&id=100&itimed=52
Nizar, Filsafat Pendidikan,hlm., 95
Ibid.hlm., 96
Ibid.hlm., 95
Ibid.hlm., 94
Nata, Filsafat Pendidikan.hlm., 177
http://uin-suka.info/ejurnal/index.php?option=com-content&task=view&id=100&itimed=52
Ibid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar