A. Asal-usul Maturudiyah
Aliran maturidiyah di samarkand, pertengahan kedua dari abad IX M. perndirinya adalah Abu Mansur Muhammad Ibn Muhammad Ibn Mahmud Almaturidi. Riwayat tidak banyak diketahui. Ia sebagai pengikut Abu Hanifa sehingga paham teologinya memiliki banyak persamaan dengan paham-paham yang dipegang Abu Hanifa. Sistem pemikiran aliran maturidiyah, termasuk golongan teologi ahli sunah.
Untuk mengetahui sistem pemikiran Al-maturidi, kita bisa meninggalkan pikiran-pikiran asy’ary dan aliran mu’tasilah, sebab is tidak lepas dari suasana zamannya. Maturidiyah dan asy’aryah sering terjadi persamaan pendapat karena persamaan lawan yang dihadapinya yaitu mu’tazilah. Namun, perbedaan dan persamaannya masih ada.
Al-maturidi dalam pemikiran teologinya banyak menggunakan rasio. Hal ini mungkin banyak dipengaruhi oleh Abu Hanifa karena Al-maturidi sebagai pengikut Abu Hanifa. Dan timbulnya aliran ini sebagai reaksi terhadap mu’tazilah.
B. Pokok-Pokok Ajaran Maturidiyah
- Kewajiban mengetahui tuhan. Akal semata-mata sanggup mengetahui tuhan. Namun itu tidak sangup dengan sendirinya hukum-hukum takliti (perintah-perintah Allah SWT).
- Kebaikan dan keburukan dapat diketahui dengan akal.
- Hikmah dan tujuan perbuatan tuhan
Perbuatan tuhan mengandung kebijaksanaan (hikmah). Baik dalam ciptaan-ciptaannya maupun perintah dan larangan-larangannya, perbuatan manusia bukanlah merupakan paksaan dari Allah, karena itu tidak bisa dikatakan wajib, karena kewajiban itu mengandung suatu perlawanan dengan iradahnya.
C. Golongan-golongan Di dalam Maturidiyah
Ada dua golongan didalam maturidiyah yaitu ;
- Golongan samarkand
Yang menjadi golongan ini adalah pengikut Al-Maturidi sendiri, golongan ini cederung ke arah paham mu’tazilah, sebagaimana pendapatnya soal sifat-sifat tuhan, maturidi dan asy’ary terdapat kesamaan pandangan, menurut maturidi, tuhan sifat-sifat, tuhan mengetahui bukan dengan zatnya, melainkan dengan pengetahuannya. Begitu juga tuhan berkuasa dengan zatnya.
Mengetahui perbuatan-perbuatan manusia maturidi sependapat golongan mu’tazilah, bahwa manusialah sebenarnya mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Apabila ditinjau dari sini, maturidi berpaham qadariyah.
Maturidi menolak paham-paham mu’tazilah, antara lain dalam soal :
a. Tidak sepaham mengenai pendapat mu’tazilah yang mengatakan bahwa al-qur’an itu makhluk
b. Al-salah wa al-aslah
c. Paham posisi menengah kaum mu’tazilah
Namun maturidi juga sepaham dengan mu’tazilah dalam soal al-waid wa al-waid. Bahwa janji dan ancaman tuhan, kelak pasti terjadi. Demikian pula masalah antropomorphisme. Dimana maturidi berpendapat bahwa tangan wajah tuhan, dan sebagainya seperti penggambaran al-qur’an. Mesti diberi arti kiasan (majazi). Dalam hal ini. Maturidi bertolak belakang dengan pendapat asy’ary yang menjelaskan bahwa ayat-ayat yang menggambarkan tuhan mempunyai bentuk jasmani tak dapat diberi interpretasi (ditakwilkan)
- Golongan Buk Hara
Golongan Bukhara ini dipimpin oleh Abu Al-yusr Muhammad Al-Bazdawi. Dia merupakan pengikut maturidi yang penting dan penerus yang baik dalam pemikirannya. Nenek Al-Bazdawi menjadi salah satu murid maturidi. Dari orang tuanya, Al-Bazdawi dapat menerima ajaran maturidi.
Dengan demikian yang dimaksud golongan Bukhara adalah pengikut-pengikut Al-Bazdawi di dalam aliran Al-maturidiyah, yang mempunyai pendapat lebih dekat-pendapat Al-asy’ary.
Namun walaupun sebagai aliran maturidiyah. Al-Bazdawi tidak selamanya speaham dengan maturidi. Ajaran-ajaran teologinya banyak dianut oleh sebagian umat Islam yang bermazab Hanafi. Dan pemikiran-pemikiran maturidiya sampai sekarang masih hidup dan berkembang dikalangan umat Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar