Sebelum membahas mengenai perkembangan pada masa bayi kita harus paham apa itu psikologi perkembangan (Developmental Psychology).
Psikologi perkembangan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari perkembangan dan perubahan aspek kejiwaan manusia sejak dilahirkan sampai dengan mati. Satu cabang dari psikologi yang ditujukan untuk memahami semua perubahan yang terkait dengan pertambahan usia yang dialami oleh manusia sepanjang rentang kehidupannya. Dikatakan "Cabang dari ilmu psikologi", karena psikologi memiliki berbagai cabang lain yang mempelajari tentang manusia. Satu bidang dari psikologi yang fokus pada perkembangan sepanjang rentang kehidupan.
Development (Perkembangan) adalah perubahan di dalam perilaku yang berhubungan dengan pertambahan usia, dan perubahan yang terjadi kurang lebih dapat diprediksi
Ex: Seorang anak yang sejak kecil diperlakukan sebagai "mama's boy", maka dapat diprediksi ketika telah menikah akan memperlakukan istrinya sebagai pengganti sang "mama".
Kali ini penulis akan membahas mengenai perkembangan yang dialami manusia pada masa bayi. Namun sebelum membahas itu kami akan menjelaskan hal-hal yang terjadi pada bayi.
Refleks
Bayi memiliki sifat refleks untuk mengatur gerakan-gerakan bayi yang baru lahir. Sifat refleks ini adalah otomatis dan berada diluar kendali bayi yang baru lahir tersebut. Sifat-sifat refleks itu meliputi:
Refleks mengisap; terjadi ketika bayi yang baru lahir secara otomatis mengisap benda yang ditempatkan di mulut mereka.
Refleks mencari; terjadi ketika bayi itu disentuh pipinya maka ia akan memalingkan kepala ke arah benda yang menyentuhnya.
Refleks moro; adalah suatu respon tiba-tiba pada bayi yang baru lahir akibat suara atau gerakan yang mengejutkannya. Bayi tersebut akan melengkungkan punggungnya, melemparkan kepalanya ke belakang dan merentangkan lengan dan kakinya.
Refleks menggenggam; yang terjadi ketika sesuatu menyentuh telapak tangan bayi. Bayi merespon dengan cara menggenggam kuat[1].
BB (Berat Badan)
Ketika lahir, berat normal bayi berkisar antara 2,5 kg-4 kg. Berat lahir ini dipengaruhi kesehatan ibu dan janin. Waktu usia kehamilan 6 bulan, sebetulnya tubuh bayi sudah lengkap secara keseluruhan, tapi beratnya masih sekitar 1 kg. Antara usia kehamilan 6-9 bulan bobotnya bertambah bertambah 1-3 kg, hingga begitu lahir beratnya sudah bertambah sebanyak pertambahan pada tiga bulan terakhir kehamilan itu.
Jadi, 3 bulan terakhir masa kehamilan tersebut menentukan berat lahir bayi. Maka itu, saran Eva, pada 3 bulan terakhir kehamilan, ibu harus memperhatikan konsumsi makanannya. Apalagi pada 3 bulan terakhir tersebut, nafsu makan ibu juga cenderung meningkat. Sebab, jika ibu mengkonsumsi makanan yang berlebihan, bayi yang dilahirkannya pun akan besar. Tentunya ini akan menyulitkan ibu untuk persalinan normal. “Sebaiknya, bila usia kehamilan sudah 6 bulan ke atas, ibu mengatur makanannya sesuai dengan gizi seimbang termasuk banyak makan sayur dan buah-buahan segar.”
Eva juga mewanti-wanti agar kaum ibu jangan salah kaprah menafsirkan bahwa karena hamil ia harus makan untuk dua orang alias dua porsi. Hal ini tak benar. “Kebutuhan wanita dewasa sehari-harinya itu, kan, 2.000 kalori. Jadi, bukan berarti saat hamil harus digandakan. Yang benar, ibu hamil perlu tambahan kalori sebanyak 300 kalori. Jadi, yang dibutuhkan sebetulnya hanya 2.300 kalori.”
Berat lahir akan mempengaruhi BB anak selanjutnya. Jadi, kalau bayinya kecil, nantinya pun akan kecil, dan sebaliknya. Umumnya, kenaikan BB di bulan pertama kira-kira 1-1,5 kg. Bulan kedua kenaikannya antara 3/4-1 kg. Bulan ketiga naik antara 1/2-3/4 kg. Makin bertambah usianya, kenaikan BB tak terlalu besar. “Biasanya berat bayi setelah usia 4-5 bulan akan jadi dua kali berat lahir. Usia setahun jadi 3 kali berat lahir. Jadi, kalau berat bayi lahir 4 kg, usia 4-5 bulan mencapai 8 kg, dan usia setahun jadi 12 kg.” Walaupun perkiraan itu bukan harga mati, karena tak semua bayi dengan berat lahir 4 kg akan berukuran 12 kg saat usia setahun. “Tapi masih disebut normal bila plus-minusnya 2 kg. Misal, beratnya hanya 10 kg,” jelas Eva. Untuk kenaikan berat badan ini, tambahnya, ada kurva normal yang menentukan berat anak apakah termasuk kurang, normal atau berlebih.
Faktor yang mempengaruhi BB anak antara lain asupan makanan yang baik, terutama dari ASI selama 6 bulan pertama. Bukan itu saja. Faktor penyakit bisa menyebabkan pertumbuhan BB anak tak maksimal. Penyakit yang bisa dijumpai pada usia bayi adalah penyakit jantung bawaan. “Jantung itu penting sekali untuk mengalirkan darah yang membawa zat-zat makanan. Kalau jantungnya bocor, darah bersih dan kotor akan bercampur, dengan demikian tubuh pun akan kekurangan oksigen yang menyebabkan gangguan pertumbuhan.” Penyakit jantung bawaan pun berpengaruh pada daya isap bayi yang tak baik, dengan demikian asupan makannya pun berkurang. Selain itu, penyakit diare juga dapat mengganggu pertumbuhan. Kalau dalam seharinya bisa 15 kali BAB, tentu makanan yang masuk hanya sekadar lewat, tak ada yang diserap tubuh. Demikian pula penyakit batuk-batuk atau kelainan paru-paru bawaan juga bisa menyebabkan pertumbuhan anak tak maksimal. Bukankah penyakit ini akan menimbulkan sesak nafas hingga menyebabkan daya isap bayi juga tak kuat? Berarti pemasukan makannya pun kurang. Hal ini akan berpengaruh pada metabolismenya, membuat BB anak pun jadi tak optimal atau kurus.
TB (Tinggi Badan)
Menurut Eva, pertumbuhan TB bayi juga dipengaruhi asupan makanan. Bila asupannya kurang, anak pun akan jadi kurus dan pendek. Selain juga akan menganggu perkembangan otaknya. Berbeda dengan orang dewasa, yang bila asupan makanannya kurang, mungkin hanya mempengaruhi BB-nya, sementara tingginya tidak jadi berkurang atau pendek, karena pertumbuhannya sudah selesai.
Umumnya bayi baru lahir memiliki tinggi antara 45 cm-52 cm. Pertumbuhan TB anak cepat sekali. Usia setahun, misal, tingginya akan 1 1/2 kali panjang lahir, dan usia 4 tahun 2 kali panjang lahir. Jadi, semisal panjang lahirnya 50 cm, saat usia setahun tingginya 75 cm dan usia 4 tahun 100 cm. Jika makanannya kurang, TB-nya pun tak mencapai 75 cm di usia setahun. Selain faktor makanan, TB juga dipengaruhi faktor genetik. Jadi, kalau TB-nya kurang, perlu dilihat pula bagaimana genetiknya atau tinggi badan orang tuanya. Apakah ayah atau ibunya tinggi atau pendek.
Ketika badan meninggi, tulang-tulang ikut bertambah panjang, terutama tulang-tulang panjang, seperti tulang tangan atas-bawah dan tungkai atas-bawah. Dengan bertambah usia, tulang yang masih rawan atau yang berada di ujung-ujung tulang panjang itulah yang akan terus bertumbuh. Faktor yang berperan pada percepatan pertumbuhan tulang ini adalah makanan yang mengandung kalsium. Jika kalsiumnya cukup, tentu pertumbuhan tulangnya juga bagus, kecuali anak-anak dengan kelainan bawaan, seperti penyakit ricket (rachitis) atau kurang vitamin D, hingga tulang-tulangnya akan tetap pendek.
Lingkar Kepala
Lingkar kepala berkaitan dengan pertumbuhan otak. Pada bayi baru lahir, ukuran kepalanya umumnya kecil karenasutura-sutura-nya (sambungan tulang kepalanya) belum menyatu atau belum terikat. Nah, dengan bertambah usia, tulang-tulang rawan yang masih belum terikat itu akan meregang karena pertumbuhan otak, hingga ukuran lingkar kepala bayi pun bertambah besar. Sampai usia 5 tahun, tulang-tulang rawan itu akan jadi tulang tetap. Jika tulang kepala tak berkembang, otak yang berada di dalamnya tak punya ruang untuk berkembang. Akibatnya, otak akan terjepit dan membuat ia mengalami kejang-kejang. Kepala yang kecil inilah yang dinamakan mikrosefalus.
“Umumnya lingkar kepala bayi baru lahir berkisar antara 35 cm dengan standar deviasi atau plus minus 2 cm. Bila ukurannya kecil, bisa diduga ada kelainan, hingga harus dilakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui apakah pertumbuhan otaknya tak sempurna atau tak normal.” Tapi jangan pula terpaku pada anggapan kalau anak memiliki kepala yang lebih besar akan pintar dan kalau kepala lebih kecil akan bodoh. Sebab, yang harus dilihat bukan hanya lingkar kepala saja, tapi juga kedalaman korteks otak. Ada juga yang otaknya kecil, tapi sulkus-nya (lekukannya) dalam-dalam. Jadi, kalau korteks-nya diukur sebetulnya luas. “Otak manusia dibagi dua bagian. Bagian dalam dinamakan medula, dan bagian luarnya dinamakan korteks. Pada manusia, korteks lebih tebal dibanding medula. Nah, pada binatang justru sebaliknya. Karena itu memori manusia lebih besar dari binatang. Manusia bisa bicara, menulis, membaca, dan sebagainya.”
Kerasnya Otot
Asupan makanan yang masuk juga menentukan tonus otot bayi. Ada, kan, bayi yang otot-ototnya tampak lembek, tapi ada juga yang agak keras atau padat. Biasanya bayi yang diberi ASI, tonus ototnya lebih baik dibanding yang mendapat susu botol. Selain itu, kalau diukur otot lingkar lengan atasnya akan lebih besar. Dengan otot lingkar lengan atasnya lebih besar berarti ada ketebalan lemak di bawah kulitnya, kan? Pengukuran lingkar lengan atas ini dilakukan untuk melihat status gizi anak dan biasanya dikerjakan oleh ahli gizi. Memang, pengukuran lingkar lengan atas ini jarang sekali dilakukan untuk pemeriksaan, kecuali untuk tujuan penelitian.
Di usia bayi, kekerasan dan kekuatan ototnya tergantung pula pada latihan. Biasanya otot-otot yang terlatih adalah otot mulut karena dia mengisap ASI, selain juga otot leher, tangan, dan kaki. Kalau ototnya kuat atau keras, maka perkembangan motorik kasarnya pun akan lebih cepat.
Di usia 2 bulan biasanya bayi bisa mengangkat lehernya. Pada usia 3-4 bulan mengangkat tegak lehernya 90 derajat. Sekitar usia 4-5 bulan sudah bisa tengkurap dan membalik-balikan badannya. Kemudian, sekitar usia 6-7 bulan sudah duduk sendiri. Usia 8-9 bulan berdiri, dan 9-12 bulan berjalan.
Begitupun dengan perkembangan motorik halusnya. Bayi usia 0-12 bulan perkembangan motorik halusnya antara lain; dapat menjangkau, menggenggam dan memasukkan benda ke dalam mulut. Mengenai benda dengan menggunakan jempol dan satu jari. Memindahkan benda dari tangannya. Menjatuhkan benda mainan dan memunggutnya kembali.
Semua perkembangan di atas tergantung kekuatan ototnya. Bila ototnya lemah maka akan mengganggu perkembangan motorik kasar dan halusnya tersebut.
Perkembangan motorik
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang mensetir setiap gerakan yang dilakukan anak.Semakin matangnya perkembangan system syaraf otak yang mengatur otot m,emungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik anak dibagi menjadi dua:
1. Keterampilan motorik kasar meliputi kegiatan otot-otot besar seperti menggerakkan lengan dan berjalan.
2. Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi meliputi gerakan-gerakan menyesuaikan secara lebih halus, seperti ketangakasan jari[2].
Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.
Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru, kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak factor, yaitu perkembangan system syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak dan juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Selain berkaitan erat dengan fisik dan intelektual anak, kemampuan motorik pun berhubungan dengan aspek psikologis anak.
Namun secara ringkas perkembangan bayi dapat digolongkan dalam dua fase.
Masa Bayi Baru Lahir (New Born).
Masa ini dimulai dari sejak bayi lahir sampai bayi berumur kira-kira 10 atau 15 hari. Dalam perkembangan manusia masa ini merupakan fase pemberhentian (Plateau stage) artinya masa tidak terjadi pertumbuhan/perkembangan.
Ciri-ciri yang penting dari masa bayi baru lahir ini ialah:
¬ Periode ini merupakan masa perkembangan yang tersingkat dari seluruh periode perkembangan.
¬ Periode ini merupakan saat penyesuaian diri untuk kelangsungan hidup/ perkembangan janin.
¬ Periode ini ditandai dengan terhentinya perkembangan.
¬ Di akhir periode ini bila si bayi selamat maka merupakan awal perkembangan lebih lanjut.
Masa Bayi (Babyhood)
Masa ini dimulai dari umur 2 minggu sampai umur 4 tahun.
Masa bayi ini dianggap sebagai periode kritis dalam perkembangan kepribadian karena merupakan periode di mana dasar-dasar untuk kepribadian dewasa pada masa ini diletakkan.
Berikut adalah perkembangan bayi pada umumnya, namun perkembangan tiap bayi tentunya berbeda-beda satu sama lain.
1 bulan : Secara refleks dapat memegang benda yang menyentuh telapak tangannya.
2 bulan : Dapat menatap, dapat tersenyum, bersuara a, e, h
3 bulan : Menggerakkan benda yang dipegangnya, memandang gerakan benda dengan bola mata sampai ke sudut matanya
4 bulan : Bermain dengan kedua tangan dan memasukkan tangan ke mulut, tertawa, bergurau, tengkurap
5 bulan: Menggulingkan badan, menyentuh mainan, membedakan suara
6 bulan :Bertopang pada kedua tangan, memindahkan mainan dari satu tangan ke tangan lainnya, menoleh
7 bulan : Membalikkan badan, bermain dengan tangan dan kaki, mulai mengoceh
8 bulan : Belajar duduk, memperhatikan gerak gerik orang, tertarik pada bayangan sendiri dalam cermin
9 bulan : Merayap, dapat berdiri tegak bila dipegang, main cilukba/petak umpet
10 bulan : Berayun pada tangan dan lutut, belajar berdiri sambil berpegangan, menjepit benda dengan kedua jari tangan
11 bulan : Merangkak, belajar berjalan ke samping atau rambatanBerjalan bila kedua tangan dipegang
12 bulan : Berjalan sendiri, bermain kejar-kejaran, dapat mengerjakan tugas-tugas sederhana
BAB II
PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA MASA BAYI
1. Perkembangan Kognitif Pada masa Bayi Menurut Piaget
Dalam pandangan Piaget tahap-tahap perkembangan pemikiran dibedakan atas empat tahap, yaitu tahap pemikiran sensorik-motorik, praoperasional, operasional-konktret, operasional formal.
Pemikiraqn bayi termasuk kedalam pemikiran sensorik motorik, tahap sensorik motorik belangsung ari kelahiran hingga kira-kira berumur 2 tahun. Selama tahap ini berkembangan mental di tandai dengan perkembangan pesat dengan kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik dalam hal ini bayi yang baru lahir bukan saja menerima secara pasif rangsangan – rangsangan terhadap alat-alat inderanya, melainkan juga aktif memberikan respons terhadap rangsangan tersebut, yakni melalui gerak-gerak refleks. Pada akhir tahap ini ketika anak berusia 2 tahun, pola-pola sensorik motoriknya semakin komplek dan mulai mengadopsi suatu system symbol yang primitive. Misalnya, anak usia 2 tahun dapat membayangkan sebuah mainan dan memanipulasinya dengan tangannya sebelum mainan tersebut benar-benar ada. Anak juga dapat menggunakan kata-kata sederhana, seperti “ mama melompat “ untuk menunjukkan telah terjadinya sebuah peristiwa sensorik motorik.
Tahap sensorik-motorik di bagi menjadi 6 tahap yaitu :
1. Reflek sederhana (simple refleks)
Waktu : bulan pertama setelah kelahiran
Karakteristik : pada subtahap ini, alat dasar koordinasi sensasi dan aksi ialah melalui perilaku refleksif dalam ketiadaan rangsang reflektif yang jelas
2. Kebiasaan-kebiasaan pertama dan reaksi serkuler primer (first habits and primary circular reactins)
Waktu : antara usia 1 dan 4 bulan
Karakteristik : pada sub tahap ini bayi belajar mengoganisasikan sensasi dan tpe skema atau struktur, yaitu kebiasaan-kebiasaan dan reaksi sirkuler primer. Suatu kebiasaan ialah suatu skema yang di dasrkan atas suatu refleks yang sederhana
Contoh : seorang bayi pada sub tahap 1 akan menghisap bila secara oral di rangsang oleh suatu botol tetapi pada sub tahap 2 ini dapat melatih isapan bahkan bila tidak ada botol muncul. Rekasi sirkler primer ialh suatu skema yang di dasarkan pada usaha bayi untuk memproduksi suatu peristiwa yng menarik atau menyenangkan yang pada mulanya terjadi secara kebetulan.
Contoh : seorang anak secara kebetulan menghiasap jarinya ketika jarinya di dekatkan didekat mulutnya, kemudian dia mencarinya untuk di hiap lagi jari yang bekerja sama dalam pencarian karena bayi tidak dapat meng koordinasikan tindakan visual dan tindakn manual.
3. Reaksi sirkuler sekunder (secondary circular reaction)
Waktu : antara usia 4 dan 8 bulan
Karakteristik : pada subtahap ini bayi semakin berorientasi atau berfokus pada benda didunia, yang bergerak dalam keasyikan dengan diri sendiri dalam interaksi sensorik motorik
Contoh : kesempatan menggoyang-goyangkan suatu mainan yang berbunyi kertak-kertak, misalnya dapat menakjubkan bayi dan selanjutnya akan mengulangkan tindakan ini dalam rangka mengalami ketakjuban, bayi meniru tindakan orang lain seperti berbicara, dll
4. Koordinasi reaksi sirkuler sekunder (coordination secondary circular reaction)
Waktu : antara usia 8 sampai 12 bulan
Karakteristik : pada subtahap ini, beberapa perubahan yang signofikan berlangsung meliputi koordinasi skema dan kesenjangan. Bayi dapat mengkoordinasikan dan mengkombinasikan ulang skema yang telah dipelajari sebelumnya dengan cara yang terkoordinasi.
Berkaitan dengan koordinasi ini adalah pencapaian kedua adanya kesenjangan (intentionality), pemisahan cara dan tujuan dalam melaksanakan perbuatan yang sederhana.
Contoh : Bayi dapat menggunakan suatu tongkat (cara) untuk meraih suatu mainanyang diinginkan didalam jangkauan tertentu (tujuan)
5. Reaksi sirkuler tersier, kesenangan atas sesuatu yang baru dan keingintahuan (tertiery circular reaction, novelty and curiocity)
Yaitu suatu skema dimana bayi dengan tujuan tertentu menjelajahi kemungkinan-kemungkinan benda-benda dan terus-menerus mengubah apa yang dilakukan terhadap benda-benda itu dan mengamati hasilnya.
Waktu : antara usia 12 bulan dan 18 bulan
Karakteristik : pada sub tahap ini bayi semakin terbugah minatnya oleh berbagai hal yang ada pada benda-benda itu dan oleh banyaknya hal dapat mereka lakukan pada benda-benda itu
Contoh : balok dapat di buat jatuh, berputar atau di tabrkkan ke benda lain
- Internalisasi skema ( internalization of schemes)
Antara usia 18 bulan dan 24 bulan
Karakteristik : pada sub tahap ini, fungsi mental bayi berubah dar suatu tarap sensorik-motorik murni menjadi suatu tarap simbolis dan bayi mulai mengembangkan kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol primitif
Simnol primitif adalah representasi peristiwa yang di alami bayi melalui sensoris gambar atau kata yang terinterisasi dalam dirinya
Contoh : seorang anak membuka pintu pelan-pelan agar setumpuk kertas yang di etakkan di atas lantai tidak terbang kemana-mana. Dengan jelas anak memiliki suatu gambaran kertas atas kertas y6ang belum pernah dia lihat sebelumnya dan apa yang terjadi pada kertasitu bila pintu di buka dengan cepat.
- PERSPEKTIF BARU TENTANG PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA MASA BAYI
Pada dasawarsa lalu, muncul suatu pemahaman baru tentang perkembangan kognitif bayi setelah adanya penelitian bayi.
Teori perkembangan sensorik motorik Piaget disanggah dari dua sumber, yaitu:
- penelitian yang mendalam di bidang perkembangan persepsi bayi menunjukkan bahwa suatu dunia persepsi yang lebih stabil dan nyata telah di bangun jauh lebih awal pada masa bayi dibandingkan dengan yang di bayangkan oleh Piaget.
- Para peneliti baru-baru ini telah menemukan memory dan bentuk-bentuk kegiatan simbolis lainnya terjadi sekurang-kurangnya pada semester kedua tahun pertama.
Perkembangan persepsi dan konsepsi pada bayi menunjukkan bahwa bayi memiliki kemmpuan persepsi yang lebih canggih dan dapat memulai berpikir jauh lebih awal di bandingkan apa yang di bayangkan oleh Piaget.
Para peneliti bahwa bayi terlahir dengan apa atau memperoleh kemampuan-kemampuan ini sebelumnya di dalam perkembangan mereka.
BAB III
PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL PADA BAYI
1. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL PADA BAYI
Psikososial, istilah ini dipakai dalam kaitannya dengan perkembangan. Secara khusus hal ini berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. itu kenapa dalam tahap perkembangan psikososial pada bayi, perhatian dan segala bentuk kasih sayang seorang ibu merupakan hal yang sangat urgen sehingga bila ibu berhasil memuaskan kebutuhan dasar bayi dalam fase ini maka anak tersebut akan merasa aman dan melangkah dengan mantap ke fase berikutnya . Bila fase oral tidak terselesaikan dengan baik maka akan terbawa ke fase berikutnya. Ketidaksiapan tersebut tampak pada perilaku anak yang tetap ingin bergantung, dan menolak untuk mandiri. Perkembangan psikososial pada bayi usia 2-3 bulan, respon yang ditunjukkan yaitu tertawa, misal, bila diajak bercanda. Jadi, ada kontak mata. Jika menangis pun jelas, entah karena lapar atau buang air. Makin usia bertambah, pada bayi normal juga akan aktif bereksplorasi atau punya keingintahuan besar pada objek-objek di sekelilingnya. Sedangkan paua bayi autis, tak demikian. sang bayi tidak memberikan respon apa pun, entah kala diajak bercanda atau bercakap-cakap. Bila menangis, tangisannya juga tak jelas disebabkan apa. Jikapun ada kontak mata, matanya mungkin terlihat kosong tak bermakna. Kala tiba masa ekplorasi, ia juga tak tertarik dengan yang ada di sekelilingnya. Kertarikan hanya pada satu objek saja yang bisa lekat dan terus-menerus.
Sedangkan pada perkembangan psikososial bayi usia 4 bulan adalah sudah dapat melakukan kontak mata dan tersenyum kepada orang yang sering dilihatnya. Bila hal tersebut tidak muncul, orang tua harus waspada dan segera memeriksakan bayinya. Sebab, ada kemungkinan si bayi memiliki gangguan perilaku atau gangguan pada aspek-aspek lain. Selama 12 bulan pertama bayi akan mengalami masa-masa perkembangan yang sangat pesat sehingga sangat baik untuk memberinya stimulasi yang tepat di masa ini. Sebaliknya kalau dibiarkan saja tanpa stimulasi yang cukup, perkembangan bayi tidak akan optimal. Artinya, stimulasi tak boleh putus. Ketika ayah dan ibu bekerja pun, maka demi perkembangannya, si bayi harus tetap mendapatkan stimulasi dari pengasuhnya. Bagaimanapun hal yang perlu diperhatikan adalahmasalah orang tua yang bisa merembet ke bayi. Bukankah bayi adalah bagian dari keluarga? Jadi, semuanya berkaitan. Kalau bayi bermasalah, maka, orang tua juga bermasalah. Sebaliknya kalau orang tua bermasalah, bayi juga bisa terpengaruh. Oleh karena itu, pengetahuan orang tua terhadap perkembangan bayi nerupakan hal yang mutlak, untuk menghindari semacam kekuatiran orang tua terhadap perkembangan psikososial pada bayi.Contoh, saat bayi mulai takut melihat orang pada umumnya orang tua memiliki kekuatiran-kekuatiran dengan perkenbangan psikososial sang bayi padahal (umumnya di atas 7 bulan), bayi takut pada orang asing. Ini bukan suatu gangguan, bahkan bentuk kepintaran lain karena berarti dia sudah bisa membedakan antara orang yang dikenalnya dengan orang yang belum ia kenal. untuk melengkapi pengetahuan ibu terhadap perkembangan sang bayi rasanya memang perlu untuk memperhatikan panduan dibawah ini.
Panduan Umum Perkembangan Kognisi, Emosional, Dan Psikososial Pada Usia 0-12 Bulan.
USIA (bulan) | PERKEMBANGAN YANG DICAPAI | CONTOH STIMULASI |
0-2 | Keterampilan motorik kasar mulai berkembang; mulai mencari sumber bunyi dan cahaya; mulai usia 2 bulan belajar mengingat sesuatu. | Orang tua dapat memainkan kerincingan, memperlihatkan gambar-gambar berwarna terang, bermain cilukba. |
4-6 | Dapat tengkurap; daya penglihatan makin kuat; mulai meraih benda-benda; minat mendengarkan suara bertambah; mulai tersenyum sosial. | Letakkan mainan ke tangan bayi, atau jauhkan mainan agar bayi belajar menggapai. Tumbuhkan minat membaca dengan membacakan dongeng dari buku. |
6-8 | Berusaha mengambil benda dengan mengubah sikap duduk; mulai takut dengan orang yang tak dikenalnya; eksplorasi semakin meningkat; suka memasukkan barang-barang ke mulutnya. | Sembunyikan mainan dan ajak bayi untuk mencari mainan itu. Asalkan bersih dan tak berbahaya, jangan terlalu sering melarang bayi memasukkan barang-barang ke mulut karena tahap ini merupakan tahap dimana bayi bereksplorasi. |
9-11 | Rasa cemas dan takut pada hal-hal baru mulai berkurang. Perkembangan kognisi makin meningkat, bayi mulai memanipulasi mainan, misalnya melempar untuk mendengar suara, memasukkan atau mengambil mainan dalam kotak.Mulai tertarik hal-hal detail. | Berikan mainan-mainan yang ukurannya kecil atau bercorak. |
12 | Mulai mengerti fungsi benda, semisal bagaimana memencet remote control teve, mengangkat telepon yang berdering. | Pengenalan terhadap anggota keluarga (ayah, bunda, kakak, eyang, dan sebagainya) serta pengenalan nama bayi (panggilan nama bayi sebaiknya menggunakan satu nama panggilan agar bayi tidak bingung akan identitas dirinya). Memberikan perintah sederhana, seperti dadah, bersalaman, kiss-bye. |
2. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL PADA BAYI MENURUT ERIKSON
Tahap/fase perkembangan kepribadian pada bayi sampai balita menurut Erikson memiliki ciri utama sebagai berikut:
v Kepercayaan Dan Kecurigaan
Tahap ini berlangsung pada masa oral, kira-kira terjadi pada umur 0-1 atau 1 ½ tahun. Tugas yang harus dijalani pada tahap ini adalah menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan tanpa harus menekan kemampuan untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan. Kepercayaan ini akan terbina dengan baik apabila dorongan oralis pada bayi terpuaskan, misalnya untuk tidur dengan tenang, menyantap makanan dengan nyaman dan tepat waktu, serta dapat membuang kotoron (eliminsi) dengan sepuasnya. Oleh sebab itu, pada tahap ini ibu memiliki peranan yang secara kwalitatif sangat menentukan perkembangan kepribadian anaknya yang masih kecil. Apabila seorang ibu bisa memberikan rasa hangat dan dekat, konsistensi dan kontinuitas kepada bayi mereka, maka bayi itu akan mengembangkan perasaan dengan menganggap dunia khususnya dunia sosial sebagai suatu tempat yang aman untuk didiami, bahwa orang-orang yang ada didalamnya dapat dipercaya dan saling menyayangi. Kepuasaan yang dirasakan oleh seorang bayi terhadap sikap yang diberikan oleh ibunya akan menimbulkan rasa aman, dicintai, dan terlindungi. Melalui pengalaman dengan orang dewasa tersebut bayi belajar untuk mengantungkan diri dan percaya kepada mereka. Hasil dari adanya kepercayaan berupa kemampuan mempercayai lingkungan dan dirinya serta juga mempercayai kapasitas tubuhnya dalam berespon secara tepat terhadap lingkungannya.
Sebaliknya, jika seorang ibu tidak dapat memberikan kepuasan kepada bayinya, dan tidak dapat memberikan rasa hangat dan nyaman atau jika ada hal-hal lain yang membuat ibunya berpaling dari kebutuhan-kebutuhannya demi memenuhi keinginan mereka sendiri, maka bayi akan lebih mengembangkan rasa tidak percaya, dan dia akan selalu curiga kepada orang lain.
Pada dasarnya setiap manusia pada tahap ini tidak dapat menghindari rasa kepuasan namun juga rasa ketidakpuasan yang dapat menumbuhkan kepercayaan dan ketidakpercayaan. Akan tetapi, hal inilah yang akan menjadi dasar kemampuan seseorang pada akhirnya untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik. Adanya perbandingan yang tepat atau apabila keseimbangan antara kepercayaan dan ketidakpercayaan terjadi pada tahap ini dapat mengakibatkan tumbuhnya pengharapan. Nilai lebih yang akan berkembang di dalam diri anak tersebut yaitu harapan dan keyakinan yang sangat kuat bahwa kalau segala sesuatu itu tidak berjalan sebagaimana mestinya, tetapi mereka masih dapat mengolahnya menjadi baik.
v Otonomi Dan Perasaan Malu, Ragu-ragu
Pada tahap kedua adalah tahap anus-otot (anal-mascular stages), masa ini biasanya disebut masa balita yang berlangsung mulai dari usia 18 bulan sampai 3 atau 4 tahun. Tugas yang harus diselesaikan pada masa ini adalah kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu. Apabila dalam menjalin suatu relasi antara anak dan orangtuanya terdapat suatu sikap/tindakan yang baik, maka dapat menghasilkan suatu kemandirian. Namun, sebaliknya jika orang tua dalam mengasuh anaknya bersikap salah, maka anak dalam perkembangannya akan mengalami sikap malu dan ragu-ragu. Dengan kata lain, ketika orang tua dalam mengasuh anaknya sangat memperhatikan anaknya dalam aspek-aspek tertentu misalnya mengizinkan seorang anak yang menginjak usia balita untuk dapat mengeksplorasikan dan mengubah lingkungannya, anak tersebut akan bisa mengembangkan rasa mandiri atau ketidaktergantungan. Pada usia ini menurut Erikson bayi mulai belajar untuk mengontrol tubuhnya, sehingga melalui masa ini akan nampak suatu usaha atau perjuangan anak terhadap pengalaman-pengalaman baru yang berorientasi pada suatu tindakan/kegiatan yang dapat menyebabkan adanya sikap untuk mengontrol diri sendiri dan juga untuk menerima control dari orang lain. Misalnya, saat anak belajar berjalan, memegang tangan orang lain, memeluk, maupun untuk menyentuh benda-benda lain.
Di lain pihak, anak dalam perkembangannya pun dapat menjadi pemalu dan ragu-ragu. Jikalau orang tua terlalu membatasi ruang gerak/eksplorasi lingkungan dan kemandirian, sehingga anak akan mudah menyerah karena menganggap dirinya tidak mampu atau tidak seharusnya bertindak sendirian.
Orang tua dalam mengasuh anak pada usia ini tidak perlu mengobarkan keberanian anak dan tidak pula harus mematikannya. Dengan kata lain, keseimbanganlah yang diperlukan di sini..
Jikalau dapat mengatasi krisis antara kemandirian dengan rasa malu dan ragu-ragu dapat diatasi atau jika diantara keduanya terdapat keseimbangan, maka nilai positif yang dapat dicapai yaitu adanya suatu kemauan atau kebulatan tekad. Meminjam kata-kata dari Supratiknya yang menyatakan bahwa “kemauan menyebabkan anak secara bertahap mampu menerima peraturan hukum dan kewajiban”..
REFERENSI
- W. Santrock, John. 2002. Life Span Development. Jakarta: Erlangga
- http://pink-stories.blogspot.com/2008/08/mengenali-autis-sejak-dini.html
- http://sejuk-pagi.blogspot.com /2009/04/perkembangan-kognitif-pada-masa-bayi.html
- http://www.parenting.co.id/article/article_detail.asp?catid=5&id=100
[1] John W Santrok, Life-Span Development; Perkembangan Masa Hidup, (Jakarta: ERLANGGA, 2002), hlm. 143-144
Tidak ada komentar:
Posting Komentar