Pendahuluan
Tahun ajaran baru bagi institusi pendidikan adalah momentum yang tepat untuk merekrut sebanyak–banyaknya peserta didik untuk menjadi subyek dalam pengembangan keilmuan dan pembinaan diri menghadapai masa depan. Demikian juga dengan calon peserta diidik maupun orang tua wali yang berusaha mencari lembaga pendidikan yang berkualitas guna membekali permata hatinya agar mempunyai modal ilmu pengetahuan, life skill-keterampilan dalam menghadapi setiap perubahan sosial.
Dalam konteks inilah mencari lembaga pendidikan yang bermutu menjadi signifikan dalam kerangka membangun sumber daya manusia yang berkualitas.
Pendidikan disadari sebagai salah satu alat yang strategis dalam rangka pengembangan sumber daya manusia. Mengingat betapa besar peranan pendidikan di dalam memberikan arah dan kendali mutu suatu umat. Islam sebagai agama pencerahan sejak awal risalahnya dikumandangkan ke penjuru dunia telah membuka lembaran sejarah kemanusiaan dengan pendidikan.
Pada hakikatnya mendidik adalah usaha untuk mengantarkan orang dapat menggali potensi-potensi dalam diri pribadinya yang potensial menjadi realitas yang real. Mendidik adalah berusaha untuk mengantarkan orang supaya dapat mengembangkan bakatnya yang terpendam[1].
Konsep pertama yang ditawarkan untuk membangun peradaban adalah iqra’ yaitu perintah membaca, selalu dinamis dalam hidup.
Dari lima ayat pertama diwahyukan falsafah yang dapat dipetik adalah peirntah membaca, menelaah, meneliti, menghimpun dan sebagainya, dikaitkan dengan bismi rabbika (dengan anama Tuhanmu). Belajar atau membaca bukan saja sekedar dengan ikhlas, tetapi juga memilih bahan-bahan bacanaan atau lembaga pendidikan yang tepat, serta tidak bertentantangan dengan nama Allah itu.
Pendidikan adalah sebagai suatu proses dimana setiap manusia (yang berjuang menjadi) maju atau modern, pasti harus bersentuhan dengan pendidikan. Dan supaya setiap orang berpendidikan dan menjadi sebagai SDM pembangunan, maka program pendidikan harus ditujukan semua anggota masyarakat tanpa diskirminasi.
Masalah
Dalam pelaksanaan pendidikan sering kita jumpai permsalahan-permasalahan. Permasalahan tersebut dapat menyangkut anak didik, pendidik (orang tuan, guru, dosen dan sebagainya) atau lingkungan. Sedangkan yang menyangkut anak didik dapat menyangkut masalah daya pikir,, perasaan, keamuang dan fisik ataupun seluruh kepribadiannya.
Semua masalah tersebut dirasa oleh orang tua , guru para pendidik pada umumnya ataupun oleh anak didik itu sendiri
Pembahasan
Pendidikan yang dapat diartikan secara luas sebagai usaha yang sadar dan sistematis dalam membantu anak didik untuk mengembangkan pikiran, kepribadian dan kemajuan fisiknya.
Pada hakikatnya mendidik adalah usaha untuk mengantarkan orang dapat menggali potensi-potensi dalam diri pribadinya yang potensial menjadi realitas yang real. Mendidik adalah berusaha untuk mengantarkan orang supaya dapat mengembangkan bakatnya yang terpendam (Mukti Ali, 1981: 9)
Kriminalitas dalam dunia pendidikan sangat berkaitan dengan pencapaian pendidikan yang sangat bertentangan dengan semangat nilai yang dikedepankan sebab inti dari pendidikan tersebut terfokus pada sosialisasi dan internalisasi nilai pada peserta diodik secara komprehensif dan aplikasi dalam kehidupan yang pada akhirnya akan menuju tatanan social yang baik. Kondisi demikian berlawanan dengan semangat pendidikan sebagai upaya untuk membentuk pribadi berkmebang sesuai dengan kepribadiannya secara komprelemnter.
Aspek lain dari moralitas pendidikan yang perlu kita bidig dan kedepankan dalam pembahasan ini agar menjadi sentilan yang pada akhirnya tercetus solusi kritis dan realitas terhadap fenomena opendidikan yang makin lama menghalami pasang surut yang tajam dari orientasi kterhadap keluhuran. Terbukti makin kencangnya hembusan angina keteldoran dalam pengelolaan pendidikan, sehingga menghasilkan peserta didik yang jauh dari nilai-nilai ilmu dan sifat-sifat dalam ilmu tersebut.
Budaya tawuran antar sesama siswa salah satu indicator pada pengembangan kognitif. Namun semangat kebersamaan kurang dikedepankan. Dan pengelolaan secara kekerasan sering terjadi media alternative yang konyol kepada masyarajkat.
Secara simbiosis pendidikan diharapkan akan menghasilkan sosok pribadi paripurna dengan segala kepribadiannya.
Tularkan sifat haus ilmu kepada keluarga, pasangan hidup anda serta anak-anak yang kelak menjadi generasi penerus Islam.
Keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat. Betapa bahagianya kita membangun keluarga yang cinta ilmu. Betapa indahnya bila semua keluarga muslim menjadi keluarga yang haus akan ilmu.
Ilmu tidak bisa dipisahkan dengan informasi, tidak pula dengan telaah dan amal. Orang yang berilmu adalah orang yang memiliki banyak informasi serta mampu menelaahnya dengan baik sesuai dengan tuntunan Islam serta mengamalkannya (Suara Hidayatullah Mei 2008 hlm. 17).
Kebodohan adalah kematian spiritual, musuh yang berbahaya sumber kejahatan.
Rumah seorang muslim adalah madrasah yang pertama dan paling utama. Orang tua dan anak bergantian menjadi guru dan murid. Di rumah harus ada dialog, diskusi dan tashiyah ilmiah. Orangtua hendaknya menjadi tempat bertanya dan teman belajar. Orang tua harus menjadi teladan dalam hal belajar.
Investasi ilmu tidak cukup hanya sekali. Ilmu dan kemampuan harus selalu diperbaharui (up date) dan ditingkatkan (upgrade). Ilmu terus diasah, sedang ilmu harus terus menerus ditambah.
As saffat [37] 102
102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
Carilah ilmu dari lahir hingga meninggal
Firman Allah SWT: “Walaupun kamu membelanjakan (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. 8:63)
Jumlah siswa SD sederajat di Wonogiri mencapai 93.338 anak. Sedangkan SMP sederajat mecapai 45.194 anak. Dari jumlah itu, sebanyak 34.000 anak termasuk kategori siswa miskin (solops, 2/1/2009)..
Investasi pendidikan adalah tak ternilai harganya bagi kemajuan dan kesejahteraan suatu masyarakat. Pendidikanlah yang mengantarkan bangsa ini menyadari akan betapa berat dan sengsaranya penjajahan telah menguinjak-injak hak dan martabat kemanusiaan, sehingga tertindas tanpa dapat bangkit dari belenggu keterbekalangan, bahkan struktur dan infrastruktur yang ada hampir-hampir kehidlangan energi untuk mencapai kejayaan. Dengan pendidikan pula berbagai bangsa maju dapat mengatasi berbagai krisis yang dihadapi.
Pendidikan yang membebaskan yang akan mengangkat martabat bangsa. Tekat untuk masuk dunia pendidikan.
Investasi pendidikan adalah tak ternilai harganya bagi kemajuan dan kesejahteraan suatu masyarakat. Pendidikanlah yang mengantarkan bangsa ini menyadari akan betapa berat dan sengsaranya penjajahan telah menginjak-injak harkat dan martabat kemanusiaan, sehingga tertindas tanpa dapat bangkit dari belenggu keterbelakangan bahkan struktur dan infrastruktur yang ada hampir-hampir kehilangan energi untuk mengcapai kejayaan. Dengan pendidikan berbagai bangsa maju dapat mengatasi berbagai krisis yang dihadapi. Pendidikan bebeas yang akan mengangkat martabat bangsa.
[1] Ahmad Mukti Ali, Beberapa Persoalan Agama Dewasa ini, Jakarta: Rajawali, 1981, cetakan 1, hlm. 9.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar