A. Pendahuluan
Pendidikan adalah upaya manusia untuk “memanusiakan manusia”. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi di bandingkan dengan makhluk lainnya di sebabkan memiliki kemampuan berbahasa dan akal fikiran/rasio, sehingga manusia mampu megembangkan dirinya sebagai manusia yang berbudaya. Dan kemampuan untuk mengembangkan dirinya adalah dengan melalui intraksi dengan lingkungannya. Lebih jauh daripada itu pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia pada dasarnya adalah upaya mengembangkan kemampuan/potensi individu sehingga bisa hidup optimal baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Salah satu faktor yang sangat menunjang dalam proses pendidikan dan pengajaran adalah kurikulum, karena kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan arah, isi, peroses pendidikan dan tujuan pendidikan pada semua jenis dan tingkat pendidikan.
Tujuan pendidikan di suatu Bangsa atau Negara di tentukan oleh falsafah dan pandangan hidup Bangsa atau Negara tersebut. Berbedanya falsafah atau pandangan hidup suatu Bangsa atau Negara menyebabkan berbeda pula tujuan yang hendak di capai dalam pendidikan tersebut dan sekaligus akan berpengaruh pula terhadap kurikulum. Begitu pula dengan perubahan politik pemerintahan suatu Negara mempengaruhi pula bidang pendidikan, oleh sebab itu kurikulum senantiasa bersifat dinamis guna lebih menyesuaikan dengan berbagai perkembangan yang terjadi . Setiap pendidik harus memahami setiap perkembangan ataupun perubahan kurikulum , karena merupakan suatu formulasi pedagogis yang paling penting dalam konteks pendidikan, dalam kurikulum akan tergambar bagaimana usaha yang dilakukan dalam membantu siswa dalam mengembangkan potensinya, berupa fisik, intelektual, emosional dan sosial keagamaan.
Begitu pentingnya memahami dan menguasai kurikulum bagi seorang pendidik agar dapat meyajikannya dalam bentuk pengalaman yang bermakna bagi siswa, lebih jauh dari itu agar tercapai tujuan yang di harapkan. Oleh sebab itu dalam kaitannya dengan ini S. Nasution mengatakan pada hakekatnya setiap kurikulum formal yang di keluarkan oleh Pemerintah hanya dapat di realisasikan berkat usaha guru dan karena itulah kurikulum seperti yang di wujudkan dalam kelas tak dapat tiada selalu mengandung unsur keperibadian guru .
Pendidikan adalah upaya manusia untuk “memanusiakan manusia”. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi di bandingkan dengan makhluk lainnya di sebabkan memiliki kemampuan berbahasa dan akal fikiran/rasio, sehingga manusia mampu megembangkan dirinya sebagai manusia yang berbudaya. Dan kemampuan untuk mengembangkan dirinya adalah dengan melalui intraksi dengan lingkungannya. Lebih jauh daripada itu pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia pada dasarnya adalah upaya mengembangkan kemampuan/potensi individu sehingga bisa hidup optimal baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Salah satu faktor yang sangat menunjang dalam proses pendidikan dan pengajaran adalah kurikulum, karena kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan arah, isi, peroses pendidikan dan tujuan pendidikan pada semua jenis dan tingkat pendidikan.
Tujuan pendidikan di suatu Bangsa atau Negara di tentukan oleh falsafah dan pandangan hidup Bangsa atau Negara tersebut. Berbedanya falsafah atau pandangan hidup suatu Bangsa atau Negara menyebabkan berbeda pula tujuan yang hendak di capai dalam pendidikan tersebut dan sekaligus akan berpengaruh pula terhadap kurikulum. Begitu pula dengan perubahan politik pemerintahan suatu Negara mempengaruhi pula bidang pendidikan, oleh sebab itu kurikulum senantiasa bersifat dinamis guna lebih menyesuaikan dengan berbagai perkembangan yang terjadi . Setiap pendidik harus memahami setiap perkembangan ataupun perubahan kurikulum , karena merupakan suatu formulasi pedagogis yang paling penting dalam konteks pendidikan, dalam kurikulum akan tergambar bagaimana usaha yang dilakukan dalam membantu siswa dalam mengembangkan potensinya, berupa fisik, intelektual, emosional dan sosial keagamaan.
Begitu pentingnya memahami dan menguasai kurikulum bagi seorang pendidik agar dapat meyajikannya dalam bentuk pengalaman yang bermakna bagi siswa, lebih jauh dari itu agar tercapai tujuan yang di harapkan. Oleh sebab itu dalam kaitannya dengan ini S. Nasution mengatakan pada hakekatnya setiap kurikulum formal yang di keluarkan oleh Pemerintah hanya dapat di realisasikan berkat usaha guru dan karena itulah kurikulum seperti yang di wujudkan dalam kelas tak dapat tiada selalu mengandung unsur keperibadian guru .
Dengan memahami kurikulum para pendidik dapat memilih dan menentukan tujuan pembelajaran, metode, tehnik, media pengajaran dan alat evaluasi pegajaran yang tepat. Untuk itu dalam melakukan kajian terhadap keberhasilan sistim pendidikan ditentukan oleh tujuan yang realistis, dapat diterima oleh semua pihak, sarana dan organisasi yang baik, intensitas pekerjaan yang realistis tinggi dan kurikulum yang tepat guna. Oleh karena itu sudah sewajarnya para pendidik dan tenaga kependidikan bidang pendidikan Islam memahami kurikulum serta berusaha untuk mengembangkannya. Memang menarik untuk di bicarakan karena kurikulum sering mengalami suatu pergeseran maupun perubahan sesuai dengan tuntutan dan tujuan pendidikan yang akan di capai, maka dalam makalah ini akan di bahas lebih jauh tentang kurikulum pendidikan Islam.
B. Kurikulum Pendidikan Islam
1. Pengertian kurikulum
Dalam masalah ini dapatlah kita katakan bahwa pendidikan Islam sepanjang masa kegemilangannya memandang kepada kurikulum pendidikan sebagai alat untuk mendidik generasi dengan baik dan menolong mereka untuk membuka dan mengembangkan kesediaan-kesediaan, bakat-bakat, kekuatan-kekuatan, dan keterampilan mereka dengan baik untuk menjalankan hak-hak dan kewajiban, memikul tanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat bangsa dan turut serta aktif untuk kemajuan bangsa dan negaranya. Dari pernyataan ini, secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa yunani yaitu, curir yang artinya pelari dan curare berarti tempat berpacu . Jadi istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga pada zaman romawi kuno di yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis star sampai garis finis.
Dalam bahasa arab kata kurikulum agaknya dapat diterjemahkan dengan istilah “manhaj” yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupannya . Istilah ini nampaknya lebih luas bila di bandingkan dengan kurikulum tersebut diatas. Kalau konsep-konsep itu diterapkan dalam kurikulum maka dapatlah dirumuskan tentang teori kurikulum yaitu sebagai perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum di sekolah makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan, dan evaluasi kurikulum .
Pengertian kurikulum banyak dikemukkan oleh para ahli diantaranya pendapat Kamil dan Sarhan menekankan pada sejumlah pengalaman pendidikan, budaya, sosial, olehraga, dan seni yang di sediakan oleh sekolah bagi para peserta ddiknya didalam dan luar sekolah dengan maksud mendorong mereka untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan . Sedangkan Hasan Langgulung mengatakan kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian yang di sediakan oleh sekolah bagi murid-murid di dalam dan luar sekolah dengan maksud untuk menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tinkah lau mereka sesuai dengan tujuan pendidikan .
Demikian pula definisi yang di kemukan oleh Sisdiknas No 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa kurikulum adalah “Seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang di gunakan sebagai pedoman peyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”
Mengikuti konsep-konsep yang luas dan menyeluruh yang merupakan puncak dari kurikulum pada zaman modern ini , maka kurikulum itu mempunyai empat unsur atau aspek utama yaitu, tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh kurikulum itu sendiri, pengetahuan-pengetahuan, maklumat-maklumat, data-data, kegiatan-kegiatan, metode dan cara mengajar dan bimbingan yang diikuti oleh murid-murid untuk mendorong mereka belajar dan membawa mereka kearah yang dikehendaki dan tujuan yang telah direncanakan dan cara penilaian yang di gunakan untuk mengukur dan menilai kurikulum dan hasil peroses pendidikan keseluhannya dan menentukan sampai dimana kejayaan maksud yang telah di rencanakan bagi kurikulum dan bagi peroses pendidikan keseluruhannya .
Dari sudut pandang yang lain pengaruh pandangan filosofi terhadap pengertian kurikulum bahwa kurikulum di nyatakan sebagai “subject matter”, atau bahkan “transfer of culture” . Khusus yang mengatakan kurikulum sebagai transfer of culture adalah dalam pengertian kelompok ahli yang memiliki pandangan filosofi yang di namakan perenialisme . Filsafat ini memang memiliki tujuan yang sama dengan esensialisme dalam hal intelektualitas. Seperti yang di katakan oleh Tanner dan Tanner kedua pandangan filosofi itu berpendapat bahwa tugas kurikulum untuk mengembangkan intelektulitas .
2. Komponen Kurikulum
Mengingat bahwa fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, bahwa hal ini berarti bahwa sebagai alat, kurikulum memiliki bagian-bagian penting dan penunjang yang dapat medukung operasinya dengan baik. Bagian-bagian ini disebut komponen yang saling berkaitan, berintraksi dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu kurikulum pendidikan Islam haruslah bersifat fungsional yang tujuannnya mengeluarkan dan membentuk manusia muslim yang kenal agama dan Tuhannya, berakhlak mulia al-Qur’an, tetapi juga mengeluarkan manusia mengenal kehidupan, sanggup menikmati kehidupan yang mulia dalam masyarakat bebas dan mulia, sanggup memberi dan membina masyarakat itu dan mendorong mengembangkan kehidupan melalui pekerjaan tertentu yang di kuasainya .
Lebih lanjut menurut Hasan Langgulung sebagaimana di kutip oleh Ramayulis bahwa ada 4 komponen utama kurikulum yaitu:
a. Tujuan-tujuan yang ingin di capai oleh pendidikan itu. Dengan lebih tegas lagi orang yang bagaimana yang ingin kita bentuk dalam kurikulum itu.
b. Pengetahuan, informasi-informasi data-data, akitivitas-aktivitas dan pengalaman-pengalaman dari mana terbentuk kurikulum itu. Bagian inilah yang di sebut dengan mata pelajaran.
c. Metode dan cara-cara mengajar yang di pakai oleh guru-guru untuk mengajar dan memotivasi murid untuk membawa mereka kearah yang di kehendaki oleh kurikulum.
d. Metode dan cara penilaian yang di pergunakan dalam mengukur dan menilai kurikulum dan hasil peroses pendidikan yang di rencanakan kurikulum itu .
Kemudian selanjutnya Ramayulis menyatakan bahwa komponen kurikulum itu terdiri dari; Tujuan, Isi kurikulum, Media dan strategi . Tidak jauh berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Ahmad Tafsir, kurikulum adalah alat atau jalan untuk mencapai tujuan hidup anak-anak kita dan juga menjadi tujuan hidup kita, oleh sebab itu beliau menyatakan bahwa suatu kurikulum mengandung atau terdiri atas komponen-komponen yaitu; tujuan, isi, metode atau proses belajar mengajar, evaluasi .
Setiap komponen tersebut diatas saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain, karena masing-masing merupakan bagian integral dari kurikulum yang saling mendukung. Apabila semua komponen-komponen diatas kurang saling mendukung atau memiliki peran yang oftimal didalam proses belajar mengajar maka kurikulum tersebut tidak akan berjalan secara epektif dan efesien.
3. Kerangka dasar kurikulum
Kurikulum yang baik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam adalah bersifat intergerated dan komperhensif serta menjadikan al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber yang utama dalam penyusunannya. Al-Qur’an dan hadits merupakan sumber yang utama pendidikan Islam berisi kerangka dasar yang dapat di jadikan acuan operasional dan pengembangan kurikulum pendidikan Islam. Dalam al-Qur’an dan hadits ditemukan kerangka dasar yang dapat di jadikan sebagai pedoman operasional dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum pendidikan Islam, kerangka dasar tersebut adalah, (1) Tauhid, (2), Perintah membaca.
1. Tauhid
Tauhid sebagai kerangka dasar utama kurikulum harus dimantapkan semenjak bay yaitu dimulai dengan memperdengarkan kalimat-kalimat tauhid di telinga mereka seperti lapaz azan dan iqamah terhadap anak yang baru di lahirkan. Apabila di analisis tentang materi tersebut azan dan iqamah merupakan pendidikan Islam yang paling awal yang di berikan kepada seorang anak dalam transpormasi maupun internalisasi pendidikan Islam.
Dengan pembekalan modal iman dan taqwa seperti yang dimaksud maka di harapkan anak tumbuh dan berkembang menjadi anak yang taat beribadah terlebih mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai khalifah di bumi. Dalam kaitannya dengan ini Ahmad Tafsir mengatakan “Jadikan iman dan taqwa sebagai inti pendidikan nasional, Ingat “tidak Kujadikan jin dan manusia kecuali untuk beribadah Kepadaku”, maka kualitas manusia dalam pandangan Allah semata-mata di tentukan oleh ketaqwaanya dan ketaqwaan merupakan nilai tertinggi dalam tataran norma agama Islam yang menjadi payung bagi semua tata nilai Islami lainnya , begitu juga dengan ungkapan yang senada dalam tujuan sistim pendidikan nasional kita. Sehubungan dengan itu maka tugas dan fungsi lembaga pendidikan Islam haruslah di arahkan untuk mengembangkan iman, sehingga melahirkan amal shalih dan ilmu yang bermanfaat .
2. Perintah membaca
Kerangka dasar yang berikutnya adalah perintah “membaca” ayat-ayat Allah yang meliputi tiga macam ayat yaitu, (a) ayat-ayat Allah berdasarkan wahyu, (b) ayat-ayat Allah yang ada pada diri manusia, (c) Ayat Allah yang terdapat dialam semesta diluar diri manusia . Dalam Qur’an surah al-Alaq apabila di tinjau dari segi kurikulum pendidikan Islam firman Allah tersebut merupakan pedoman atau bahan pokok pendidikan yang mencakup seluruh ilmu pengetahuan yang di butuhkan manusia.
Membaca selain melibatkan peroses mental yang tinggi, juga pengenalan, pengamatan, ingatan, pengucapan, pemikiran, daya cipta, juga sekaligus menjadi bahan pendidikan itu sendiri. Pada dasarnya dalam surah al-Alaq tersebut telah mencakup kurikulum pendidikan Islam dan yang paling penting adalah bagaimana penjabarannya maupun mendesainnya dengan sedemikian rupa sesuai dengan tingkat perkembangan dan tingkat pendidikan sehingga menghasilkan tujuan pendidikan yang di harapkan. Oleh sebab itu dalam kaitannya dengan kerangka dasar kurikulum pendidikan Islam, maka kurikulum pertama yang harus diterapkan sebagai langkah awal terhadap anak adalah membaca, menulis, berhitung, bahasa dan sajak-sajak yang mengandung akhlak .
4. Dasar kurikulum pendidikan Islam
Kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan yang sangat berperan dalam mengantarkan pada tujuan yang di harapkan, harus mempunyai dasar-dasar yang merupakan kekuatan utama dalam mempengaruhi dan membentuk materi kurikulum, susunan dan organisai kurikulum. Herman H. Hom memeberikan dasar bagi penyusunan kurikulum dengan tiga macam yaitu: (1) Dasar psikologis, (2) Dasar Sosiologis dan (3) Dasar Filosofis . Demikian halnya dengan Iskandar Wiryokusumo menawarkan dasar-dasar kurikulum yang sama atau senada dengan dasar-dasar tersebut diatas.
Dari dua pendapat tersebut diatas nampaknya belum lengkap bila di jadikan acuan dasar dalam penyusunan kurikulum pendidikan Islam karena dalam pendidikan Islam ada usaha-usaha untuk menteransformasikan sekaligus menginternalisasikan nila-nila agama sebagai titik sentral tujuan dan proses pendidikan Islam. Oleh sebab itu yang menjadi dasar dalam penyusunan kurikulum pendidikan Islam adalah: (1) Dasar agama, (2) Dasar falsafah, (3) Dasar Psikologis, (4) dasar sosial, (5) Dasar organisatoris .
Berdasarkan semua dasar diatas memberikan kontribusi dalam penyusunan kurikulum pendidikan Islam karena dasar yang satu dengan lainnnya tidak bisa di pisahkan terkait dengan apek-aspek dalam penyusunan program kurikulum.
5. Prinsip-prinsip Penyusunan Kurikulum
Dalam penyusunan atau pembuatan kurikulum pendidikan Islam haruslah memperhatikan perinsip-prinsip berikut ini yang akan dijadikan pegangan atau landasan dalam penyusunan kurikulum dan prinsip-prinsip tersebut berbeda-beda menurut analisis para pakar. Dalam merumuskan kurikulum pendidikan Islam akan di ambil pemikiran para pakar yang kemudian di tambah dan di sesuaikan dengan esensi kurikulum pendidikan Islam yaitu :
(a) Prinsip berasaskan Islam termasuk ajaran-ajaran dan nilainya. (b) Prinsip mengarah kepada tujuan. (c) Prinsip (integritas) antara mata pelajaran, pengalaman-pengalaman dan aktivitas yang terkandung dalam kurikulum. (d) Prinsip relevansi adanya kesesuaian dengan lingkungan, kehidupan masa sekarang dan akan datang dan tuntutan dengan pekerjaan. (e) Prinsip pleksibilitas, adalah terdapat ruang dan gerak yang memberikan sedikit kebebasan dalam bertindak, baik pada pemilihan program maupun mengembangkan program pengajaran. (f) Prinsip integritas yaitu kurikulum tersebut mengembangkan manusia seutuhya, manusia yang mampu mengintegrasikan potensi fakultas zikir dan fakultas fikir serta menghasilkan manusia yang dapat menyelaraskan antara kehidupan dunia dan akhirat. (g) Prinsip efesiensi, kurikulum yang dapat mendayagunakan waktu, tenaga , dan sumber secara cermat dan tepat. (h) Prinsip kontinuitas. (i) Prinsip Individualitas, bagaimana kurikulum memperhatikan perbedaan pembwaan anak didik dan lingkungan pada umumnya. (j) Prinsip kesamaan dalam memperoleh kesempatandan demokratis. (k) Prinsip kedinamisan artinya kurikulum dapat megikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan perubahan sosial. ((l) Prinsip keseimbangan artinya bagaimana kurikulum dapat mengembangkan sikap potensi peserta didik secara harmonis. (m) Prinsip efektivitas, agar kurikulum dapat menunjang efektivitas guru yang mengajar dan peserta didik yang belajar.
Dari semua lingkup penjelasan di atas secara garis besar tentang kurikulum pendidikan Islam maka orientasinya (kurikulum pendidikan Islam) sebenarnya adalah dalam upaya pelestarian nilai yang terdapat dapat wahyu Allah dan nilai yang tumbuh dan berkembang dari peradaban manusia. Kemudian juga orientasi yang tertuju pada peserta didik dan pada sosial demand sekaligus masa depan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, tenaga kerja dan yang tidak kalah pentingnya penciptaan lapangan kerja. Oleh sebab itu dalam upaya menciptakan dan menghasilkan output yang berkualitas dalam pendidikan Islam sudah saatnya kita bangkit menginovasi dan merekstrukturisasi.
6. Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum merupakan faktor yang sangat penting dalam dunia pendidikan, karena pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah selesai/berakhir demikian pendapat Olivia , sebagaimana yang dikutip oleh Asep Sudarsyah dalam manajmen pendidikan. Proses tersebut meliputi perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Merujuk pada pendapat tersebut dalam konteks pengembangan kurikulum evaluasi merupakan bagian yang tidak bisa di pisahkan dari pengembangan kurikulum itu sendiri.
Dalam evaluasi dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakan suatu kurikulum dapat di pertahankan atau tidak serta bagian-bagian mana yang harus di sempurnakan. Disamping itu pula evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektivitas pencapain tujuan. Demikian halnya dalam konteks pengembangan kurikulum evaluasi dapat berfungsi untuk memberikan informasi dan pertimbangan yang berkenaan dengan upaya untuk memperbaiki suatu kurikulum . Oleh sebab itu dalam evaluasi kurikulum inilah dapat dilihat apakah tujuan yang diharapkan telah tercapai atau tidak atau dengan kata lain evaluasi kurikulum digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan.
C. Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan tentang kurikulum pendidikan Islam, maka dapatlah di tarik suatu kesimpulan yaitu :
1. Pendidikan merupakan usaha untuk memanusiakan manusia atau dengan kata lain usaha yang dilakukan oleh orang dewasa untuk memberikan bimbingan kepada anak didik dalam rangka membuat ia menjadi dewasa dan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam arah dan tujuan pendidikan adalah kurikulum. Dalam tatanan operasionalnya, keperibadian guru menjadi faktor utama dalam pelaksanaan kurikulum formal, pada hakekatnya pemerintah hanya merealisasikan atau mendelegasikan dan guru faktor penentu keberhasilannya, oleh sebab itu setiap pendidik harus mengerti dan memahami kurikulum.
2. Kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, dalam kurikulum memiliki bagian-bagian penting sebagai penunjang yang dapat mendukung operasinya dengan baik. Bagian-bagian ini disebut komponen. Dan komponen-komponen tersebut saling berkaitan, berintraksi satu sama lain dalam mencapai tujuan. Dalam komponen kurikulum pendidikan Islam haruslah bersifat fungsional yang tujuannya mengeluarkan dan membentuk manusia muslim yang kenal agama dan Tuhannya, berakhlak mulia al-Qur’an, tetapi juga mengeluarkan manusia mengenal kehidupan, sanggup menikmati kehidupan yang mulia dalam masyarakat bebas dan mulia, sanggup memberi dan membina masyarakat itu dan mendorong mengembangkan kehidupan melalui pekerjaan tertentu yang di kuasainya
3. Dalam penyusunannya, kurikulum pendidikan Islam haruslah memperhatikan dasar-dasar yang menjadi kekuatan utama dalam mempengaruhi dan membentuk materi, susunan serta organisasi kurikulum. Disamping itu juga dalam pola penyusunannya harus memperhatikan prinsip-prinsip yang akan dijadikan landasan utama. Sebenarnya secara garis besar pola penyusunan kurikulum pendidikan Islam berorientasi pada pelestarian nilai-nilai yang terdapat dalam wahyu, nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang melalui peradaban manusia, kemudian berikutnya kurikulum harus berorientasi pada aspek peserta didik dan terkait dengan aspek penciptaan dunia lapangan kerja sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Selanjutnya untuk menentukan berhasil atau tidaknya proses pelaksanaan program pendidikan maka langkah yang harus di tempuh adalah dengan evaluasi karena itu evaluasi merupakan komponen yang sangat penting untuk melihat pencapaian tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Toumy Al-Syaibani Omar Muhammad, 1979, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang.
Athiyah Al-Abrasyi Muhammad, 2003, At-Tarbiyah Al-Islamiyah, terj. Abdullah Zakiy Al-Kaaf, Bandung: Pustaka Setia.
D. Tanner and Tanner L, 1980, Curriculum Development, Theory into Practice, New York.
Hamid S. Hasan, 2008, Evaluasi Kurikulum, Bandung: Rosdakarya.
Langgulung Hasan, 2000, Asas-Asas Pendidikan Islam, Cet. 1, Jakarta: Alhusna Zikra.
______________, 1990, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pustaka Al Husna Zikra.
______________, 1986, Teori-Teori Kesehatan Mental, Jakarta: Pustaka Al Husna.
Nasution S., 1999, Kurikulum dan Pengajaran, Cet. 3, Jakarta: Bumi Aksara.
Nana H. Sudjana, 2008, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah, Cet. 6, Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Muhaimin, 2007, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Ramayulis, 1998, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. 2, Jakarta: Kalam Mulia.
Riduan, (ed), 2009, Manajemen Pendidikan, Alfabeta, Bandung: Alfabeta.
Jalaludin Rahmat Jalaludin, 1991, Islam Alternatif, Cet. 3, Bandung: Mizan.
Syaodih Sukmadinata, 2008, Pengembangan Kurikulum Teori dan Peraktik, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tafsir Ahmad, 1994, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Rosdakarya.
___________, 2008, Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama, Bandung: Maestro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar