BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kreasi kajian motifasi dalam bidang psikologi menempati posisi penting, tetapi kurang mendapat perhatian dari pakar pendidikan islam. Dapat dibuktikan bahwa teori-teori motifasi umumnya berasal dari barat. Padahal dalam ajaran islam terdapat banyak isyarat-isyarat motifasi untuk peningkatan etos kerja dan belajar. Berbeda dengan barat yang memandang pengkajian motifasi adalah objek kajian yang urgen. Karena dari barat banyak muncul pakar psikologi yang memformulasikan teori-teori motifasi. Tokoh utama bidang motifasi adalah Maslow. Dengan teori kebutuhan. Teori tersebut muncul di latarbelakangi pentingnya peningkatan etos kerja.
Urgensi motifasi dalam peningkatan etos kerja dibuktikan dari kajian-kajian yang telah ada. Misalnya Edmund J. Fredberg, dalam bukunya activation, the core competency, mengemukakan bahwa manusia pada hakikatnya selalu memunculkan kinerja yang menunjukkan tingkat keberhasilan kerjanya. Freedberg memandang kemampuan itu penting, namun ia tidak dapat efektif tanpa pengaktifan.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, maka dapat di ambil rumusan sebagai berikut:
1. Apa hakikat motifasi itu?
2. Bagaimana cara meningkatkan motifasi dalam hadits?
1.3. Batasan Pembahasan
Dari latar rumusan masalah diatas, maka pemakalah memberi batasan pada pembahasan yang akan di bahas sebagai berikut:
1. Menjelaskan tentang hakikat motifasi.
2. Menjelaskan cara meningkatkan motifasi dalam hadits?
BAB II
PEMBAHASAN
MOTIFASI PENDIDIKAN DALAM HADITS
2.1. Hakekat Motifasi
Banyak ahli penegasan, bahwa istilah motifasi berasal dari kata motif, yang dapat dimaknai sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak dan berbuat. Motif tidak dapat diambil secara langsung, tatapi dapat di interprestasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah lakutertentu.
Disisi lain, sumardi suryabrata lebih menekankan motifasi terhadap sesuatu yang terdapat dalam diri pribadi orang yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu guna mencapai tujuan. Oleh karena itu, bagi penulis motif itu adalah potensi internal individu (al-fithrat al-dakhiliyyat al-fardhiyyat), yang telah tercipta ketika ruh di tiupkan kedalam jasad, yang mendorongnya untuk melakukan suatu aktifitas. Sifat abstrak, namun sangat menentukan terhadap sikap perbuatan individu.
Sama halnya dengan motif, pandangan ahli tentang motifasi bervariasi, Mc Donal memandang motifasi sebagai perubahan energi didalam energi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Asnawir, lebih menekankan motifasi kepada penggerak dalam diri manusia untuk berbuat serta memberikan arah kepada perbuatan tersebut.
Bagi penulis, motifasi segala sesuatu (kullu al-syaiy), baik eksternal (al-kharajiyyat) maupun internal (al-dakhilyyat) yang menggerakkan jiwa (al-tahriq al-nafs) dan raga (al-jism) individu untuk melakukan sesuatu, yang menghasilkan tindakan baik (al-akhlaq al-munjiyyat) dan tindakan buruk (al-akhlaq-almajmumat).
2.2. Peningkatan Motifasi dalam Hadits
Tanpa mengulang pemaknaan dan peranan motivasi, baik yang dikemukakan para ahli, maupun penulis sendiri. Jelas, dalam konteks pendidikan islam, peningkatan motivasi dapat difahami sebagai semua hal yang dapat meningkatkan keinginan individu untuk mencapai prestasibelajar mengajar.
Hal lain yang penting dalam peningkatan motivasi adalah keteladanan rasulullah SAW dalam perkataan, perbuatan dan penetapan. Ketiga model peningkatan motifasi tersebut, dapat diulas dan analisis sebagai berikut:
1. Penanaman aqidah-tauhid (zaru al-‘aqidat-al-tauhid)
Pendidikan pada fase makkah materi utamanya adalah aqidah-tauhid. Ayat-ayat yang turunpun, banyak berbicara masalah tauhid. Misalnya, ayat yang membicarakan tentang keesaan allah. Allah zat yang disembah dan meminta pertolongan, allah zat yang tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dengan tuntutan aqidah-tauhid berdasarkan firman ilahi tersebut, keimanan sahabat makin mantap, dan mempengaruhi seluruh aktifitas mereka.
Dalam catatan sejarah islam, umumnya umat islam, tidak ada yang membantah atas statemen; bahwa generasi yang hidup pada masa rasulullah SAW adalah generasi terbaik, yang dilahirkan ke muka bumi. Hal tersebut, dibuktikan dengan semangat para sahabat dalam beramal, berjuang dan belajar. Misalnya, Mush’ab bin ‘Umair seorang yang tampan gagah perkasa, rela mati syahid menjadi tameng rasulullah SAW pada saat perang uhud. Abu hurairat, ahli hadits, memiliki semangat luar biasa mengikuti majlis-majlis rasulullah, bahkan menghibahkan dirinya belajar hadits, dengan selalu mebdampingi dan selalu mengikuti jejak rasulullah SAW.
Dalam pendidikan islam, konsep peningkatan motivasi yang ditawarkan adalah motivasi internal-eksternal, vertikal-horizontal. Etos kerja yang bermotifkan ibadah. Dalam perspektif islam, karakter manusia banyak dipengaruhi oleh sikapnya. Sedangkan sikap seseorang amat di pengaruhi oleh nilai-nilai yang ia yakini. Islam jelas mengajarkan bahwa nilai setiap amal atau kerja manusia ditentukan oleh niat atau motif pelakunya. Adapun nilai terpenting yang mutlaq harus ada pada orang islam, ialah nilai yang bersumber pada aqidah dan tauhid.
2. Motifasi melalui metode uswat hasanat
Allah SWT sebagai pendidik hakiki, menjadikan prinsip keteladanan, yang di operasionalkan melalui tindakan rasulullah SAW, dalam upaya peningkatan motifasi manusia untuk beretos kerja tinggi. Al-Maraghi menjelaskan kata uswat hasanat dalam QS. AL-Ahzab : 21 sebagai berikut.
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.( QS. AL-Ahzab : 21)
Yakni teladan tertinggi dan terutama dalam etos kerja islam.
Setelah nabi wafat, sebagai pewaris nabi adalah pendidik (ulama’:orang banyak ilmunya). Tidak dipungkiri, murid-murid cenderung meneladani pendidiknya. Dengan memberikan keteladanan yang baik, seorang pendidik akan lebih mudah meningkatkan motivasi belajar terhadap peserta didik. Dengan keteladanan, seorang manager akan dapat meningkatkan motivasi kerja, manager dan pimpinan yang bekerja terlebih dahulu sebelum menyuruh akan lebih di hargai dan di hormati. Menceritakan kisah-kisah teladan yang ada didalam al-qur’an, menjelaskan pemikiran, usaha, sikap, prinsip dan prestasi tokoh-tokoh dunia yang berpengaruh. Kisah keteladanan tokoh-tokoh tersebut akan dapat meningkatkan motifasi belajar peserta didik.
3. Metode targhib dan tarhib
Targhib adalah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai bujukan. Tarhib adalah ancaman karena dosa yang dilakukan. Targhib bertujuan agar ornag mematuhi aturan allah, tarhib demikian juga. Akan tetapi tekanannya ialah targhib agar melakukan kebaikan, tarhib agar menjauhi kejahatan.
Model ini dilandaskat atas fitrah (sifat kejiwaan) manusia, yang sifat keingininan kepada kesenangan, keselamatan dan tidak meningkatkan kepedihan, kesengsaraan.
Perbedaan itu mempunyai implikasi yang penting, diantaranya :
a. Targhib dan tarhib lebih tegur karena akarnya transendent (ketuhanan-ukhrawiy) sedangkan teori hukuman dan ganjaran hukumnya berdasarkan sesuatu yang duniawi.
b. Targhib dan tarhib mengandung aspek iman
c. Secara operasional, Targhib dan tarhib lebih mudah dilaksanakan dari pada hukuman dengan ganjaran karena materi Targhib dan tarhib sudah ada dalah al-qur’an dan hadits nabi, sedangkan hukuman dan ganjaran dalam metode barat harus ditemukan sendirin oleh guru.
d. Targhib dan tarhib lebih universal, dapat digunakan siapa saja dan dimana saja. Sedangkan jenis hukuman dan ganjaran dalam metode barat harus disesuaikan dengan orang tertentu dan tempat tertentu
e. Targhib dan tarhib lebih lemah dari pada ganjaran dan hukuman, karena hukuman dan ganjaran lebih nyata dan langsung waktu itu juga, sedangkan Targhib dan tarhib kebanyakan ghaib dan diterima di akhirat.
Rasulullah SAW juga memberikan support, motivasi terhadap umatnya agar rajin mengajarkan ilmu. Sebagaimana dalam sabdanya sebagai berikut.
حدثنا محمد بن عبد الاعلى تاصنعانى, اخبرنا سلمة بن رجاء, اخبرنا وليد بن جميل, اخبرنا القاسم أبو عبد الرحمن, عن ابى أمامة البهليِّ قال ذُكرَ لرسو ل الله صلى الله عليه وسلم رجلان احدهما عبدٌ والاخرُ عَالمٌ فقال رسو ل الله صلى اللهم عليه وسلم فضل العالم على العابد كفضل على ادناكم ثمّ قال رسو ل الله صلى اللهم عليه وسلم ان الله وملائكته واهل السموات والارضين حتى نملة فى جهرها وحتى الحوت ليصلون على معلم الناس الخير. (رواه الترمذى)
Artinya : menceritakan kepada kami Muhammad ibn ‘Abdul A’la al-Sana’ani, memberitakan kepada kami salamat ibn raja’, memberitakan kepada kami walid ibn Jamil, memberitakan kepada kami Qasim ibn ‘Abdurrahman, dari amanah al-Bahili, berkata “ disebutkan bagi Rasulullah SAW ada dua orang laki-laki, satu orang ahli ibadah dan satu lagi orang ahli ilmu. Maka berkata Rasulullah SAW, “keutamaan seorang ahli ilmu atas orang ahli ibadah seperti keutamaan antara saya sengan yang paling rendah diantara kamu, kemudian berkata Rasulullah SAW, sesungguhnya Allah, Malaikat-Nya, penduduk langit dan bumi, sampai semut yang berada pada batu dan ikan, mereka bershalawat kepada seorang pendidik yang mengajarkan kebaikan.” (HR. At-Tirmidzi).
Pendidik harus mengamalkan sikap-sikap terpuji, seperti dermawan. Orang yang bodoh dermawan lebih utama dibandingkan orang yang berilmu, akan tetapi bakhil (kikir). Isi langit dan bumi memohonkan ampun bagi orang-orang yang berilmu. Manusia paling utama ialah mukmin yang berilmu, dija diperlukan umat, ia berguna, dan kalau tidak, ia berguna bagi dirinya sendiri.
Tinta para ulama’ di hari akhirat ditimbang dengan darah ornag-ornag syahid. Orang yang mengajarkan kepada umat sebanyak 40 hadits sampai hafal, diberi syafaat oleh rasulullah. Orang yang faham tentang agama allah, niscaya di cukupkan allah kepentingannya dan di beri rizqi tanpa diduganya semula.
Dari beberapa kutipan Al-Qur’an dan hadits diatas, terlihat bahwa islam memberikan motifasi yang luar biasa untuk menuntut ilmu dan beramal. Dengan demikian, metode targhib dan tarhib merupakan metode yang tepat dan ekselen dalam peningkatan motivasi seorang untuk memiliki etos kerja islam. Pendidikan islam yang dasar utamanya al-Qur’an dan hadits, sesungguhnya mencakup konsep-konsep psikologi, terutama dalam meningkatkan motivasi etos kerja. Hanya saja, dibutuhkan kerja keras dari cendekia dan intelektual muslim.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan riwayat diatas, dapat disimpulkan, bahwa rasulullah SAW adalah motifator ulung yang berhasil menggerakkan semangat umat untuk gemar belajar dan mengkaji ilmu pengetahuan dan mengembangkannya. Peningkatan motivasi yang diterapkan Rasulullah SAW, dengan berbagai macam metode dan pendekatan, yaitu dengan cara penanaman aqidah dan tauhid yang kokoh, prinsip metode dan keteladanan (uswat hasanat) serta metode al-targhib dan al-tarhib.
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milennium Baru, Jakarta; PT Logis, 1999.
............., Esei-Esei Muslim dan Pendidikan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
............., Surau, Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisi dan Modernisasi, terj. Idin Rasidin dari; The Rise and Decline of the Minangkabau; A. Tradisional Islamic Education in West Sumatera During the Duck Colonial Goverenment, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2003.
Badawi, A. Zaki, Mu’jam Musthalahat al-‘Ulum al-Ijtima’iyat, Beirut: Maktabah Libnan, 1982.
Al-Bukhari, Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim Ibn Bazdabah, Shahih Al-Bukhari, ditahqid oleh Mustafa Dib Al-Baga, [tt.]: Dar Ibn Katsir, 1987.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kreasi kajian motifasi dalam bidang psikologi menempati posisi penting, tetapi kurang mendapat perhatian dari pakar pendidikan islam. Dapat dibuktikan bahwa teori-teori motifasi umumnya berasal dari barat. Padahal dalam ajaran islam terdapat banyak isyarat-isyarat motifasi untuk peningkatan etos kerja dan belajar. Berbeda dengan barat yang memandang pengkajian motifasi adalah objek kajian yang urgen. Karena dari barat banyak muncul pakar psikologi yang memformulasikan teori-teori motifasi. Tokoh utama bidang motifasi adalah Maslow. Dengan teori kebutuhan. Teori tersebut muncul di latarbelakangi pentingnya peningkatan etos kerja.
Urgensi motifasi dalam peningkatan etos kerja dibuktikan dari kajian-kajian yang telah ada. Misalnya Edmund J. Fredberg, dalam bukunya activation, the core competency, mengemukakan bahwa manusia pada hakikatnya selalu memunculkan kinerja yang menunjukkan tingkat keberhasilan kerjanya. Freedberg memandang kemampuan itu penting, namun ia tidak dapat efektif tanpa pengaktifan.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, maka dapat di ambil rumusan sebagai berikut:
1. Apa hakikat motifasi itu?
2. Bagaimana cara meningkatkan motifasi dalam hadits?
1.3. Batasan Pembahasan
Dari latar rumusan masalah diatas, maka pemakalah memberi batasan pada pembahasan yang akan di bahas sebagai berikut:
1. Menjelaskan tentang hakikat motifasi.
2. Menjelaskan cara meningkatkan motifasi dalam hadits?
BAB II
PEMBAHASAN
MOTIFASI PENDIDIKAN DALAM HADITS
2.1. Hakekat Motifasi
Banyak ahli penegasan, bahwa istilah motifasi berasal dari kata motif, yang dapat dimaknai sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak dan berbuat. Motif tidak dapat diambil secara langsung, tatapi dapat di interprestasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah lakutertentu.
Disisi lain, sumardi suryabrata lebih menekankan motifasi terhadap sesuatu yang terdapat dalam diri pribadi orang yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu guna mencapai tujuan. Oleh karena itu, bagi penulis motif itu adalah potensi internal individu (al-fithrat al-dakhiliyyat al-fardhiyyat), yang telah tercipta ketika ruh di tiupkan kedalam jasad, yang mendorongnya untuk melakukan suatu aktifitas. Sifat abstrak, namun sangat menentukan terhadap sikap perbuatan individu.
Sama halnya dengan motif, pandangan ahli tentang motifasi bervariasi, Mc Donal memandang motifasi sebagai perubahan energi didalam energi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Asnawir, lebih menekankan motifasi kepada penggerak dalam diri manusia untuk berbuat serta memberikan arah kepada perbuatan tersebut.
Bagi penulis, motifasi segala sesuatu (kullu al-syaiy), baik eksternal (al-kharajiyyat) maupun internal (al-dakhilyyat) yang menggerakkan jiwa (al-tahriq al-nafs) dan raga (al-jism) individu untuk melakukan sesuatu, yang menghasilkan tindakan baik (al-akhlaq al-munjiyyat) dan tindakan buruk (al-akhlaq-almajmumat).
2.2. Peningkatan Motifasi dalam Hadits
Tanpa mengulang pemaknaan dan peranan motivasi, baik yang dikemukakan para ahli, maupun penulis sendiri. Jelas, dalam konteks pendidikan islam, peningkatan motivasi dapat difahami sebagai semua hal yang dapat meningkatkan keinginan individu untuk mencapai prestasibelajar mengajar.
Hal lain yang penting dalam peningkatan motivasi adalah keteladanan rasulullah SAW dalam perkataan, perbuatan dan penetapan. Ketiga model peningkatan motifasi tersebut, dapat diulas dan analisis sebagai berikut:
1. Penanaman aqidah-tauhid (zaru al-‘aqidat-al-tauhid)
Pendidikan pada fase makkah materi utamanya adalah aqidah-tauhid. Ayat-ayat yang turunpun, banyak berbicara masalah tauhid. Misalnya, ayat yang membicarakan tentang keesaan allah. Allah zat yang disembah dan meminta pertolongan, allah zat yang tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dengan tuntutan aqidah-tauhid berdasarkan firman ilahi tersebut, keimanan sahabat makin mantap, dan mempengaruhi seluruh aktifitas mereka.
Dalam catatan sejarah islam, umumnya umat islam, tidak ada yang membantah atas statemen; bahwa generasi yang hidup pada masa rasulullah SAW adalah generasi terbaik, yang dilahirkan ke muka bumi. Hal tersebut, dibuktikan dengan semangat para sahabat dalam beramal, berjuang dan belajar. Misalnya, Mush’ab bin ‘Umair seorang yang tampan gagah perkasa, rela mati syahid menjadi tameng rasulullah SAW pada saat perang uhud. Abu hurairat, ahli hadits, memiliki semangat luar biasa mengikuti majlis-majlis rasulullah, bahkan menghibahkan dirinya belajar hadits, dengan selalu mebdampingi dan selalu mengikuti jejak rasulullah SAW.
Dalam pendidikan islam, konsep peningkatan motivasi yang ditawarkan adalah motivasi internal-eksternal, vertikal-horizontal. Etos kerja yang bermotifkan ibadah. Dalam perspektif islam, karakter manusia banyak dipengaruhi oleh sikapnya. Sedangkan sikap seseorang amat di pengaruhi oleh nilai-nilai yang ia yakini. Islam jelas mengajarkan bahwa nilai setiap amal atau kerja manusia ditentukan oleh niat atau motif pelakunya. Adapun nilai terpenting yang mutlaq harus ada pada orang islam, ialah nilai yang bersumber pada aqidah dan tauhid.
2. Motifasi melalui metode uswat hasanat
Allah SWT sebagai pendidik hakiki, menjadikan prinsip keteladanan, yang di operasionalkan melalui tindakan rasulullah SAW, dalam upaya peningkatan motifasi manusia untuk beretos kerja tinggi. Al-Maraghi menjelaskan kata uswat hasanat dalam QS. AL-Ahzab : 21 sebagai berikut.
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.( QS. AL-Ahzab : 21)
Yakni teladan tertinggi dan terutama dalam etos kerja islam.
Setelah nabi wafat, sebagai pewaris nabi adalah pendidik (ulama’:orang banyak ilmunya). Tidak dipungkiri, murid-murid cenderung meneladani pendidiknya. Dengan memberikan keteladanan yang baik, seorang pendidik akan lebih mudah meningkatkan motivasi belajar terhadap peserta didik. Dengan keteladanan, seorang manager akan dapat meningkatkan motivasi kerja, manager dan pimpinan yang bekerja terlebih dahulu sebelum menyuruh akan lebih di hargai dan di hormati. Menceritakan kisah-kisah teladan yang ada didalam al-qur’an, menjelaskan pemikiran, usaha, sikap, prinsip dan prestasi tokoh-tokoh dunia yang berpengaruh. Kisah keteladanan tokoh-tokoh tersebut akan dapat meningkatkan motifasi belajar peserta didik.
3. Metode targhib dan tarhib
Targhib adalah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai bujukan. Tarhib adalah ancaman karena dosa yang dilakukan. Targhib bertujuan agar ornag mematuhi aturan allah, tarhib demikian juga. Akan tetapi tekanannya ialah targhib agar melakukan kebaikan, tarhib agar menjauhi kejahatan.
Model ini dilandaskat atas fitrah (sifat kejiwaan) manusia, yang sifat keingininan kepada kesenangan, keselamatan dan tidak meningkatkan kepedihan, kesengsaraan.
Perbedaan itu mempunyai implikasi yang penting, diantaranya :
a. Targhib dan tarhib lebih tegur karena akarnya transendent (ketuhanan-ukhrawiy) sedangkan teori hukuman dan ganjaran hukumnya berdasarkan sesuatu yang duniawi.
b. Targhib dan tarhib mengandung aspek iman
c. Secara operasional, Targhib dan tarhib lebih mudah dilaksanakan dari pada hukuman dengan ganjaran karena materi Targhib dan tarhib sudah ada dalah al-qur’an dan hadits nabi, sedangkan hukuman dan ganjaran dalam metode barat harus ditemukan sendirin oleh guru.
d. Targhib dan tarhib lebih universal, dapat digunakan siapa saja dan dimana saja. Sedangkan jenis hukuman dan ganjaran dalam metode barat harus disesuaikan dengan orang tertentu dan tempat tertentu
e. Targhib dan tarhib lebih lemah dari pada ganjaran dan hukuman, karena hukuman dan ganjaran lebih nyata dan langsung waktu itu juga, sedangkan Targhib dan tarhib kebanyakan ghaib dan diterima di akhirat.
Rasulullah SAW juga memberikan support, motivasi terhadap umatnya agar rajin mengajarkan ilmu. Sebagaimana dalam sabdanya sebagai berikut.
حدثنا محمد بن عبد الاعلى تاصنعانى, اخبرنا سلمة بن رجاء, اخبرنا وليد بن جميل, اخبرنا القاسم أبو عبد الرحمن, عن ابى أمامة البهليِّ قال ذُكرَ لرسو ل الله صلى الله عليه وسلم رجلان احدهما عبدٌ والاخرُ عَالمٌ فقال رسو ل الله صلى اللهم عليه وسلم فضل العالم على العابد كفضل على ادناكم ثمّ قال رسو ل الله صلى اللهم عليه وسلم ان الله وملائكته واهل السموات والارضين حتى نملة فى جهرها وحتى الحوت ليصلون على معلم الناس الخير. (رواه الترمذى)
Artinya : menceritakan kepada kami Muhammad ibn ‘Abdul A’la al-Sana’ani, memberitakan kepada kami salamat ibn raja’, memberitakan kepada kami walid ibn Jamil, memberitakan kepada kami Qasim ibn ‘Abdurrahman, dari amanah al-Bahili, berkata “ disebutkan bagi Rasulullah SAW ada dua orang laki-laki, satu orang ahli ibadah dan satu lagi orang ahli ilmu. Maka berkata Rasulullah SAW, “keutamaan seorang ahli ilmu atas orang ahli ibadah seperti keutamaan antara saya sengan yang paling rendah diantara kamu, kemudian berkata Rasulullah SAW, sesungguhnya Allah, Malaikat-Nya, penduduk langit dan bumi, sampai semut yang berada pada batu dan ikan, mereka bershalawat kepada seorang pendidik yang mengajarkan kebaikan.” (HR. At-Tirmidzi).
Pendidik harus mengamalkan sikap-sikap terpuji, seperti dermawan. Orang yang bodoh dermawan lebih utama dibandingkan orang yang berilmu, akan tetapi bakhil (kikir). Isi langit dan bumi memohonkan ampun bagi orang-orang yang berilmu. Manusia paling utama ialah mukmin yang berilmu, dija diperlukan umat, ia berguna, dan kalau tidak, ia berguna bagi dirinya sendiri.
Tinta para ulama’ di hari akhirat ditimbang dengan darah ornag-ornag syahid. Orang yang mengajarkan kepada umat sebanyak 40 hadits sampai hafal, diberi syafaat oleh rasulullah. Orang yang faham tentang agama allah, niscaya di cukupkan allah kepentingannya dan di beri rizqi tanpa diduganya semula.
Dari beberapa kutipan Al-Qur’an dan hadits diatas, terlihat bahwa islam memberikan motifasi yang luar biasa untuk menuntut ilmu dan beramal. Dengan demikian, metode targhib dan tarhib merupakan metode yang tepat dan ekselen dalam peningkatan motivasi seorang untuk memiliki etos kerja islam. Pendidikan islam yang dasar utamanya al-Qur’an dan hadits, sesungguhnya mencakup konsep-konsep psikologi, terutama dalam meningkatkan motivasi etos kerja. Hanya saja, dibutuhkan kerja keras dari cendekia dan intelektual muslim.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan riwayat diatas, dapat disimpulkan, bahwa rasulullah SAW adalah motifator ulung yang berhasil menggerakkan semangat umat untuk gemar belajar dan mengkaji ilmu pengetahuan dan mengembangkannya. Peningkatan motivasi yang diterapkan Rasulullah SAW, dengan berbagai macam metode dan pendekatan, yaitu dengan cara penanaman aqidah dan tauhid yang kokoh, prinsip metode dan keteladanan (uswat hasanat) serta metode al-targhib dan al-tarhib.
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milennium Baru, Jakarta; PT Logis, 1999.
............., Esei-Esei Muslim dan Pendidikan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
............., Surau, Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisi dan Modernisasi, terj. Idin Rasidin dari; The Rise and Decline of the Minangkabau; A. Tradisional Islamic Education in West Sumatera During the Duck Colonial Goverenment, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2003.
Badawi, A. Zaki, Mu’jam Musthalahat al-‘Ulum al-Ijtima’iyat, Beirut: Maktabah Libnan, 1982.
Al-Bukhari, Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim Ibn Bazdabah, Shahih Al-Bukhari, ditahqid oleh Mustafa Dib Al-Baga, [tt.]: Dar Ibn Katsir, 1987.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar