STIT AT-TAQWA CIPARAY BANDUNG

Minggu, 05 Juni 2011

Amtsal Qur’an

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah menggunakan banyak perumpamaan (amtsal) dalam Al-Qur’an. Perumpamaan-perumpamaan itu dimaksudkan agar manusia memperhatikan, memahami, mengambil pelajaran, berpikir dan selalu mengingat. Sayangnya banyaknya perumpamaan itu tidak selalu membuat manusia mengerti, melainkan tetap ada yang mengingkarinya/ tidak percaya. Karena memang tidaklah mudah untuk memahami suatu perumpamaan. Kita perlu ilmu untuk memahaminya. Sudah digambarkan dengan perumpamaan saja masih susah apalagi tidak. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami mencoba menjelaskan sedikit tentang ilmu amtsal Al-Qur’an.

B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah tentang amtsal Qur’an ini adalah menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan ilmu amtsal sehingga para pembaca yang awalnya belum pernah mengetahuinya menjadi tahu. Setelah memahami ilmu amtsal Qur’an diharapkan para pembaca mampu memahami, mangambil pelajaran, berpikir, dan selalu mengingat ayat-ayat Al-Qur’an.
C. Rumusan masalah
Dalam makalah ini kami hanya membahas beberapa ruang lingkup saja, yaitu:
1. Definisi Amtsal Al-Qur’an
2. Unsur-unsur Amtsal Al-Qur’an
3. Macam-macam Amtsal Al-Qur’an
4. Faedah Amtsal Al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Amtsal Al-Qur’an
Dari segi bahasa, Amtsal merupakan bentuk jama’ dari matsal, mitsl, dan matsil yang berarti sama dengan syabah, syibh, dan syabih, yang sering diartikan dengan perumpamaan. Sedangkan dari segi istilah, amtsal adalah menonjolkan makna dalam bentuk perkataan yang menarik dan padat serta mempunyai pengaruh mendalam terhadap jiwa, baik berupa tasybih ataupun perkataan bebas (lepas, bukan tasybih).
B. Unsur-unsur Amtsal Al-Qur’an
Sebagian Ulama mengatakan bahwa Amtsal memiliki empat unsur, yaitu:
1. Wajhu Syabah: segi perumpamaan
2. Adaatu Tasybih: alat yang dipergunakan untuk tasybih
3. Musyabbah: yang diperumpamakan
4. Musyabbah bih: sesuatu yang dijadikan perumpamaan.
Sebagai contoh, firman Allah swt. (Q. S. Al-Baqarah: 261)
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Wajhu Syabah pada ayat di atas adalah “pertumbuhan yang berlipat-lipat”. Adaatu tasybihnya adalah kata matsal. Musyabbahnya adalah infaq atau shadaqah di jalan Allah. Sedangkan musyabbah bihnya adalah benih.
C. Macam-macam Amtsal dalam Al-Qur’an
1. Al-Amtsal Al-Musharrahah
Yaitu matsal yang di dalamnya dijelaskan dengan lafadz matsal atau sesuatu yang menunjukkan tasybih. Contohnya Q. S. Al-Baqarah: 261 sebagaiamana telah dijelaskan di atas.
2. Al-Amtsal Al-Kaminah
Yaitu matsal yang di dalamnya tidak disebutkan dengan jelas lafadz tamsil tetapi ia menunjukkan makna-makna yang indah, menarik dalam kepadatan redaksinya dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya.
Misalnya adalah firman Allah Q. S. Al-Furqan: 67
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”
Contoh lainnya adalah Q. S. Al-Isra’: 29
“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya Karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.”
Kedua ayat di atas menggambarkan tentang keutamaan sebaik-baik perkara adalah yang pertengahannya.
3. Al-Amtsal Al-Mursalah
Yaitu kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafadz tasybih secara jelas, tetapi kalimat-kalimat tersebut berlaku sebagai tasybih.
Contohnya adalah Q. S. Hud: 81
“Bukankah subuh itu sudah dekat?”
Q. S. Fathir : 43
“rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri.”
D. Faedah Amtsal Al-Qur’an
1. Menonjolkan sesuatu yang hanya dapat dijangkau dengan akal menjadi bentuk kongkrit yang dapat dirasakan atau difahami oleh indera manusia.
2. Menyingkapkan hakikat dari mengemukakan sesuatu yang tidak nampak menjadi sesuatu yang seakan-akan nampak. Contohnya Q. S. Al-Baqarah: 275
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”
3. Mengumpulkan makna yang menarik dan indah dalam ungkapan yang padat, seperti dalam amtsal kaminah dan amtsal mursalah dalam ayat-ayat di atas.
4. Memotivasi orang untuk mengikuti atau mencontoh perbuatan baik seperti apa yang digambarkan dalam amtsal
5. Menghindarkan diri dari perbuatan negatif
6. Amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat, lebih kuat dalam memberikan peringatan dan lebih dapat memuaskan hati. Dalam Al-Qur’an Allah swt. banyak menyebut amtsal untuk peringatan dan supaya dapat diambil ibrahnya.
7. Memberikan kesempatan kepada setiap budaya dan juga bagi nalar para cendekiawan untuk menafsirkan dan mengaktualisasikan diri dalam wadah nilai-nilai universalnya.
BAB III
KESIMPULAN
Allah menggunakan banyak perumpamaan (amtsal) dalam Al-Qur’an. Perumpamaan-perumpamaan itu dimaksudkan agar manusia memperhatikan, memahami, mengambil pelajaran, berpikir dan selalu mengingat. Sayangnya banyaknya perumpamaan itu tidak selalu membuat manusia mengerti, melainkan tetap ada yang mengingkarinya/ tidak percaya. Karena memang tidaklah mudah untuk memahami suatu perumpamaan. Kita perlu ilmu untuk memahaminya.
Amtsal Qur’an penting untuk memotivasi orang untuk mengikuti atau mencontoh perbuatan baik seperti apa yang digambarkan dalam amtsal, menghindarkan diri dari perbuatan negatif. Amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat, lebih kuat dalam memberikan peringatan dan lebih dapat memuaskan hati. Dalam Al-Qur’an Allah swt. banyak menyebut amtsal untuk peringatan dan supaya dapat diambil ibrahnya. Amtsal juga memberikan kesempatan kepada setiap budaya dan juga bagi nalar para cendekiawan untuk menafsirkan dan mengaktualisasikan diri dalam wadah nilai-nilai universalnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar