BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan
adalah suatu kegiatan yang kompleks, berdimensi luas dan banyak
variabel yang mempengaruhinya. Sebagai suatu proses psikologis,
pendidikan tak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar. Dari
prespektif mengajar, pelakunya adalah guru/pendidik ataupun pihak yang
mendidik. Sedangkan dari prespektif belajar, pelakunya adalah peserta
didik /siswa yang melakukan aktivitas belajar. Dengan demikian,
pendidikan adalah proses interaksi pendidik dan peserta didik yang
mempunyai tujuan tertentu. Pendidikan sebagai proses pada dasarnya
membimbing peserta didik kepada tahapan kedewasaan, dengan melalui
program pendidikan sekolah ataupun pendidikan luar sekolah, termasuk
didalamnya pendidikan dalam keluarga serta lingkungan.
Dalam
bingkai nasional, pembangunan pendidikan berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia dalam
rangka mewujudkan tujuan nasional. Oleh sebab itu kearah pencapaian
tujuan pendidikan yang diharapkan, garapan pendidikan yang hakikatnya
merupakan suatu sistem yang dilaksanakan secara semesta, menyeluruh dan
terpadu mellibatkan berbagai pihak termasuk lingkungan keluaraga,
lingkungan masyarakat, dan pemerintah baik secara sendiri-sendiri maupun
secara bersama-sama.
BAB II
PEMBAHASAN
Surah Ali 'Imran 110
öNçGZä. uŽöyz >p¨Bé& ôMy_Ì÷zé& Ĩ$¨Y=Ï9 tbrâßDù's? Å$rã÷èyJø9$$Î/ šcöqyg÷Ys?ur Ç`tã Ìx6ZßJø9$# tbqãZÏB÷sè?ur «!$$Î/ 3 öqs9ur šÆtB#uä ã@÷dr& É=»tGÅ6ø9$# tb%s3s9 #ZŽöyz Nßg©9 4 ãNßg÷ZÏiB šcqãYÏB÷sßJø9$# ãNèdçŽsYò2r&ur tbqà)Å¡»xÿø9$# ÇÊÊÉÈ
“Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik” (Q.S. Ali Imran [3] : 110)
Ayat
ini mengandung suatu dorongan kepada kaum mukminin supaya tetap
memelihara sifat-sifat utama itu dan supaya mereka tetap mempunyai
semangat yang tinggi.
Umat
yang paling baik di dunia adalah umat yang mempunyai dua macam sifat,
yaitu mengajak kebaikan serta mencegah kemungkaran, dan senantiasa
beriman kepada Allah. Semua sifat itu telah dimiliki oleh kaum muslimin
di masa nabi dan telah menjadi darah daging dalam diri mereka karena itu
mereka menjadi kuat dan jaya. Dalam waktu yang singkat mereka telah
dapat menjadikan seluruh tanah Arab tunduk dan patuh di bawah naungan
Islam, hidup aman dan tenteram di bawah panji-panji keadilan, padahal
mereka sebelumnya adalah umat yang berpecah belah selalu berada dalam
suasana kacau dan saling berperang antara sesama mereka. Ini adalah
berkat keteguhan iman. Dan kepatuhan mereka menjalankan ajaran agama dan
berkat ketabahan dan keuletan mereka menegakkan amar makruf dan
mencegah kemungkaran. Iman yang mendalam di hati mereka selalu mendorong
untuk berjihad dan berjuang untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. [1]
Menurut Sayyid Muhammad Husein At Thabathaba’i dalam arti percaya kepada ajakan bersatu untuk berpegang teguh pada tali Allah, dan
tidak bercerai berai. Dengan demikian ayat ini menyebutkan tiga syarat
yang harus dipenuhi dalam lingkungan pendidikan yaitu : amar makruf nahi
mungkar dan persatuan dalam berpegang teguh pada tali Allah.[2]
Ayat
di atas menunjukkan bahwa lingkungan pendidikan yang kondusif adalah
dimana lingkungan tersebut patuh dalam menjalankan perintah agama,
mengajak kepada kebaikan serta terhindar dari kemungkaran. Selain itu
faktor yang mendukung suatu lingkungan pendidikan menjadi kondusif
adalah keamanan dan ketentraman serta keadilan.
Dalam
hadits juga dijelaskan bahwa lingkungan pendidikan haruslah senantiasa
terjaga kebersihannya lahir maupun batin. Seperti hadits yang di
riwayatkan imam muslim yang berbunyi :
“kebersihan sebagian dari iman”
Dengan
keterangan hadits di atas dapat di simpulkan bahwa kebersihan
lingkungan itu sangat mempengaruhi lingkungan pendidikan. Karena dengan
kebersihan lingkungan itu memberikan kenyamanan peserta didik, dan
memudahkan dalam berkonsentrasi dalam belajar.
A. PENGERTIAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Menurut
Sartain (ahli psikologi Amerika), yang dimaksud lingkungan meliputi
kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi
tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes.[3]
Lingkungan
secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala benda, daya,
keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
mahluk hidupa lainnya. Lingkungan dibedakan menjadi lingkungan alam
hayati, lingkungan alam non hayati, lingkungan buatan dan lingkungan
sosial. Sebagai contoh saat berada di sekolah, lingkungan biotiknya
berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua
orang yang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di
kebun sekolah serta hewan- hewan yang ada di sekitarnya. Adapun
lingkungan abiotik berupa udara, meja kursi, papan tulis, gedung
sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada di sekitar.
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat
mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Sedangkan
lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai berbagai factor
lingkungan yang berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Lingkungan
pendidikan sebagai berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses
pendidikan, yang merupakan bagian dari lingkungan sosial.[4]
Meskipun
lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik,
namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang
sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal dalam
satu lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak.
Pada dasarnya lingkungan mencakup lingkungan fisik, lingkungan budaya, dan lingkungan sosial.
Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan (pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat peraga, dll) dinamakan lingkungan pendidikan.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu
peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya,
utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat
mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
Mengacu
pada pengertian lingkungan pendidikan seperti tertulis diatas, maka
lingkungan pendidikan dapat dibedakan atau dikategorikan menjadi 3 macam
lingkungan yaitu (1) lingkungan pendidikan keluarga; (2) lingkungan
pendidikan sekolah ; (3) lingkungan pendidikan masyarakat atau biasa
disebut tripusat Oleh KI Hajar Dewantara lingkungan ketiga disebut
sebagai perkumpulan pemuda. [5]
B. LINGKUNGAN PENDIDIKAN DALAM PRESPEKTIF ISLAM
Berbicara lingkungan dalam konteks pendidikan, maka tidak terlepas dari apa yang disebutkan oleh Ki
Hajar Dewantara dengan penamaan Tripusat Pendidikan. Ki Hajar Dewantara
mengatakan bahwa pendidikan berlangsung dalam tripusat pendidikan yaitu
: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Jika dikaitkan dengan prespektif islam, maka ada beberapa konsep yang
dilahirkan baik dari al qur’an, Nabi Muhammad maupun dari para
cendekiawan muslim.
- Lingkungan Keluarga
Tidak
dapat di pungkiri bahwa dalam keluarga akan terjadi proses pendidikan,
bahkan lingkungan keluarga sebagaimana disebutkan dalam undang-undang
sisitem pendidikan nasional (sisdiknas) no 20 tahun 2003 merupakan
lembaga pendidikan informal. dari sini Nampak secara yuridis maka
keluarga memiliki tanggung jawab dan peran yang besar dalam pendidikan
anak-anak.
Keluarga
merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama
dan utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat
kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan
mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik.
Al
qur’an telah mewanti-wanti agar keluarga memperhatikan pendidikan bagi
anaknya supaya terhindar dari kelemahan baik jasmani maupun rohani, baik
fisik maupun psikis. Al qur’an memerintahkan agar menjaga keluarga dari
api neraka sebagaiman yang di sebutkan dalam surat at tahrim (66) ayat 6 yang berbunyi :
$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3‹Î=÷dr&ur #Y‘$tR $ydߊqè%ur â¨$¨Z9$# äou‘$yfÏtø:$#ur $pköŽn=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâŸxÏî ׊#y‰Ï© žw tbqÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtƒur $tB tbrâsD÷sムÇÏÈ
“hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai allah
terhadap apa yang diperintahkan-nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan”.[6]
Kalau
orang tua tidak bisa pandai mendidik dan memelihara anak, akhirnya anak
akan terjerumus kepada perilaku yang negative, maka akibatnya orang tua
akan menerima akibatnya baik di kehidupan dunia apalagi diakhirat.
Keluarga yang ideal adalah keluarga yang mau memberikan dorongan kuat kepada anaknya untuk mendapatkan pendidikan agama.
Jika
mereka mampu dan mempunyai kesempatan, maka mereka lakukan sendiri
pendidikan agama ini, akan tetapi bila tidak mampu atau tidak
berkesempatan, maka mereka orang tua menitipkan kepada lembaga
pendidikan yang ada baik informal maupun non formal. Di samping itu
orang tua mempunya kewajiban untuk memberikan perhatian dan
fasilitas-fasilitas yang diperlukan oleh seorang anak.[7] Di samping itu keluarga juga mempunyai beberapa fungsi dalam pendidikan antara lain :
a) Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
b) Menjamin kehidupan emosional anak
c) Menanamkan dasar pendidikan moral
d) Memberikan dasar pendidikan sosial.
e) Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak
Realisasi
atau hubungan antara ayah, ibu, anak merupakan pergaulan dan hubungan
dalam keluarga yang harus tetap terbina. Semakin harmonis hubungan
ketiganya, maka semakin mengukuhkan pendidikan anak dalam keluarga. Anak
akan banyak belajar dari apa yang di tampilkan oleh ayah dan ibunya dalam
kehidupan sehari–hari. Penghayatan relasi-relasi ini sangat penting
dialami anak dalam keluarga sebagai bekal dan persiapannya kelak pada
pertumbuhannya dan pergaulannya dengan komunitas yang lebih besar lagi.[8]
2. Lingkungan Sekolah
Tidak
semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga,
terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan.
Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah.
Lingkungan
sekolah merupakan lingkungan dimana peserta didik/anak menyerap
nilai-nilai akademik termasuk bersosialisasi dengan guru dan teman
sekolah, mengenai hal ini Zarnuzi penulis buku Ta’limul Muta’alim
memberikan arahan tentang guru dan teman. Menurut
Zarnuzi, idealnya seorang guru memiliki sifat alim, wara’, dan lebih
tua. Demikan pula anak di sekolah tidak akan terlepas dari pergaulan
teman sebayanya. Dalam hal ini Zarnuzi menyarankan agar memilih teman
tidak sembarangan. Hendaknya teman itu memiliki sifat belajar yang
tekun, wara’, dan berwatak istiqomah karena hal itu secara langsung
maupun tidak langsung akan saling mempengaruhi. Sebagaimana di ungkapkan
Zarnuzi dalm syairnya : “janganlah bertanya tentang kelakuan
seseorang, tetapi lihatlah siapa temannya, karena biasanya orang itu
mengikuti temannya. Kalau temanmu berbudi buruk, maka menjauhlah segera,
bila berlaku baik mak bertemanlan dengannya, tentu kau akan mendapt
petunjuk”[9]
Sekolah
bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan
kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap
pendidikan, diantaranya sebagai berikut;
a) Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik.
b) Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.
c) Sekolah
melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca,
menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya
mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
d) Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar atau salah, dan sebagainya.[10]
- Lingkungan Masyarakat
Lingkungan
masyarakat mempunyai peran penting dalam pendidikan, bagaimana peserta
didik hidup di lingkungan masyarakat sehingga pola perilaku dan gayanya
akan di pengaruhi oleh masyarakat.
Masyarakat yang baik akan membentuk pola peserta didik yang baik pula.
Peran masyarakat sangat besar pengaruhnya karena anak tinggal lama di
masyarakat. Oleh karena itu masyarakat harus mengambil bagian dari
proses di sekolah dan memindahkannya di masyarakat agar pendidikan agar
tidak hanya di sekolah, dengan demikian maka prinsip long life education
akan tercipta. Hendaknya masyarakat di jadikan tempat menimba ilmu.
Masyarakat dapat menyediakan akses non formal seperti pesantren,
kursus-kursus dan lain sebagainya yang dapat memacu dan
menumbuhkembangkan potensi warganya terutama anak-anak.[11]
Perkumpulan
dan persekutuan hidup masyarakat yang memberikan anak untuk hidup dan
mempraktekkan ajaran agama islam dengan rajin beramal, cinta damai,
toleransi, dan suka menyambung ukhuwah islamiyah, sebaliknya lingkungan
yang tidak menghargai ajaran agama islam maka dapt menjadikan anak
apatis atau masa bodoh kepada agama islam. Dalam pandangan islam,
masyarakat hendaknya di desain agar menjadi masyarakat madani dan
terhindar dari kejahiliyahan. Madani dapat di artikan maju dalam
peradaban, memiliki nilai tata islami dan tidak tertinggal sedangkan
jahiliyah identiik dengan kebodohan, kegelapan dan penuh dengan hidup
yang negative dan kemusyrikan. Oleh karena itu masyarakt islam harus
dapt menunjukkan identitasnya yang di landasi dengan nilai rohmatan lil
alamin. [12]
C. SYARAT-SYARAT LINGKUNGAN YANG KONDUSIF MENURUT AL QUR’AN
ô`ÏBur ÿ¾ÏmÏG»tƒ#uä ÷br& t,n=y{ /ä3s9 ô`ÏiB öNä3Å¡àÿRr& %[`ºurø—r& (#þqãZä3ó¡tFÏj9 $ygøŠs9Î) Ÿ@yèy_ur Nà6uZ÷t/ Zo¨Šuq¨B ºpyJômu‘ur 4 ¨bÎ) ’Îû y7Ï9ºsŒ ;M»tƒUy 5Qöqs)Ïj9 tbrã©3xÿtGtƒ ÇËÊÈ
“
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir.”[13]
Keterangan ayat diatas menjelaskan
bahwa dalam membentuk lingkungan yang kondusif, al qur’an menyebutkan
agar membina segala sesuatunya dengan penuh rasa kasih sayang dan
ketenangan. Kasih sayang adalah pondasi ketenangan dan kebahagiaan.
Kasih sayang merupakan kebutuhan rohani yang paling dapat dinikmati,
yang berkembang bersama waktu. Pertamam manusia hadir di dunia, secara
naluri ia sangat membutuhkan curahan kasih syang. Kasih sayanga
merupakan karunia Allah SWT yang harus di junjung tinggi oleh umat
manusia. Hal ini bukan saja di tujukan kepada manusia saja, melainkan
juga kepada seluruh makhluk dan segala ciptaan Allah yang ada dalam alam
semesta.[14]
Suasana belajar yang kondusif yang menurut Lunandi sebagai berikut:
a. Kumpulan manusia aktif
b. Suasana saling menghormati
c. Suasana saling menghargai
d. Suasana saling percaya
e. Suasana penemuan diri
f. Suasana tidak mengancam
g. Suasana keterbukaan
h. Suasana mengakui kekhasan pribadi
i. Suasana memperbolehkan perbedaan
j. Suasana mengkui hak untuk berbuat salah
k. Suasana membolehkan keragu-raguan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Belajar Yang Kondusif dalam lingkungan sekolah dibagi dua macam:
1. Faktor eksternal (pemenuhan kebutuhan fisik)
Kebutuhan
fisik ini mempunyai arti luas. Tidak hanya fisik dalam arti kata lapar
dan haus. Daftar berikut merupakan faktor fisik yang harus mendapat
perhatian:
a. Fisik murid
Pesan
untuk guru sangat jelas dan sederhana. Murid tidak akan bisa belajar
maksimal bila mereka lapar, terlalu kenyang, haus, lelah, terlalu panas,
terlalu dingin atau terlalu dibatasi gerak-geriknya. Bila faktor fisik
ini mempengaruhi proses pembelajaran, hal ini harus segera diatasi.
Murid tidak akan bisa belajar bila mereka sakit, sedang dalam proses
penyembuhan atau mengantuk.
b. Fisik dan fasilitas pendukung ruang belajar
Bila
kita masuk kedalam satu kelas dan melihat cara pengaturan ruang, kita
selalu akan melihat meja dan kursi yang disusun berurutan membentuk
membentuk baris. Fisik dan fasilitas pendukung belajar diantaranya:
1. Bentuk meja dan kursi
2. Postur tubuh yang benar
3. Ukuran kelas
4. Suhu ruang kelas
5. Pencahayaan
6. Ketenangan kelas
2. Faktor internal (pemenuhan kebutuhan akan rasa aman, dicintai, dan dihargai)
Pemenuhan
kebutuhan akan rasa aman, dicintai dan dihargai melibatkan guru dan
murid itu sendiri. Peran guru disini sangat besar. Apapun yang guru
lakukan akan selalu mendapat perhatian dari murid dan tentu saja akan
berdampak pada diri murid.
Cara memenuhi kebutuhan rasa aman, dicintai dan dihargai ini diantaranya:
a. Perasaan diterima
Perasaan
diterima diartikan sebagai perasaan disetujui dan dihargai baik oleh
sesama rekan maupun oleh guru. Murid yang memiliki perasaan diterima
akan merasa bahwa mereka adalah bagian dari satu kelompok yang memiliki
arti penting bagi dirinya.
b. Aspirasi
Siswa
yang mempunyai aspirasi akan dapat menetapkan suatu tujuan pembelajaran
yang realistis dan terukur pencapaiannya. Mereka akan mengambil
tanggung jawab terhadap akibat akibat yang mungkin timbul dari keputusan
yang berhubungan dengan aspirassi mereka.
c. Rasa aman
Rasa
aman didefinisikan sebagai suatu perasaan nyaman dan aman saat berada
dalam suatu kelompok. Perasaan aman ini melibatkan suatu perasaan akan
kepastian. Murid yang merasa aman, baik secara fisik maupun psikologis
(mental dan emosional), akan bersedia mengmbil risiko. Resiko ini
termasuk resiko ”gagal” dalam proses pembelajaran.
Menciptakan
rasa aman di Kelas adalah tanggung jawab guru. Siswa membutuhkan rasa
aman dan terjamin di Kelas sehingga mereka menjadi pelajar yang
produktif. Ada tiga hal yang menyebabkan siswa merasa tidak aman, yaitu:
a. Merasa dipandang aneh oleh guru dan siswa lain
b. Pekerjaannya dirusak oleh siswa lain
c. Perkelahian dikelas.
d. Identitas
Rasa
identitas yang kuat berarti seorang siswa mengetahui dengan pasti
kekuatan dan kekurangannya, nilai dan kepercayaan yang ia pegang. Murid
yang mempunyai rasa identitas yang kuat akan mempunyai daya tahan mental
yang kuat, dengan demikian mereka akan tahan terhadap akibat negatif
yang dapat ditimbulkan oleh stres yang bersifat negatif.
e. Sukses
Kehadiran sukses dalam diri seorang murid ditandai dengan perasaan puas akan prestasi mereka.[15]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat kita ambil beberapa benang merahnya yaitu bahwasanya lingkungan pendidikan adalah berabgai factor lingkungan yang berpengaruh terhadap praktek pendidikan dalam proses pembelajaran.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan
adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai
lingkungan sekitarnya, utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang
tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
Menurut
ki hajar dewan toro lingkungan pendidikan dibagi menjadi tiga macam
atau yang dikenal dengan tripusat yaitu lingkungan keluarga, lingkungan
sekolahan dan lingkungan masyarakat.
Adapun lingkungan pendidikan yang kondusif menurut al-quran itu adalah kasih sayang. Sedangkan menurut lunadi syarat liingkungan belajar yang kondusif adalah :
1. Kumpulan manusia aktif
2. Suasana saling menghormati
3. Suasana saling menghargai
4. Suasana saling percaya
5. Suasana penemuan diri
6. Suasana tidak mengancam
7. Suasana keterbukaan
8. Suasana mengakui kekhasan pribadi
9. Suasana memperbolehkan perbedaan
10. Suasana mengkui hak untuk berbuat salah
11. Suasana membolehkan keragu-raguan.
DAFTAR PUSTAKA
Http//Hartono.Blogspot.Com/Lingkungan Pendidikan Dalam Al Qur’an.htm.
Wayudin, Din Dkk. Pengantar Pendidikan, Jakarta : Universitas Terbuka, 2004.
Jevuska.blogspot.com.
Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung : Pustaka Setia.
Wahyudi, din dkk. Pegantar Pendidikan, Jakarta : universitas terbuka, 2004.
Zarnuzi, Ta’limul Mutaa’alim Terjemah, Surabaya : mutiara ilmu, 1995.
Al qur’an dan terjemah. departemen kementrian agama. Jakarta.
Drs. A. F. Jaelani. Membuka Pintu Rezeki. Gema insane. Jakarta. 1999
Depag . Alquran_Tafsir.Asp.Htm.
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al Misbah. Pesan, Kesan Dan Keserasian Al Qur’an. Jakarta : Lentera Hati. 2002.
[1] Depag . Alquran_Tafsir.Asp.Htm
[2] shihab, m. quraish. tafsir al misbah. pesan, kesan dan keserasian al qur’an. Jakarta : lentera hati.. 2002. hal 186
[3] Http//Hartono.Blogspot.Com/Lingkungan Pendidikan Dalam Al Qur’an.htm
[4] Wayudin, Din Dkk. Pengantar Pendidikan, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2004).Hal 3.1
[5] Hartono, Op.Cit.
[6] jevuska.blogspot.comm
[7] uhbiyati, nur, ilmu pendidikan islam, (bandung : pustaka setia), hal 212
[8] Wahyudi, din dkk. Pegantar Pendidikan, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2004), hlm 3.13
[9] Zarnuzi, Ta’limul Mutaa’alim Terjemah, (Surabaya : Mutiara Ilmu, 1995)
[10] Jevuska. Op.cit.
[11] Zarnuzi, op. cit.
[12] Uhbiyati, Nur,. op.cit. hlm. 217
[13] al qur’an dan terjemah. departemen kementrian agama. Jakarta. hal 664
[14] drs. a. f. jaelani. membuka pintu rezeki. gema insane. Jakarta. 1999. hal 127-29
[15] http//wwww. Lunadi. Com. Syarat-syarat belajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar